Berbagai Jenis Antibiotik dan Fungsinya dalam Pengobatan
Ada berbagai jenis antibiotik yang umum digunakan dalam pengobatan.
Antibiotik biasanya diberikan bersamaan dengan obat dan harus dihabiskan untuk mengobati infeksi bakteri.
Antibiotik berbeda dengan obat lain seperti antiviral atau antijamur. Penggunaan antibiotik juga harus mengikuti petunjuk medis.
Dalam artikel ini, akan dibahas jenis antibiotik dan fungsinya dalam pengobatan.
Simak sampai akhir yuk, Moms.
Baca Juga: Infeksi Bakteri: Penyebab, Gejala Setiap Infeksi, dan Pengobatannya
Penjelasan Tentang Antibiotik
Antibiotik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri.
Senyawa ini dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dalam tubuh manusia atau hewan.
Antibiotik dibedakan dari obat lain seperti antiviral atau antijamur, yang digunakan untuk mengobati infeksi virus atau jamur.
Salah satu definisi antibiotik menurut American Society of Microbiology adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh satu organisme dan dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan organisme lain, terutama bakteri.
Antibiotik dapat bekerja dengan cara berbeda-beda, tergantung pada jenis antibiotiknya.
Beberapa antibiotik bekerja dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri, seperti penisilin dan cephalosporin.
Antibiotik lainnya bekerja dengan mengganggu metabolisme sel bakteri atau proses sintesis protein, seperti tetracycline dan macrolide.
Antibiotik dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti tumbuhan, jamur, dan bakteri.
Salah satu sumber antibiotik yang paling terkenal adalah keluarga Streptomyces, yang merupakan jenis bakteri yang menghasilkan sebagian besar antibiotik yang digunakan saat ini.
Meskipun antibiotik sangat efektif dalam mengobati infeksi bakteri, penggunaannya harus hati-hati dan hanya digunakan sesuai indikasi yang tepat.
Baca Juga: Infeksi Jamur: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Fungsi Antibiotik
Antibiotik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Fungsi-fungsi antibiotik antara lain:
1. Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Beberapa antibiotik menghambat pertumbuhan bakteri dengan mencegah mereka berkembang biak.
Antibiotik ini biasanya digunakan untuk mengobati infeksi ringan hingga sedang, seperti infeksi saluran kemih.
Contohnya adalah antibiotik tetracycline dan sulfonamides.
2. Membunuh Bakteri
Beberapa antibiotik dapat membunuh bakteri dengan menghancurkan dinding sel bakteri atau mengganggu proses sintesis protein.
Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi yang lebih serius, seperti pneumonia atau sepsis.
Contohnya adalah antibiotik penisilin, cephalosporin, dan macrolides.
3. Mencegah Infeksi
Antibiotik juga dapat digunakan untuk mencegah infeksi pada orang yang berisiko tinggi terkena infeksi bakteri, seperti pasien bedah atau pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Meskipun antibiotik dapat sangat efektif dalam mengobati infeksi bakteri, penggunaan antibiotik harus dilakukan dengan hati-hati.
Antibiotik yang digunakan secara berlebihan atau tidak tepat dapat menyebabkan resistensi antibiotik.
Baca Juga: Pneumonia pada Anak: Gejala, Penanganan, hingga Pencegahannya
Sejarah Penemuan Antibiotik
Penemuan antibiotik bermula pada tahun 1928 ketika seorang dokter berkebangsaan Skotlandia bernama Alexander Fleming menemukan sebuah jamur yang tumbuh secara spontan di sebuah petri dish yang ia biarkan terbuka di lab miliknya.
Saat itu, Fleming sedang meneliti bakteri Staphylococcus aureus yang menjadi penyebab infeksi pada luka dan infeksi lainnya.
Fleming melihat bahwa jamur tersebut menghasilkan zat yang membunuh bakteri Staphylococcus aureus yang tumbuh di sekitarnya.
Jamur tersebut kemudian dikenal sebagai Penicillium notatum dan zat yang dihasilkannya diberi nama penicillin.
Namun, penemuan Fleming tidak terlalu dipercaya dan diabaikan pada saat itu karena teknologi dan pengetahuan tentang antibiotik belum berkembang pesat.
Baru pada tahun 1939, peneliti Inggris bernama Howard Florey dan Ernst Chain kembali menemukan penicillin dan menguji efektivitasnya pada tikus yang terinfeksi bakteri.
Mereka kemudian menemukan cara untuk memproduksi penicillin secara massal dan melakukan uji coba pada manusia.
Penicillin menjadi obat yang sangat penting pada Perang Dunia II karena dapat menyembuhkan infeksi luka para prajurit dan menyelamatkan banyak nyawa.
Penemuan ini membuka jalan untuk penemuan antibiotik lainnya seperti streptomycin, tetracycline, dan erythromycin.
Sejak penemuan pertama penicillin, antibiotik telah menjadi alat penting dalam mengobati berbagai macam infeksi bakteri.
Namun, resistensi antibiotik menjadi masalah yang semakin besar seiring dengan penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Oleh karena itu, penggunaan antibiotik harus dilakukan dengan hati-hati dan hanya digunakan jika memang diperlukan.
