Gula Rafinasi, Apa Bedanya dengan Gula Alami?
Apakah Moms pernah mendengar tentang gula rafinasi? Jika sebelumnya banyak yang membahas tentang efek gula bagi kesehatan, ternyata asupan gula rafinasi ini juga terkait dengan kondisi seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.
Namun, gula jenis ini ditemukan dalam berbagai makanan yang membuatnya sangat sulit untuk dihindari. Selain itu, Moms mungkin bertanya-tanya bagaimana gula rafinasi jika dibandingkan dengan gula alami, dan apakah keduanya memiliki efek kesehatan yang serupa.
Baca Juga: Bagaimana Menyimpan Gula dan Garam yang Tepat?
Apa Itu Gula Rafinasi?
Foto: Sugar-asia.com
Secara alami, gula dapat ditemukan dalam banyak makanan, seperti buah-buahan, sayuran, susu, biji-bijian, dan bahkan kacang-kacangan dan biji-bijian. Kandungan gula ini diekstraksi untuk menghasilkan gula rafinasi yang saat ini begitu melimpah di suplai makanan.
Gula meja dan High-Fructose Corn Syrup (HFCS) atau sirup jagung fruktosa tinggi adalah dua contoh umum dari gula rafinasi yang dibuat dengan cara ini. Gula meja yang juga dikenal sebagai sukrosa, biasanya diekstraksi dari tanaman tebu atau bit gula.
Proses pembuatan gula dimulai dengan mencuci tebu atau bit, mengirisnya, dan merendamnya dalam air panas yang memungkinkan kandungan gulanya diekstraksi.
Sugar.org menjelaskan, hasilnya kemudian disaring dan diubah menjadi sirup yang diolah lebih lanjut menjadi gula kristal yang dicuci, dikeringkan, didinginkan, dan dikemas menjadi gula meja.
HFCS atau sirup jagung fruktosa tinggi sendiri adalah jenis lain dari gula rafinasi. Masih menurut Sugar.org, jagung akan digiling untuk membuat tepung jagung dan kemudian diproses lebih lanjut untuk membuat sirup jagung.
Ditambahkan dengan enzim yang berfungsi meningkatkan kandungan fruktosa darigula. Sehingga akan membuat sirup jagung terasa lebih manis. Jenis yang paling umumnya adalah HFCS 55, yang mengandung 55 persen fruktosa dan 42 persen glukosa. Food and Drugs Administration (FDA) mencatat, persentase fruktosa ini mirip dengan gula meja.
Gula rafinasi biasanya digunakan untuk menambah rasa pada makanan, dan juga dapat menjadi pengawet dalam selai dan jeli atau membantu makanan seperti acar dan roti berfermentasi. Ini juga sering digunakan sebagai tambahan dalam makanan olahan seperti minuman ringan dan es krim.
Baca Juga: Kapan Gula Garam Boleh Ditambahkan pada Makanan untuk Bayi?
Efek Samping Gula Rafinasi
Foto: Healthline.com
Gula rafinasi seperti gula meja dan HFCS ditambahkan ke berbagai makanan, termasuk banyak yang tidak diduga mengandung gula. Jadi, gula tersebut dapat masuk ke dalam makanan yang dikonsumsi dan memberikan efek kesehatan yang merugikan. Seperti:
- Mengonsumsi gula rafinasi dalam jumlah besar terutama dalam bentuk minuman manis, secara konsisten dikaitkan dengan obesitas dan kelebihan lemak perut, menurut American Journal of Clinical Nutrition,
- Gula rafinasi juga meningkatkan faktor risiko untuk kondisi seperti diabetes, dikutip Journal of Endocrinogical Investigation
- Risiko penyakit jantung juga meningkat menurut penelitian di HHS Public Acces.
- Secara khusus, makanan yang diperkaya dengan HFCS dapat menyebabkan Moms menjadi resisten terhadap leptin, hormon yang memberi sinyal pada tubuh kapan harus makan dan kapan harus berhenti. Ini sebagian dapat menjelaskan hubungan antara gula rafinasi dan obesitas, dilansir studi Advances in Nutrition,
- Banyak penelitian juga mengaitkan diet tinggi gula tambahan dengan peningkatan risiko penyakit jantung seperti penelitian di BMJ Open.
- Selain itu, gula rafinasi biasanya dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi dan juga depresi, dikutip American Journal of Clinical Nutrition
- Demensia, penyakit hati, dan jenis kanker tertentu juga risikonya meningkat akibat konsumsi gula berlebih.
Baca Juga: 5 Pengganti Gula Untuk MPASI Bayi yang Aman dan Tetap Enak
Gula Rafinasi Vs Gula Alami
Foto: Healthdesidn.net
Untuk beberapa alasan, gula rafinasi umumnya lebih buruk bagi kesehatan Moms dan keluarga daripada gula alami. Makanan yang kaya akan gula rafinasi juga seringkali diproses secara berat dan tidak sehat.
