Gagap pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Gagap adalah salah satu gangguan bicara yang bisa dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Kondisi ini ditandai dengan pengulangan atau perpanjangan kata, suku kata, bahkan frasa, hingga terkadang disertai jeda tanpa suara saat berbicara.
Menurut National Institute on Deafness and Other Communication Disease (NIDCD), kondisi ini memengaruhi sekitar 5-10% anak-anak, paling sering terjadi antara usia 2-6 tahun.
Meski sebagian besar anak akan mengatasi gangguan ini seiring bertambahnya usia, sekitar 25% tetap mengalaminya hingga dewasa.
Apa saja penyebab gagap dan bagaimana cara mengatasinya? Temukan informasi lengkapnya di artikel ini!
Baca juga: 8 Cara Mendidik Anak Intuiting Introvert dengan Tepat!
Gejala Gagap
Seperti dikatakan di awal, orang yang gagap sering mengulang kata atau bagian kata, dan cenderung memperpanjang bunyi ujaran tertentu.
Mereka mungkin juga merasa lebih sulit untuk memulai beberapa kata. Saat anak berbicara gagap, biasanya mereka akan menjadi tegang saat mulai berbicara. Selain itu, mereka akan:
- Berkedip dengan cepat
- Bibir atau rahang mungkin bergetar
Menurut American Speech-Language-Hearing Association, beberapa orang yang gagap tampak sangat tegang atau kehabisan napas saat berbicara.
Terkadang, pembicaraan mereka bisa jadi benar-benar terhenti selama beberapa detik. Beberapa tanda dan gejala umum yang terkait dengan gagap adalah:
- Sering mengalami masalah dalam memulai kata, frasa, atau kalimat
- Merasa ragu sebelum suara tertentu harus diucapkan
- Sering mengulangi bunyi, kata, atau suku kata
- Suara bicara tertentu memanjang
- Terkadang kata-kata keluar dengan sangat cepat
- Kata-kata dengan bunyi tertentu diganti dengan yang lain (circumlocution)
Pada beberapa kasus, orang dengan kondisi ini juga melakukan beberapa hal tanpa sadar saat berbicara, seperti:
- Berkedip cepat
- Bibir bergetar
- Ketukan kaki
- Rahang gemetar
- Wajah atau tubuh bagian atas mengencang
Hal-Hal yang Menyebabkan Gagap
Penyebab pasti dari gagap sebenarnya tidak sepenuhnya diketahui. Namun, ada beberapa faktor yang bisa memicu atau meningkatkan risiko gangguan bicara ini, yaitu:
1. Faktor Genetik
Banyak anak dengan kondisi gagap yang memiliki anggota keluarga dengan kondisi yang sama.
Menurut studi pada 2013 di jurnal Annals of Medical & Health Sciences Research, sekitar 70% dari kasus gagap disebabkan oleh faktor genetik.
Baca juga: Hiperakusis, Kondisi Pendengaran yang Terlalu Peka Menangkap Suara
2. Kemampuan Bicara yang Tidak Berkembang dengan Baik
Ketika anak-anak belajar berbicara, mereka sering gagap, terutama sejak dini, saat kemampuan bicara dan bahasa mereka tidak berkembang dengan baik.
Sebagian besar anak-anak mengalami gejala yang semakin sedikit seiring dengan perkembangan, sampai mereka dapat berbicara dengan lancar.
3. Masalah pada Otak
Ketika sinyal antara otak dan saraf bicara dengan otot tidak bekerja dengan baik, ini dapat menyebabkan terjadinya kondisi gagap.
Ini juga dapat memengaruhi anak-anak, dan juga orang dewasa setelah stroke atau cedera otak.
Selain stroke dan cedera otak, masalah lain juga bisa menyebabkan gagap adalah:
- Tumor otak
- Penyakit degeneratif, seperti Parkinson
- Meningitis
4. Faktor Psikologis
Sebenarnya, masih jadi perdebatan apakah faktor psikologis bisa jadi penyebab gagap. Namun, faktor ini dapat memperburuk kondisi bagi orang yang sudah mengalaminya. Misalnya:
- Stres
- Rasa malu
- Kecemasan
Hal ini dapat membuat gagap menjadi lebih jelas. Namun, hal-hal ini umumnya tidak dilihat sebagai penyebab yang mendasari kondisi ini.
Baca juga: 12 Fakta Anak Perempuan, Pendengar yang Baik dan Perhatian
5. Usia
Gagap lebih rentan terjadi pada anak-anak, ketimbang orang dewasa. Namun, anak-anak yang mulai mengalami kondisi ini sebelum usia 3,5 tahun cenderung tidak gagap di kemudian hari.
Semakin awal kegagapan dimulai, semakin kecil kemungkinannya untuk berlanjut dalam jangka panjang.
Pada beberapa kasus, kondisi gagap pada anak bisa berhenti dengan sendirinya, terutama dalam 1 atau 2 tahun tanpa terapi wicara.
Namun, semakin lama kegagapan berlanjut, semakin besar kemungkinan masalahnya akan menjadi jangka panjang tanpa bantuan profesional.
