11 Bentuk Kekerasan Verbal dalam Rumah Tangga, Termasuk Manipulatif dan Pengabaian
Kekerasan verbal adalah salah satu bentuk kekerasan yang paling umum dan juga paling sering diabaikan di antara suami istri.
Ini merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan dengan menghina, mencemooh, menggunakan bahasa tidak senonoh, dan lain sebagainya dengan tujuan untuk menyakiti atau memanfaatnya korbannya.
Berbeda dengan kekerasan non-verbal atau kekerasan fisik yang dilakukan dengan memukul, mencubit, dan menampar korban, kekerasan verbal lebih menggunakan perkataan atau sikap dalam menyakiti korbannya.
Tidak hanya dialami oleh pasangan suami istri saja, kekerasan ini juga bisa dialami oleh anak-anak.
Banyak pula kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang kerap terjadi dalam suatu keluarga akibat kekerasan verbal.
Apalagi di masa-masa pandemi beberapa waktu lalu. Hal tersebut telah dibuktikan dalam sebuah penelitian pada tahun 2022, yang diterbitkan di BMJ Public Health Emergency Collection.
Dalam penelitian tersebut mengungkap bahwa korban kekerasan verbal lebih besar dibandingkan dengan yang mengalami kekerasan fisik.
Dari total 25.482 peserta penelitian di Jepang, terdapat 965 (3,8%) yang dilaporkan mengalami kekerasan fisik, sedangkan 1.941 (7,6%) kekerasan verbal, sejak bulan April 2020 hingga September 2020.
Lantas apa saja tanda-tanda kekerasan verbal? Simak informasi berikut ini yuk, Moms!
Baca Juga: Mengenal Cyberbullying, Kasus Kekerasan Dunia Maya yang Kerap Menyerang Anak, Waspada!
Bentuk Tindakan Kekerasan Verbal dalam Rumah Tangga
Pelecehan dan kekerasan datang dalam berbagai bentuk dan tidak semuanya bersifat fisik.
Ketika seseorang berulang kali menggunakan kata-kata untuk merendahkan, menakut-nakuti, atau mengendalikan seseorang, itu sudah dianggap kekerasan verbal.
Berikut ini adalah tanda-tanda bahwa Moms atau Dads mengalami KDRT dalam bentuk kekerasan verbal.
1. Membantah
Bedakan antara membantah terus-menerus dan berdebat ya, Moms. Sesekali, perdebatan adalah hal yang wajar dan sehat dalam sebuah hubungan.
Itu berarti Moms dan Dads berdua menyampaikan sudut pandang masing-masing tanpa maksud untuk menyakiti.
Sedangkan, pasangan yang selalu membantah kata-kata bermaksud untuk membuat pasangan kecil hati adalah suatu bentuk kekerasan verbal.
Misalnya saat Moms berdua makan di restoran. Ketika Moms memuji hidangannya yang lezat, tapi pasangan langsung membantah dan bilang makanannya tidak enak.
Ini bisa membuat Moms merasa kecil hati karena berpikir memiliki selera yang buruk.
Padahal, bisa saja pasangan setuju bahwa rasanya enak namun ia hanya tidak ingin membuat Moms merasa lebih benar.
2. Selalu Mengkritik
Kritik yang membangun tentu saja positif dan sangat diperlukan untuk kemajuan orang lain. Namun, ada perbedaan antara kritikan dan mencari-cari kesalahan orang lain.
Kritikan yang disampaikan dengan tujuan menunjukkan kelemahan orang lain atau membuat orang tersebut kehilangan kepercayaan dirinya.
Hal ini sudah termasuk bentuk kekerasan verbal, Moms. Misalnya, cara bicara Moms selalu diejek karena dianggap buruk oleh pasangan tanpa memberikan masukan.
Baca Juga: Kekerasan pada Anak: Tanda, Jenis, Dampak, dan Cara Mengatasinya
3. Memberi Nama Panggilan Buruk
Jenis kekerasan verbal ini mungkin yang paling mudah dikenali. Ini termasuk menyebut nama buruk atau diteriaki secara terus menerus.