Baca Juga: 26 Cara Menghilangkan Bekas Luka Bakar yang Menghitam
Jenis-Jenis Antibiotik
Berikut ini beberapa jenis antibiotik yang umum digunakan dalam pengobatan.
1. Beta-lactams
Antibiotik ini bekerja dengan cara mengganggu pembentukan dinding sel bakteri. Kelompok ini termasuk penisilin, sefalosporin, monobaktam, dan karbapenem.
Penisilin biasanya digunakan untuk mengobati infeksi bakteri pada saluran pernapasan, kulit, dan saluran kemih.
Sebaliknya, sefalosporin lebih sering digunakan untuk mengobati infeksi yang lebih serius seperti sepsis, pneumonia, dan meningitis.
Contoh dari kelompok ini adalah amoksisilin, ceftriaxone, dan meropenem.
2. Macrolides
Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri.
Kelompok ini termasuk eritromisin, azitromisin, dan clarithromycin. Antibiotik ini biasanya digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran pernapasan dan kulit.
Azitromisin juga digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih dan klamidia.
3. Aminoglikosida
Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri.
Kelompok ini termasuk streptomisin, gentamisin, dan amikasin. Antibiotik ini biasanya digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif seperti Pseudomonas aeruginosa.
4. Tetracycline
Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri.
Kelompok ini termasuk doksisiklin dan minosiklin. Antibiotik ini biasanya digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran pernapasan, kulit, dan saluran kemih.
5. Sulfonamida
Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat produksi asam folat bakteri yang diperlukan untuk sintesis DNA.
Kelompok ini termasuk sulfametoksazol dan trimetoprim. Antibiotik ini biasanya digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih, infeksi telinga, dan pneumonia.
6. Quinolone
Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat enzim DNA gyrase yang diperlukan untuk sintesis DNA bakteri.
Kelompok ini termasuk siprofloksasin, levofloksasin, dan ofloksasin.
Antibiotik ini biasanya digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernapasan, saluran kemih, dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif.
7. Metronidazole
Antibiotik ini bekerja dengan cara merusak DNA bakteri.
Antibiotik ini digunakan terutama untuk mengobati infeksi protozoa dan anaerob bakteri pada saluran pencernaan, vagina, dan kulit.
8. Rifampin
Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat sintesis RNA bakteri. Antibiotik ini biasanya digunakan untuk mengobati infeksi tuberkulosis dan beberapa jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif seperti staphylococcus aureus.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Obat TBC di Apotek yang Mudah Didapatkan
Aturan Penggunaan Antibiotik
Aturan penggunaan antibiotik meliputi beberapa hal, antara lain:
- Penggunaan antibiotik harus didasarkan pada diagnosis yang tepat dari infeksi bakteri yang diderita pasien.
- Antibiotik harus diresepkan oleh dokter dan harus diambil sesuai dengan dosis dan durasi yang ditentukan oleh dokter.
- Antibiotik harus diambil pada waktu yang tepat, yaitu sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh dokter. Jangan meninggalkan dosis atau mengambil dosis yang lebih besar dari yang direkomendasikan.
- Jangan berbagi antibiotik dengan orang lain.
- Jangan meminta antibiotik dari dokter jika tidak dibutuhkan.
- Antibiotik tidak efektif untuk mengobati infeksi virus, seperti flu atau pilek.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan beberapa efek samping, meskipun tidak semua orang mengalami efek samping yang sama.
Beberapa efek samping umum yang terkait dengan penggunaan antibiotik adalah:
- Gangguan pencernaan: Antibiotik dapat menyebabkan diare, mual, muntah, dan perut kembung. Beberapa orang mungkin juga mengalami sakit perut atau kram perut.
- Infeksi jamur: Antibiotik dapat mengganggu keseimbangan bakteri yang normal dalam tubuh, yang dapat menyebabkan infeksi jamur, terutama pada mulut atau vagina.
- Reaksi alergi: Beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi terhadap antibiotik, yang dapat menyebabkan gatal-gatal, ruam kulit, sesak napas, dan bahkan syok anafilaksis.
- Resistensi antibiotik: Penggunaan antibiotik yang tidak tepat atau terlalu sering dapat menyebabkan bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik, yang dapat menyulitkan pengobatan infeksi pada masa depan.
- Gangguan hati: Beberapa jenis antibiotik dapat menyebabkan kerusakan hati, yang dapat menyebabkan gejala seperti mual, muntah, sakit perut, dan kuning pada kulit dan mata.
Demikian penjelasan seputar jenis antibiotik dan fungsinya dalam pengobatan.
Pastikan Moms selalu mengikuti petunjuk dokter ketika mengonsumsi antibiotik, ya!
- https://journals.asm.org/doi/10.1128/MMBR.00016-10
- https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1473309913703189
- https://www.who.int/antimicrobial-resistance/publications/global-action-plan/en/
- https://www.cdc.gov/drugresistance/pdf/threats-report/2019-ar-threats-report-508.pdf
- https://www.pnas.org/doi/full/10.1073/pnas.1717295115
- https://www.who.int/publications/i/item/9789241509763
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.