Kelumpuhan atau Paralisis: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Kelumpuhan atau paralisis adalah ketidakmampuan tubuh untuk melakukan gerakan dalam bentuk apa pun.
Istilah ini juga sering dikaitkan dengan ketidakmampuan merasakan sentuhan atau mengendalikan sensasi tubuh.
Namun, sebenarnya, kelumpuhan atau spastik otot memiliki arti yang lebih luas daripada itu, lho.
Apa sebenarnya yang menyebabkan kelumpuhan atau paralisis? Yuk, tengok lebih lanjut ulasannya di bawah ini, Moms!
Baca Juga: Arti Bunga Mawar Pink, Bukan Sekadar Melambangkan Keromantisan
Mengenal Arti Kelumpuhan
Melansir National Health Services (NHS), kelumpuhan datang dalam berbagai bentuk.
Dikenal dengan paralisis, ini adalah ketika seseorang tidak dapat bergerak atau mengubah posisi tubuh.
Kondisi tersebut dapat terjadi untuk sementara waktu atau seumur hidup (permanen).
Dalam hampir semua kasus, kelumpuhan disebabkan oleh kerusakan saraf, bukan cedera pada daerah yang terkena.
Misalnya, cedera di daerah tengah atau bawah sumsum tulang belakang yang berkemungkinan tinggi akan mengganggu seluruh fungsi tubuh.
Contoh lainnya, termasuk kemampuan untuk menggerakkan kaki atau merasakan sensasi di kulit, meskipun struktur tulang atau otot tetap sehat seperti biasanya.
Otot yang lumpuh juga sering dikaitkan dengan spastik atau kondisi otot yang menegang.
Layuh semu atau lumpuh layu juga menjadi istilah lain yang menggambarkan ketidakmampuan seseorang menggerakkan anggota tubuhnya.
Baca Juga: 10 Latihan Otot Punggung di Rumah, Ada Gerakan Superman
Gejala Kelumpuhan
Melansir Healthline, gejala kelumpuhan atau paralisis bisa datang secara tiba-tiba.
Gejala yang mendadak ini, seperti pada kasus akibat cedera traumatis atau stroke.
Gejala juga dapat berkembang secara bertahap dari waktu ke waktu, karena perkembangan Cerebral Palsy atau penyakit neuron motorik.
Ada pula beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan kelumpuhan bertahap. Pada kondisi ini, pasien mungkin akan mengalami keluhan sebagai berikut:
- Kehilangan sensasi dan kontrol otot yang stabil
- Kram otot
- Kesemutan atau mati rasa pada anggota badan
Gejala lain dari kelumpuhan adalah ketidakmampuan untuk menggerakkan salah satu lengan atau kaki.
Selain itu, pasien juga mungkin mengalami gejala lain, seperti spastik.
Spastik adalah kontraksi otot yang mengencang dan membuat aliran darah tidak lancar.
Baca Juga: Penyebab Tulang Ekor Sakit dan Cara Mengatasinya, Bisa dengan Terapi Hingga Operasi
Penyebab Kelumpuhan
Penyebab lumpuh layu bisa beragam. Namun, umumnya, kelumpuhan terjadi karena salah satu faktor berikut ini:
- Otak tidak dapat menyampaikan sinyal ke area tubuh akibat adanya cedera pada otak.
- Otak mampu merasakan sentuhan dan sensasi lain dalam tubuh, tetapi tidak dapat secara efektif menyampaikan respons akibat adanya cedera pada sumsum tulang belakang.
- Otak tidak dapat mengirim atau menerima sinyal ke area tubuh akibat cedera di sumsum tulang belakang.
Kerusakan sumsum tulang belakang bisa terjadi ketika terdapat cedera yang memicu paralisis pada tubuh.
Cedera ini dapat terjadi akibat kecelakaan traumatis, atau penyakit seperti stroke dan polio.
Pada beberapa kasus cedera tulang belakang, bagian-bagian tubuh yang terlibat tidak sepenuhnya rusak. Artinya, masih bisa berfungsi di beberapa titik.
Pada kondisi seperti ini, pasien mungkin masih bisa merasakan sensasi dan menggerakkan anggota tubuhnya.
Meski demikian, seiring berjalannya waktu, tingkat keparahan dari kelumpuhan yang dirasakan masih mungkin berubah.
Baca Juga: Tulang Hidung Bengkok: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya
Sebaliknya, jika cedera sumsum tulang belakang cukup parah, akan memutus saraf dan membuat otak berhenti mengirim sinyal ke bagian tubuh yang terlibat.
Namun, cedera para daerah yang terkena dan menyebabkan kelumpuhan sangat jarang terjadi.
Umumnya, kondisi tersebut terjadi pada orang-orang yang memiliki kondisi medis lain, seperti diabetes.
Misalnya, neuropati diabetik dapat menyebabkan saraf di beberapa area tubuh, terutama kaki, berhenti berfungsi.
Meski masih bisa bergerak, tetapi sensasi tubuh pasien mungkin akan berkurang atau terasa sangat minim.