Argumen yang selalu menggunakan teriakan dan penggunaan kata agresif dalam percakapan adalah tanda komunikasi Moms dengan pasangan sama sekali tidak sehat.
Belum lagi bila pertengkaran tersebut memberikan Moms label nama panggilan yang buruk, seperti, "dasar bodoh!"
Ini merupakan tanda bahwa Moms mengalami kekerasan verbal dari pasangan.
4. Menuduh dan Menyalahkan
Berbeda dengan memberikan kritik yang membangun, menuduh dan menyalahkan termasuk dalam kekerasan verbal.
Padahal, pasangan menyalahkan Moms akan hal-hal yang sebenarnya di luar kendali Moms.
Contohnya ketika pasangan terlambat ke kantor. Ia mungkin menyalahkan Moms karena lambat menyetir. Padahal, saat itu kondisi jalanan memang lebih macet dari biasanya.
Selain itu, tak jarang ketika seseorang melakukan kesalahan namun tak berani mengakuinya, mereka malah melimpahkan kesalahannya kepada orang lain.
Bentuk kekerasan verbal ini biasanya diselingi guyonan, namun lama kelamaan dapat menyakiti hati pasangan. Ini juga kerap disebut sarcastic.
Begitu pula yang terjadi dalam kehidupan berumah tangga.
Contohnya suami tak mendapat penghasilan cukup, ia lalu menyalahkan sang istri yang tak membantunya dalam mencari uang.
Padahal suaminya sendiri yang meminta sang istri untuk tetap di rumah menjaga Si Kecil.
5. Menolak Berbicara
Bahkan tidak berkata apa pun bisa jadi bentuk kekerasan verbal. Hal ini disebut dengan silent treatment, terutama bila dilakukan untuk membuat korbannya merasa tidak nyaman.
Misalnya, ketika Moms bertengkar dengan pasangan, ia memilih diam dan pergi ketika Moms menuntut penjelasan darinya.
Padahal, dalam hubungan yang sehat, pasangan akan memilih menjauh dari pertengkaran dan mencoba membicarakan masalah saat keduanya sudah tenang.
Baca Juga: Viral Oki Setiana Dewi Normalisasi KDRT, Ini Hukum KDRT dalam Islam, Wajib Tahu!
6. Menyembunyikan Identitas
Menyembunyikan identitas diri sudah sering terjadi pada banyak pasangan yang telah menikah.
Sebagian besar banyak yang menutupi bahwa dirinya sudah berstatus menikah hanya karena masih ingin dekat dengan orang lain atau mungkin jenuh terhadap kehidupan rumah tangganya.
Pada akhirnya membuat diri seolah-olah masih lajang adalah pilihan yang dirasa tepat.
7. Mengarang
Pasangan kerap mengatakan bahwa Moms suka mengarang suatu kejadian agar merasa bersalah?
Bisa jadi itu adalah bentuk kekerasan verbal agar Moms segera minta maaf dan kian tergantung pada mereka.
Contoh konkretnya seperti Moms menagih janji pasangan untuk membantu pekerjaan rumah, tapi dia berkata “kita tidak pernah ada perjanjian soal itu.”
Bahkan, ia bisa menegaskannya dengan “jangan suka mengarang, itu cuma halusinasi kamu” sehingga Moms akan meminta maaf.
8. Mengancam
Kekerasan verbal bisa jadi awal mula terjadinya kekerasan fisik, salah satunya dimulai ketika pelaku kekerasan ini mengeluarkan nada ancaman.
Ancaman ini sangat mudah dikenali karena sudah pasti memberi efek takut pada korban dan menuntut korban untuk patuh pada kata-kata pelaku kekerasan ini.
Contohnya, “kalau kamu tidak menuruti saya, jangan salahkan saya jika terjadi sesuatu yang mengerikan pada kamu.”
Baca Juga: 6 Bentuk Tindakan KDRT yang Perlu Diwaspadai, Termasuk Merendahkan Pasangan!