Gula ini biasanya ditambahkan ke makanan dan minuman untuk meningkatkan rasa. Ini dianggap kalori kosong karena hampir tidak mengandung vitamin, mineral, protein, lemak, serat, atau senyawa bermanfaat lainnya.
Selain rendah nutrisi, Public Health Nutrition mengingatkan bahwa makanan olahan ini biasanya kaya akan garam dan lemak tambahan, yang keduanya dapat membahayakan kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah tinggi.
Gula secara alami akan ditemukan di banyak makanan, di antaranya laktosa dalam susu dan fruktosa dalam buah. Dari perspektif kimia, tubuh akan memecah gula alami dan gula halus menjadi molekul yang identic dan memproses keduanya dengan cara yang sama, dilansir Advances in Nutrition.
Namun, gula alami biasanya terdapat pada makanan yang bernutrisi. Tidak seperti fruktosa dalam HFCS, fruktosa dalam buah hadir dengan serat dan berbagai vitamin, mineral, dan senyawa bermanfaat lainnya.
American Journal of Clinical Nutrition menjelaskan, serat akan membantu memperlambat kecepatan gula memasuki aliran darah sehingga dapat mengurangi kemungkinan lonjakan gula darah.
Laktosa dalam susu secara alami dikemas dengan protein dan berbagai tingkat lemak, dua nutrisi yang juga diketahui membantu mencegah lonjakan gula darah menurut Current Diabetes Reports.
Meski begitu, tidak semua gula alami sama baiknya. Sebab, gula alami juga dapat diproses dengan cara menghilangkan hampir semua seratnya dan sebagian besar nutrisi lainnya. Misalnya saat dioleh menjadi smoothie dan jus.
Dalam bentuk utuh, buah-buahan dapat dikunyah dan sarat dengan air dan serat. Membuatnya menjadi jus akan memecah atau menghilangkan hampir semua seratnya, serta mengurangi resistensi mengunyah, yang berarti akan memerlukan porsi yang lebih besar untuk merasa puas, menurut Advances in Nutrition
Bentuk gula alami populer lainnya termasuk madu dan sirup maple. Ini tampaknya menawarkan lebih banyak manfaat dan sedikit lebih banyak nutrisi daripada gula rafinasi. Namun, ini tetap rendah serat dan kaya gula dan menurut Scientific World Journal harus dikonsumsi hanya dalam jumlah sedang.
Baca Juga: Hati-Hati, 7 Makanan Balita Ini Mengandung Gula Tersembunyi
Cara Menghindari Gula Rafinasi
Foto: Mom.com
Gula rafinasi ditambahkan ke banyak makanan kemasan. Oleh karena itu, memeriksa label makanan dapat berperan dalam mengurangi jumlah gula rafinasi dalam makanan yang dikonsumsi oleh Moms dan keluarga.
Food and Drugs Administration (FDA) telah menetapkan asupan harian yang dapat diterima untuk setiap pemanis buatan. Itu adalah adalah jumlah maksimum yang dianggap aman untuk dikonsumsi setiap hari selama seumur hidup, yakni tidak boleh melebihi 10 persen dari asupan kalori per hari.
Beragam nama dapat digunakan untuk memberi label gula tambahan. Yang paling umum adalah sirup jagung fruktosa tinggi, gula tebu, jus tebu, sirup beras, molase, karamel, dan sebagian besar bahan yang diakhiri dengan -osa, seperti glukosa, maltosa, atau dekstrosa.
Berikut adalah beberapa kategori makanan yang sering mengandung gula rafinasi:
- Minuman: minuman ringan, minuman olahraga, minuman kopi spesial, minuman energi, Vitaminwater, beberapa minuman buah, dll.
- Makanan sarapan: muesli yang dibeli di toko, granola, sereal sarapan, sereal batangan, dll.
- Permen dan makanan yang dipanggang: cokelat batangan, permen, pai, es krim, croissant, beberapa roti, makanan yang dipanggang, dll.
- Makanan kalengan: kacang panggang, sayuran kaleng dan buah, dll.
- Topping roti: pure buah, selai, selai kacang, olesan, dll.
- Makanan diet: yogurt rendah lemak, selai kacang rendah lemak, saus rendah lemak, dll.
- Saus: saus tomat, saus salad, saus pasta, dll.
- Makanan siap saji: pizza, makanan beku, dll.
Lebih sedikit konsumsi makanan olahan ini dan memilih yang utuh dan serta diproses minimal akan membantu mengurangi jumlah gula rafinasi dalam makanan.
- https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/nutrition-and-healthy-eating/in-depth/artificial-sweeteners/art-20046936
- https://www.kitchenstewardship.com/why-is-white-sugar-bad-for-you/
- https://www.healthline.com/nutrition/refined-sugar
- https://www.sugar.org/sugar/refining-processing/
- https://www.fda.gov/food/food-additives-petitions/high-fructose-corn-syrup-questions-and-answers
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23966427/
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23612318/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4251462/
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23493533/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5577881/
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26109579/
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28676132/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5916432/
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/8092089/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4512569/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4352186/
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18454257/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.