Hal ini dapat mengakibatkan gerakan yang lebih melelahkan, kehilangan, atau penurunan kemampuan untuk berjalan.
Ada pula peningkatan risiko masalah kesehatan lainnya, seperti episode kardiovaskular.
Baca Juga: Waspada Bell’s Palsy, Kelumpuhan Wajah yang Juga Bisa Terjadi pada Anak
Jenis-Jenis Kelumpuhan
Ada cukup banyak hal yang dapat menjadi penyebab kelumpuhan. Berikut ini beberapa di antaranya:
- Cedera otak traumatis
- Penyakit stroke
- Sclerosis Lateral Amyotrophic (ALS atau Penyakit Lou Gehrig)
- Infeksi bakteri atau virus
- Distrofi otot
- Tumor tulang belakang dan lainnya
Namun, secara umum, kelumpuhan dibagi menjadi empat kategori utama.
Jenis-jenis kelumpuhan berkaitan dengan bagian tubuh yang terpengaruh.
Berikut ini adalah jenis-jenis kelumpuhan dan penjelasannya:
1. Monoplegia
Monoplegia adalah kelumpuhan di area tubuh tertentu dan paling sering terjadi di satu anggota badan.
Orang dengan monoplegia biasanya mempertahankan kendali atas seluruh tubuh mereka.
Tetapi, mereka tidak dapat bergerak atau merasakan sensasi pada anggota tubuh yang terdampak.
Anggota tubuh yang paling sering merasakan lumpuh layuh semu adalah lengan, tetapi juga dapat mempengaruhi salah satu kaki.
Terkadang itu bisa menjadi kondisi sementara, tetapi dalam kasus lain bisa permanen.
Kondisi ini terjadi ketika bagian dari sistem saraf yang luas dalam tubuh menjadi rusak.
Baca Juga: 24 Cara Menghilangkan Bekas Luka di Wajah hingga Luka Bakar!
Hal tersebut dapat mengganggu aktivitas sinyal ke otot yang menyebabkan kelemahan otot (paresis) atau kelumpuhan di daerah yang terkena.
Kerusakan pada sistem saraf dapat mencakup otak, sumsum tulang belakang, atau satu atau lebih saraf.
Layuh semu inilah yang mempengaruhi anggota tubuh di bagian atas atau bawah tubuh.
2. Hemiplegia
Hemiplegia mempengaruhi lengan dan kaki pada sisi tubuh yang sama.
Dengan hemiplegia, tingkat kelumpuhan setiap orang bervariasi dan dapat berubah seiring waktu.
Hemiplegia sering dimulai dengan sensasi kesemutan, berkembang menjadi kelemahan otot, dan meningkat menjadi kelumpuhan total.
Namun, banyak orang dengan hemiplegia menemukan bahwa tingkat fungsi mereka bervariasi dari hari ke hari.
Gejala yang dirasakan tergantung pada kesehatan mereka secara keseluruhan, tingkat aktivitas, dan faktor lainnya.
Hemiplegia terkadang bersifat sementara, dan prognosis keseluruhan tergantung pada pengobatan.
Sejumlah pengobatan dari jenis paralisis ini termasuk intervensi dini seperti terapi fisik dan okupasi.
Baca Juga: Gara-Gara Digigit Kutu, Bocah Ini Mengalami Kelumpuhan
3. Paraplegia
Paraplegia mengacu pada kelumpuhan di bawah pinggang, dan biasanya mempengaruhi kedua kaki, pinggul.
Tak hanya itu, kelumpuhan ini juga menyebabkan disfungsi seksualitas dan eliminasi.
Meskipun stereotip tentang kelumpuhan di bawah pinggang dikaitkan tidak dapat berjalan, padahal aslinya tak selalu seperti itu.
Jadi, paraplegia mengacu pada gangguan substansial dalam fungsi dan gerakan, belum tentu kelumpuhan permanen dan total.
Jarang, orang dengan paraplegia sembuh secara spontan.
Kondisi ini mungkin terjadi karena fungsi otak atau sumsum tulang belakang yang belum dipahami, seperti regenerasi neuron.
Lebih khusus lagi, paraplegia dapat memperoleh kembali beberapa fungsinya dengan terapi fisik.
Terapi fisik inilah untuk melatih kembali otak dan sumsum tulang belakang mengatasi keterbatasan.
4. Quadriplegia
Quadriplegia yang sering disebut sebagai tetraplegia, adalah kelumpuhan di bawah leher.
Keempat anggota badan, serta batang tubuh, biasanya terpengaruh.
Seperti halnya paraplegia, tingkat kecacatan dan hilangnya fungsi dapat bervariasi dari orang ke orang, dan bahkan dari waktu ke waktu.
Demikian juga, beberapa orang lumpuh secara spontan mendapatkan kembali beberapa atau semua fungsi.
Sementara yang lain perlahan-lahan melatih kembali otak dan tubuh mereka melalui terapi fisik dan olahraga khusus.