9. Manipulatif
Tindakan manipulatif adalah salah satu bentuk kekerasan verbal yang juga paling sering terjadi dalam hubungan percintaan.
Manipulatif adalah tindakan yang menggunakan kata-kata untuk memanipulasi dan mengendalikan orang lain.
Contohnya, "Saya akan menyakiti diri sendiri jika kamu pergi meninggalkanku," ini adalah bentuk tindakan yang menggunakan perasaan bersalah agar membuat Moms melakukan hal-hal tertentu yang tidak diinginkan.
10. Mempermalukan di Depan Umum
Bentuk kekerasan verbal yang selanjutnya adalah ketika pasangan melontarkan kata-kata yang menghina hingga mempermalukan.
Bahkan tak jarang hal seperti ini terjadi di depan umum, seperti contohnya “Kamu bukan ibu yang baik, anak menangis dibiarkan begitu saja”.
Secara tak langsung kata-kata semacam ini akan membuat pasangan menjadi merasa sangat rendah di hadapan orang banyak. Pada akhirnya, akan terjadi rasa trauma bila pergi bersama.
11. Mengabaikan Keberadaan Pasangan
Selain kata-kata yang merendahkan pasangan, mengabaikan atau tidak menganggap kehadiran pasangan kita juga termasuk kekerasan verbal.
Hal ini bukan dalam artian selalu menggunakan kata-kata saja, tetapi juga dengan tidak melibatkan pasangan dalam mengambil keputusan.
Segala sesuatunya dipikirkan dan dikerjakan sendiri. Padahal keputusan yang hendak diambil melibatkan dan mempengaruhi kedua belah pihak.
Tanda-tanda Seseorang Mengalami Kekerasan Verbal
Perilaku kekerasan verbal adalah upaya untuk mendapatkan kekuasaan, dan tujuannya adalah untuk mengontrol serta mengintimidasi korbannya agar tunduk.
Berikut ini beberapa tanda-tanda seseorang yang mengalami kekerasan dilansir dari Very Well Mind.
- Takut pada pelaku kekerasan verbal.
- Merasa takut tampil di depan umum.
- Merasa terancam.
- Merasa rendah diri dan malu pada diri sendiri.
- Sulit menjelaskan tentang diri sendiri.
Dampak Kekerasan Verbal pada Korban
Ketika mendapat perlakuan kekerasan verbal di rumah tangga baik dari suami maupun istri, ini akan memengaruhi kestabilan mental seseorang.
Tanda-tanda bahwa Moms atau Dads mengalami dampak dari kekerasan verbal adalah:
1. Menurunnya Kepercayaan Diri
Dampak kekerasan verbal di rumah tangga dapat menurunkan rasa percaya diri pasangan. Omelan terus menerus, berteriak dan meremehkan dapat menurunkan rasa kepercayaan diri.
Sering memberi tahu pasangan bahwa dia tidak pandai dalam segala hal dapat membuat pasangan percaya setelah beberapa waktu bahwa dia benar-benar 'tidak berguna.'
Hal ini dapat membuatnya kehilangan kepercayaan pada kemampuannya dan ragu untuk melakukan aktivitas baru.
Misalnya, jika pasangan terus-menerus diberitahu bahwa dia bodoh, dia akan mulai percaya bahwa ini benar dan akan berkinerja buruk di semua aspek kehidupan.
2. Mood Swings
Mood swings atau perubahan suasana hati adalah efek samping psikologis yang cukup standar bagi orang-orang yang terlibat dalam hubungan tidak sehat.
Secara alami, berbagai bentuk kekerasan termasuk kekerasan verbal di rumah tangga, dapat membuat seseorang merasakan perubahan suasana hati.
Perubahan suasana hati dapat menjadi kacau dan membingungkan, menyebabkan seseorang merasa seperti dia tidak dapat mempercayai penilaian atau perasaannya sendiri.
3. Posttraumatic Stress Disorder (PTSD)
Posttraumatic Stress Disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma adalah konsekuensi yang berbahaya dan dapat dialami korban kekerasan verbal.
