Apakah Makan Pedas Menyebabkan Usus Buntu? Ini Kata Dokter!
Banyak orang menduga bahwa makan pedas menyebabkan usus buntu. Namun, benarkah demikian?
Usus buntu merupakan "kantung kecil" yang melekat pada usus besar dan penyumbatan bisa terjadi di sini.
Penyakit usus buntu dapat menjadi kondisi yang mengancam jiwa jika serangan usus buntu tidak diobati, biasanya dengan pembedahan.
Kondisi ini dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi paling sering terjadi pada orang berusia antara 10 dan 30 tahun, menurut Journal of The American Academy of Physician Assistants.
Kali ini, dr. David Parulian, Sp.B, FINACS, FICS dari RS Permata Bekasi akan menjelaskan fakta terkait penyakit usus buntu. Simak selengkapnya, ya!
Baca Juga: Ini Prosedur hingga Biaya Operasi Usus Buntu Terkini
Penyebab Utama Usus Buntu
Penyakit usus buntu, juga dikenal sebagai apendisitis, adalah kondisi medis yang terjadi karena peradangan pada usus buntu atau apendiks vermiformis.
Usus buntu adalah sebuah kantong kecil yang berukuran sekitar 5–10 cm dan terletak di bagian awal usus besar, di sebelah kanan bawah perut.
Kondisi ini umumnya ditandai dengan pembengkakan dan peradangan pada usus buntu, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti sumbatan di usus buntu, infeksi, atau cedera di perut.
Dokter David menjelaskan, penyebab utama usus buntu adalah karena adanya penyumbatan pada apendiks.
"Penyebab utama usus buntu adalah penyumbatan pada apendiks. Penyumbatan ini dapat disebabkan oleh tinja yang mengeras (appendicolith), infeksi, atau pembengkakan jaringan limfoid," jelasnya.
Ketika usus buntu tersumbat, bakteri dapat berkembang biak di dalamnya, menyebabkan peradangan dan pembengkakan.
Cedera di perut juga dapat memicu apendisitis, seperti luka tusuk, luka tembak, atau luka karena kecelakaan di jalan raya.
Baca Juga: Waspada Usus Buntu Pecah, Ini Gejala dan Penyebabnya!
Gejala Awal Usus Buntu
Dokter David menjelaskan,gejala awal usus buntu biasanya termasuk sakit perut yang dimulai di sekitar pusar atau ulu hati dan kemudian berpindah ke sisi kanan bawah perut, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, dan demam.
Pada kondisi akut, gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, mual-muntah, dan nyeri perut kanan bawah.
Pada stadium kronik, gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag, yaitu nyeri samar di daerah sekitar pusar dan demam yang hilang timbul.
Menurut University of Maryland Medical Center, jika infeksi tidak ditangani segera setelah rasa sakit muncul, usus buntu bisa pecah.
Benarkah Makan Pedas Menyebabkan Usus Buntu?
Banyak orang percaya bahwa makan pedas menyebabkan usus buntu. Hal ini sering dikaitkan dengan konsumsi sambal atau menelan biji cabai utuh.
Pada dasarnya, makan pedas tidak menyebabkan usus buntu secara langsung.
"Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa menelan biji cabai dapat menyebabkan usus buntu. Usus buntu terjadi ketika appendiks mengalami penyumbatan, namun penyebabnya biasanya adalah faktor lain seperti infeksi atau benda asing yang lebih besar," jelas Dokter David.
Usus buntu terjadi ketika ada sisa makanan yang terjebak dalam usus buntu dan kemudian terinfeksi bakteri.
Sehingga bakteri berkembang biak dan membusukkan sisa makanan di dalam usus buntu dan makan makanan pedas tak menyebabkan hal tersebut.
Walau tak menyebabkan penyakit usus buntu, dokter biasanya memang menyarankan untuk tidak makan makanan pedas karena dapat menambah rasa nyeri pada perut.
Makan makanan pedas, seperti cabai, juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan.
Gangguan pencernaan dapat menyebabkan rasa sakit yang parah di daerah antara tulang dada dan pusar, serta mual dan rasa sakitnya bisa sangat tidak nyaman.
Baca Juga: 8 Gejala Usus Buntu pada Anak, Termasuk Sulit Buang Angin!
Membedakan Sakit Perut Biasa dengan Gejala Usus Buntu
Dokter David menjelaskan, sakit perut akibat usus buntu biasanya dimulai secara mendadak, bertambah parah, dan berpindah dan menetap ke sisi kanan bawah perut.
Sakit perut akibat usus buntu ini juga sering disertai dengan gejala lain.
"... Jika disertai mual, muntah, dan demam, ada kemungkinan itu gejala usus buntu. Sakit perut bukan akibat usus buntu biasanya lebih ringan dan tidak disertai dengan gejala lain," ujarnya.
Sementara itu, sakit perut biasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti maag, gas, atau makanan yang tidak sesuai.
Gejala sakit perut biasa umumnya terletak di pusar atau di bagian tengah perut dan dapat berubah-ubah tergantung pada penyebabnya.
Cara Mengobati Usus Buntu
Dokter David menjelaskan, usus buntu biasanya diobati dengan operasi pengangkatan appendiks (apendektomi).
"Dalam beberapa kasus ringan, antibiotik mungkin digunakan, tetapi operasi tetap menjadi pilihan utama untuk menghindari komplikasi seperti perforasi atau usus buntu yang pecah, perlengketan, ileus (gangguan aliran usus), dan lainnya," tambahnya.
Perlu diketahui bahwa saat ini, tidak ada pengobatan alternatif yang diakui secara medis untuk mengatasi usus buntu selain operasi.
Dalam beberapa kasus, antibiotik dapat digunakan sebagai tindakan sementara, tetapi biasanya kondisi tersebut akan berulang atau kambuh kembali dan tetap harus diikuti dengan operasi.
Pemulihan setelah operasi usus buntu biasanya memakan waktu beberapa minggu, namun dengan menggunakan teknik operasi yang lebih canggih seperti teknik laparoskopi, pasien sudah bisa kembali beraktivitas seperti semula dalam 1-2 minggu.
"Setelah menjalani operasi, nantinya pasien disarankan untuk beristirahat, menghindari aktivitas fisik berat, dan menjaga pola makan yang sehat untuk mempercepat proses pemulihan," kata Dokter David.
Baca Juga: Harus Segera Ditangani, Ini Daftar Obat Usus Buntu yang Efektif!
Itulah penjelasan seputar penyakit usus buntu, sekaligus menjawab pertanyaan makanan pedas menyebabkan usus buntu.
Pastikan Moms selalu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat informasi pencegahan dan penanganan usus buntu yang tepat, ya!
- https://www.britannica.com/science/appendix
- https://journals.lww.com/jaapa/Citation/2017/06000/Acute_appendicitis.11.aspx
- https://www.elsevier.com/resources/anatomy/digestive-system/digestive-canal/vermiform-appendix/21729
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.