Baca Juga: Bolehkah Anak Makan Cokelat Saat Demam?
Faktor Risiko Kelumpuhan
Paralisis dapat mempengaruhi tubuh bagian atas atau bawah, baik satu lengan atau satu kaki.
Gejala dapat muncul secara tiba-tiba atau berkembang secara bertahap dari waktu ke waktu.
Kelumpuhan atau layuh semu sering disebabkan oleh Cerebral Palsy.
Meski begitu, sejumlah cedera dan penyakit lain dapat menyebabkan bentuk kelumpuhan parsial ini.
Berikut adalah beberapa penyakit dan cedera yang memungkinkan Moms terkena kelumpuhan:
- Stroke
- Tumor
- Diabetes
- Kerusakan saraf akibat cedera atau penyakit
- Penekanan saraf
- Kerusakan saraf motorik
- Cedera otak
- Pukulan
- Radang saraf (neuritis)
- Neuropati perifer
Penyebab kelumpuhan juga bisa akibat cedera atau trauma pada otak, sumsum tulang belakang, atau anggota tubuh lainnya.
Baca Juga: 5 Jenis Vitamin untuk Kulit Berjerawat
Komplikasi Kelumpuhan
Lumpuh layu menyebabkan perubahan besar dalam keseluruhan fungsi tubuh.
Seseorang dapat kehilangan indra perasa, keseimbangan, serta mempengaruhi tumbuh kembang yang terjadi pada anak.
Umumnya, apabila terjadi kerusakan, itu bersifat permanen dan memerlukan pengobatan jangka panjang.
Hal ini karena sumsum tulang belakang tidak dapat menyembuhkan dirinya sendiri.
Selain itu, komplikasi lain yang bisa dirasakan adalah kerusakan kulit yang berulang, infeksi dan gangguan fungsi kardiovaskular dan pernapasan.
Dalam banyak kasus, hidup dengan kelumpuhan berarti hidup tanpa kemampuan untuk mengontrol kandung kemih, pencernaan, suhu, dan, fungsi seksual.
Kejang dan rasa sakit dapat dihilangkan sementara dengan menggunakan obat penghilang rasa sakit dan berbagai terapi pengobatan.
Pengobatan Kelumpuhan
Kelumpuhan terkadang merupakan kondisi kelumpuhan sementara, dan sangat umum terjadi setelah stroke atau cedera otak.
Ketika saraf yang mempengaruhi daerah yang lumpuh tidak sepenuhnya terputus, sering kali bisa diobati dengan terapi fisik.
Saat ini tidak ada obat untuk kelumpuhan, termasuk jenis monoplegia.
Sebaliknya, pengobatan bertujuan untuk mengatasi gejala sekaligus meningkatkan kualitas hidup.
Yang lebih penting adalah mengobati penyebab yang mendasari dengan beberapa pengobatan potensial seperti berikut:
1. Terapi Fisik
Terapi fisik dapat digunakan untuk membantu mempertahankan atau membangun kekuatan, fleksibilitas, dan mobilitas pada anggota tubuh yang terkena.
Peregangan, latihan, atau pijat dapat digunakan untuk membantu merangsang otot dan saraf.
2. Terapi Okupasi
Terapi okupasi mengajarkan berbagai teknik untuk mempermudah melakukan tugas sehari-hari seperti berpakaian, mandi, atau memasak.
Cara pengobatan kelumpuhan ini biasanya akan dipandu oleh seseorang yang ahli atau terapis tertentu.
Baca Juga: Alami Migrain Saat Hamil? Ini Gejala, Penyebab, dan Pengobatan yang Aman
3. Alat Bantu
Perangkat ini dapat mempermudah aktivitas sehari-hari.
Beberapa contoh termasuk alat bantu jalan, kursi roda, pegangan dan pegangan khusus, dan perangkat yang diaktifkan dengan suara.
4. Obat-obatan
Obat-obatan dapat membantu mengurangi beberapa gejala yang terkait dengan paralisis.
Contohnya termasuk obat nyeri untuk mengurangi ketidaknyamanan dan relaksan otot untuk kekakuan atau kejang otot.
5. Pembedahan
Jika kelumpuhan disebabkan oleh tumor atau kompresi saraf, pembedahan mungkin diperlukan.
Tindakan pembedahan yang dilakukan biasanya adalah ketika kondisi paralisis membuat penderitanya sulit melakukan aktivitas dengan normal.
Baca Juga: 15+ Rekomendasi Senam Lansia, Rahasia Tetap Bugar di Usia Senja
Nah, itu dia beberapa hal yang perlu Moms ketahui tentang kelumpuhan. Semoga bermanfaat, ya, Moms!
- https://www.spinalcord.com/types-of-paralysis
- https://www.nhs.uk/conditions/paralysis/#:~:text=Paralysis%20is%20the%20loss%20of,may%20be%20temporary%20or%20permanent.
- https://www.healthline.com/health/monoplegia#bottom-line
- https://medlineplus.gov/paralysis.html
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.