5 Hadis tentang Etika dan Keutamaannya, Masya Allah!
Islam dikenal sebagai agama yang menjunjung tinggi adab, etika, dan kesopaanan. Hadis tentang etika juga mengungkapkan bahwa Rasulullah SAW adalah contoh yang paling utama dalam hal tersebut.
Etika juga sering berkaitan dengan adab dalam Islam. Sebab, etika menjadi aturan bersosial yang ditunjukkan dalam akhlak yang akan melekat dalam sikap seseorang.
Dalam Jurnal Pendidikan Dasar dan Humaniora dijelaskan bahwa akhlak dan etika merupakan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut dalam hal yang berhubungan dengan beberapa hal.
Misalnya perbuatan baik, buruk, benar dan salah dalam tindakan seseorang manusia yang pedomannya bersumber dari Al-Qur'an dan hadis.
Sedangkan etika yang bersumber dari hasil budaya dan adat istiadat suatu tempat yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Nah, untuk mendalami pemahaman tentang etika dalam Islam, Moms perlu mengetahui beberapa hadis tentang etika.
Untuk itu, simak sederet hadis tentang etika lengkap dengan maknanya yang perlu Moms dan Dads pahami di bawah ini.
Baca Juga: 13 Hadis dan Ayat Alquran tentang Zina, Termasuk Dosa Besar!
Persamaan dan Perbedaan Akhlak dan Etika
Etika adalah konsep penilaian sifat kebenaran atau kebaikan dari tindakan sosial berdasarkan kepada tradisi yang dimiliki oleh individu maupun kelompok.
Pembentukan etika melalui proses filsafat sehingga etika merupakan bagian dari filsafat. Unsur utama yang membentuk etika adalah moral.
Adab sendiri merupakan norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama.
Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan antarmanusia, antartetangga, dan antarkaum.
Istilah akhlak, etika, dan moral mempunyai persamaan dan perbedaan dalam pemaknaannya.
Dalam buku ‘Akhlak Tasawuf’ yang disusun oleh Prof. Dr. Rosihon Anwar, M. Ag, disebutkan adanya persamaan ketiganya, yakni:
- Ketiganya mengacu pada gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, dan perangai yang baik.
- Merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya.
- Merupakan potensi positif yang dimiliki oleh setiap orang.
Sementara perbedaan di antara ketiga istilah tersebut ialah:
- Akhlak tolak ukurnya adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah
- Etika tolak ukurnya adalah pikiran atau akal,
- Moral tolak ukurnya adalah norma yang hidup dalam masyarakat
Dalam Islam, Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak.
Pembelajaran, penerapan, dan pembiasaan akhlak sejak dini akan mempengaruhi karakter pada diri seseorang, yang sesuai dengan etika dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Akhlak juga memberikan gambaran kepada manusia tentang sesuatu yang baik dan buruk, serta sesuatu yang halal dan haram.
Baca Juga: 9 Hadis dan Ayat Alquran tentang Wabah Penyakit, Masya Allah!
Hadis tentang Etika
Adab ini adalah sebuah akhlak mulia, yang di dalamnya mengajarkan kesopanan, kesantunan, bertingkah laku, bertutur kata sesuai dengan ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Dalam Islam, terdapat etika yang selalu beriringan dengan adab dan juga akhlak dalam penerapannya.
Ini adalah beberapa hadis tentang etika dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menjadi pedoman untuk umat Islam, di antaranya:
1. Hadis tentang Etika dan Akhlak
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,
إنَّ أثقَلَ ما وُضِع في ميزانِ المؤمِنِ يومَ القيامةِ خُلُقٌ حسَنٌ وإنَّ اللهَ يُبغِضُ الفاحشَ البذيءَ
Artinya: “Sesungguhnya perkara yang lebih berat di timbangan amal bagi seorang mu’min adalah akhlak yang baik. Dan Allah tidak menyukai orang yang berbicara keji dan kotor.” (HR At-Tirmidzi)
2. Hadis tentang Etika Makan dan Minum
Pertama, dilarang mencela makanan. Jika tidak menyukainya, maka hendaklah ditinggalkan daripada dimakan tapi dicela. Dari Abu Hurairah RA:
مَا عَابَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعاَماً قَطُّ إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَ إِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ
Artinya: “Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan, apabila beliau berselera, (menyukai makanan yang telah dihidangkan) beliau memakannya, sedangkan kalau tidak suka (tidak berselera), maka beliau meninggalkannya.”
Kedua, selalu membaca bismillah.
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللهِ تَعَالَى، فَإِذَا نَسِيَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللهِ فِيْ أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ
Artinya: “Apabila salah seorang di antara kalian hendak makan, maka ucapkanlah: ‘Bismillaah’, dan jika ia lupa untuk mengucapkan bismillaah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan: ‘Bismillaah awwaalahu wa aakhirahu’ (dengan menyebut Nama Allah di awal dan akhirnya).” (HR Abu Dawud)
Ketiga, makan dari pinggir piring.
الْبَرَكَةُ تَنْزِلُ وَسَطَ الطَّعَامِ فَكُلُوْا مِنْ حَافَتَيْهِ وَلاَ تَأْكُلُوْا مِنْ وَسَطِهِ
Artinya: “Keberkahan itu turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah dari pinggir-piring dan janganlah memulai dari bagian tengahnya.” (HR Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Baca Juga: 10 Hadis dan Ayat Alquran tentang Sedekah, Masya Allah!