6. Jenis Kelamin
Kondisi ini jauh lebih umum terjadi pada anak laki-laki dibanding anak perempuan. Para ahli percaya mungkin ada alasan neurologis untuk ini.
Namun, ada juga yang menduga hal ini dipicu oleh cara anggota keluarga bereaksi terhadap kegagapan anak laki-laki dibandingkan dengan kegagapan anak perempuan.
Namun, tidak ada yang benar-benar yakin apa alasannya.
Cara Mengatasi Gagap
Perawatan untuk kondisi ini bervariasi berdasarkan usia dan tujuan komunikasi seseorang. Namun, segera membawa anak ke dokter saat menyadari ada gejala gagap bisa sangat membantu.
Dokter dapat membantu menentukan terapi yang terbaik. Secara umum, berikut ini beberapa pilihan pengobatan yang biasa dilakukan untuk mengatasi gagap:
1. Perawatan untuk Anak-Anak
Perawatan dini dengan dokter dan terapis dapat sangat membantu dalam mencegah gagap jangka panjang.
Moms dapat membantu anak di rumah dengan cara:
- Bersikap sabar saat berkomunikasi dengannya
- Mendengarkan dengan seksama alih-alih menyela
- Serta memeriksa perkembangan dan perasaan mereka
2. Terapi
Teknik pernapasan, relaksasi, belajar berbicara lebih lambat, dan mengatasi masalah kecemasan.
Itu semua adalah beberapa teknik yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi gagap pada anak-anak dan orang dewasa.
3. Obat-obatan
Sebenarnya, hingga kini belum ada obat tertentu yang bisa menyembuhkan gagap. Namun, dokter dapat meresepkan beberapa obat untuk mengatasi kondisi lain yang terkait.
4. Perangkat Medis
Menurut studi pada 2018 di jurnal Brain, para peneliti sedang mencari perangkat medis yang dapat membantu berbicara dengan lancar.
Seperti yang dapat masuk ke telinga, atau menggunakan stimulasi otak untuk membantu komunikasi. Namun, penelitian lebih lanjut dibutuhkan mengenai hal ini.
Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter?
Meskipun gagap pada anak sering kali merupakan bagian dari perkembangan normal, ada kondisi tertentu yang memerlukan perhatian lebih.
Berikut adalah tanda-tanda yang menunjukkan saatnya Moms berkonsultasi dengan dokter atau terapis bicara:
1. Gagap Bertahan Lebih dari 6 Bulan
Jika gagap tidak menunjukkan tanda-tanda membaik setelah enam bulan, penting untuk memeriksakan kondisi anak. Terutama jika anak sudah melewati usia 6 tahun dan masih mengalami kesulitan berbicara.
2. Kesulitan Bicara Memburuk
Perhatikan jika gagap semakin parah, seperti:
- Pengulangan kata atau suku kata menjadi lebih sering.
- Muncul jeda panjang atau berhenti tiba-tiba saat berbicara.
- Anak terlihat frustrasi atau kesulitan menyelesaikan kalimat.
3. Ketegangan Otot saat Berbicara
Jika anak menunjukkan tanda-tanda fisik seperti:
- Ketegangan di wajah, leher, atau tubuh saat berbicara.
- Gerakan tambahan seperti berkedip, membuka mulut berlebihan, atau gerakan tangan untuk membantu bicara.
4. Anak Mulai Menghindari Berbicara
Ketika anak merasa malu, takut, atau enggan berbicara di depan orang lain karena kegagapannya, ini bisa menjadi tanda adanya dampak psikologis yang perlu ditangani.
5. Ada Riwayat Gagap dalam Keluarga
Jika dalam keluarga terdapat riwayat gagap yang berlanjut hingga dewasa, konsultasi dini dengan dokter atau terapis bicara sangat disarankan untuk mencegah gangguan yang lebih serius.
6. Gagap Disertai Masalah Lain
Jika gagap terjadi bersamaan dengan gangguan perkembangan lain, seperti keterlambatan bicara, sulit memahami perintah, atau masalah neurologis, segera cari bantuan profesional.
Baca Juga: 12 Latihan Koordinasi untuk Merangsang Keterampilan Motorik Anak
Gagap tidak mudah diatasi hanya dengan beberapa tarikan napas dalam-dalam.
Jika Moms benar-benar tidak yakin bagaimana harus bersikap saat sedang berbicara dengan orang yang gagap, cobalah tanyakan padanya cara terbaik untuk menanggapinya.
Itulah pembahasan mengenai gagap dan hal-hal yang perlu Moms ketahui. Gagap dapat dikelola secara efektif.
Menjalani terapi, melatih teknik bicara dan meminta kesabaran dari pendengar dapat membantu mengurangi kegagapan seiring waktu.
- https://www.nidcd.nih.gov/health/stuttering
- https://www.asha.org/public/speech/disorders/stuttering/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3793466/
- https://doi.org/10.1093/brain/awy011
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/10608
- https://www.healthline.com/health/how-to-stop-stuttering
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.