Trauma kekerasan verbal dapat terbawa hingga ke dalam:
- Hubungan baru
- Romantisme
- Platonis
- Kehidupan profesional
- Hubungan kekeluargaan
Karena trauma berasal dari masalah komunikasi, keraguan diri, dan ketakutan akan penolakan.
Korban mungkin merasa sangat sensitif terhadap percakapan yang intens atau menjadi sangat keras pada diri sendiri karena kesalahan kecil di tempat kerja.
Gangguan seperti PTSD dapat muncul secara tidak terduga, membuat korban merasa tidak stabil secara mental atas hal-hal yang ia pikir harus segera ditangani.
Baca Juga: 11 Artis yang Mengalami KDRT seperti Lesti Kejora, Ada Maia Estianty hingga Yuni Shara!
Penanganan Kekerasan Verbal
Langkah pertama dalam menangani kekerasan verbal adalah dengan mengenali bentuk kekerasan yang dialami.
Dengan bersikap jujur tentang apa yang dialami dan dirasakan, Moms dapat mulai mengambil langkah-langkah berikut ini untuk menangani kekerasan verbal yang dialami.
1. Tetapkan Batasan
Ini bisa dilakukan dengan mengatakan secara tegas kepada pasangan Moms yang bertindak kasar secara verbal, bahwa mereka tidak boleh lagi mengkritik, menghakimi, mempermalukan, mengancam, dan sebagainya.
Kemudian, beri tahu juga pada pasangan, apa yang akan terjadi jika mereka tetap melanjutkan perilaku kasar tersebut.
Misalnya, beri tahu mereka bahwa jika mereka berteriak atau memaki, maka percakapan berakhir dan Moms akan meninggalkan pasangan dalam ruangan tersebut.
Baca Juga: Histrionik, Gangguan Kepribadian yang Manipulatif dan Ingin Jadi Pusat Perhatian
2. Hindari Orang yang Melakukan Kekerasan Verbal
Kekerasan verbal tidak hanya dilakukan oleh pasangan atau orang tua, bisa jadi dari teman dekat atau bahkan kerabat keluarga lainnya.
Bila mendapati seseorang yang selalu melakukan tindakan kasar secara verbal, sebaiknya kurangi menghabiskan waktu bersama mereka, dan sebisa mungkin menghindari keberadaan mereka.
Membatasi pertemuan dengan orang tersebut dapat memberi Moms ruang untuk mengevaluasi kembali hubungan pertemanan, percintaan, atau kekeluargaan yang dijalani.
Daripada menghabiskan waktu dengan orang tersebut, lebih baik mengelilingi diri dengan teman, keluarga, atau orang terdekat lainnya yang memberi hal positif, dan mengingatkan Moms bagaimana seharusnya hubungan yang sehat.
3. Akhiri Hubungan
Jika tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan verbal dapat berhenti, atau orang tersebut tidak memiliki niat untuk memperbaiki perilakunya, sepertinya Moms perlu mengambil langkah terakhir, yaitu untuk mengakhiri hubungan yang dijalani.
Sebelum melakukannya, Moms bisa membagikan pemikiran dan gagasan dengan teman, keluarga, atau konselor tepercaya terlebih dahulu bila dirasa butuh.
Baca Juga: 7 Posisi Seks setelah Bertengkar, Lebih Menggairahkan dan Tahan Lama!
Nah, itu dia Moms informasi seputar kekerasan verbal beserta dampaknya pada korban.
Jangan ragu untuk mencari pertolongan bila Moms atau Dads mengalami hal tersebut dalam rumah tangga, ya.
- https://www.healthline.com/health/mental-health/what-is-verbal-abuse#criticism
- https://www.verywellmind.com/how-to-recognize-verbal-abuse-bullying-4154087
- https://www.joinonelove.org/learn/11-common-patterns-verbal-abuse/
- https://www.brides.com/how-can-someone-identify-and-respond-to-verbal-abuse-1102424
- https://www.webmd.com/mental-health/signs-verbal-abuse
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/327346
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8889444/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.