3. Hadis Tentang Etika Bertamu
مَنْ دُعِىَ فَلْيُجِبْ
Artinya: “Barangsiapa yang diundang maka datangilah!” (HR Abu Dawud dan Ahmad)
وَمَنْ تَرَكَ الدَّعْـوَةَ فَقَدْ عَصَى اللهَ وَرَسُوْلَهُ
Artinya: “Barang siapa yang tidak memenuhi undangan maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR Bukhari)
4. Hadis tentang Etika Buang Hajat
Pertama, buang hajat di tempat yang tertutup sebagai bentuk rasa malu yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Dari Jabir bin ‘Abdillah RA beliau berkata:
خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى سَفَرٍ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَأْتِى الْبَرَازَ حَتَّى يَتَغَيَّبَ فَلاَ يُرَى.
Artinya: “Kami pernah keluar bersama Rasulullah SAW ketika safar, beliau tidak menunaikan hajatnya di daerah terbuka, namun beliau pergi ke tempat yang jauh sampai tidak nampak dan tidak terlihat.”
Kedua, membaca doa sebelum masuk ke dalam tempat buang hajat untuk mendapatkan perlindungan dari gangguan jin yang tidak terlihat. Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan:
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْخَلاَءَ قَالَ « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
Artiya: “Rasulullah SAW ketika memasuki jamban, beliau ucapkan: Allahumma inni a’udzu bika minal khubutsi wal khobaits (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan).”
5. Hadis tentang Etika Tidur
Pertama, tidak tidur sebelum melakukan sholat Isya. Dari Abu Barzah RA:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ (صَلاَةِ) الْعِشَاءِ وَالْحَدِيْثَ بَعْدَهَا
Artinya: “Bahwasanya Rasulullah SAW membenci tidur malam sebelum (shalat Isya’) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kedua, berwudhu sebelum tidur.
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوْءَكَ لِلصَّلاَةِ
Artinya: “Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu’ terlebih dahulu sebagaimana wudhu’mu untuk melakukan shalat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Ketiga, membaca doa sebelum tidur. Dari ‘Aisyah RA, beliau berkata:
كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
Artinya: “Nabi SAW ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas).
Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR Bukhari)
Baca Juga: 4 Hadis tentang Niat dan Keutamaannya dalam Islam, Simak!
Keutamaan Etika dalam Islam
Islam begitu mendorong umatnya untuk memiliki adab yang mulia, serta memperhatikan adab dan etika kesopanan saat melakukan kegiatan sehari-hari, terutama yang berhubungan dengan orang lain.
Dan sebaliknya, Islam melarang umatnya memiliki akhlak rendahan dan buruk. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
Artinya: “Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian.” (HR Tirmidzi)
Bahkan dengan akhlak mulia, seseorang bisa menyamai kedudukan (derajat) orang yang rajin berpuasa dan rajin salat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
Artinya: “Sesungguhnya seorang mukmin bisa meraih derajat orang yang rajin berpuasa dan salat dengan sebab akhlaknya yang luhur.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)
Semakin kokoh ‘aqidah dan keimanan seseorang, seharusnya semakin baik pula akhlaknya. Dengan bertambahnya ilmu ‘aqidah dan imannya, bertambah luhur pula akhlaknya.
Hal ini sebagaimana yang diisyaratkan dalam sabda rasulullah SAW:
أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR Tirmidzi)
Baca Juga: Keutamaan Syarifah Berdasarkan Alquran dan Hadis, Umat Muslim Wajib Tahu!
Jika kaum muslimin berhias dengan akhlak mulia serta menunaikan hak-hak saudaranya yang menjadi kewajibannya, maka hal itu merupakan pintu gerbang utama masuknya manusia ke dalam agama ini.
Hal ini sebagaimana yang terjadi pada zaman para sahabat nabi, ketika manusia berbondong-bondong masuk Islam disebabkan keindahan akhlak dan keluhurannya dalam bermuamalah dan interaksi dengan sesama manusia.
Selain itu, tujuan utama kita berhias dengan akhlak mulia adalah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan mengharapkan pahala dari-Nya. Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
(Innamā nuṭ'imukum liwaj-hillāhi lā nurīdu mingkum jazā`aw wa lā syukụrā)
Artinya: “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS Al-Insaan: 9)
Semoga pembahasan mengenai hadis tentang etika dan juga akhlak ini dapat bermanfaat dan dapat meningkatkan perilaku umat Islam selalu lebih baik setiap harinya.
- http://jurnal.unsyiah.ac.id/PEAR/article/view/7527
- https://muslim.or.id/40677-keutamaan-berhias-dengan-akhlak-mulia.html
- https://www.sewaktu.com/mutiara/pr-1531935355/ternyata-adab-lebih-utama-daripada-ilmu-ini-hadits-dan-perkataan-dari-para-ulama
- https://tebuireng.online/memahami-perbedaan-akhlak-etika-dan-moral/
- https://dalamislam.com/akhlaq/macam-macam-adab-dalam-islam
- https://worldquran.com/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.