Penyakit Albuminuria, Kondisi Ginjal Bocor yang Harus Diwaspadai!
Moms dan Dads lebih mengenal istilah ginjal bocor untuk menggambarkan kondisi ginjal yang mengeluarkan terlalu banyak protein di dalam urin. Sedangkan, dalam istilah medis kondisi ini dikenal sebagai penyakit albuminuria atau proteinuria.
Apa Itu Penyakit Albuminuria?
Foto ilustrasi penyakit albuminuria (Sumber: Orami Photo Stock)
Dilansir dari Verywell Family, penyakit albuminuria adalah suatu kondisi di mana albumin yaitu sejenis protein yang ditemukan dalam plasma darah masuk ke dalam urin.
Meskipun jumlah protein dalam urine yang sangat kecil bisa menjadi normal, kadar albumin yang tinggi merupakan salah satu dari beberapa indikator penyakit ginjal kronis (CKD), komplikasi umum dari diabetes tipe 1 dan tipe 2.
Karena penyakit albuminuria tidak menyebabkan gejala yang nyata, orang yang berisiko penyakit ginjal biasanya disarankan untuk melakukan tes protein dalam urine secara teratur untuk mendeteksi kondisi tersebut.
Ini agar tindakan dapat diambil segera untuk mengurangi jumlah protein dalam urine dan melindungi ginjal dari kerusakan lebih lanjut menurut kidney.org.
Penyebab Penyakit Albuminuria
Foto ilustrasi penyakit albuminuria (Sumber: Orami Photo Stock)
Ada beberapa kondisi penyebab penyakit albuminuria yaitu:
1. Nefropati Diabetik
Salah satu penyebab penyakit albuminuria adalah nefropati diabetic. Saat Moms atau Dads menderita diabetes, glomeruli, yang ada di dalam ginjal akan mengalami penebalan. Akibatnya, glomeruli yang seharusnya menyaring zat sisa metabolism dan mengeluarkan cairan dari tubuh mengalami penurunan fungsi.
Hal ini yang membuat protein albumin ikut terbawa ke dalam urine. Di awal, penyakit ini tidak menunjukakn gejala. Tanda dan gejala penyakit baru yang akan dirasakan ketika kerusakan ginjal sudah semakin parah. Gejala lain yang mengikuti seperti sakit kepala, kelelahan, menurunnya nafsu makan, dan pembengkakan kaki.
2. Lupus Nefritis
Penyebab penyakit albuminuria lainnya yaitu lupus nefritis. Lupus nefritis ini adalah peradangan pada ginjal yang terjadi akibat adanya pengaruh dari penyakit systemic lupus erythematosus (SLE).
Lupus sendiri merupakan penyakit autoimun di mana sistem kekebalan yang seharunsya melindungi tubuh dari penyakit, justru berbalik menyerang sel dan organ tubuh sendiri.
Tak jarang kondisi ini dapat sebabkan ginjal mengalami peradangan, sehingga mengganggu fungsi ginjal sebagai penyaring limbah dari dalam tubuh. Akibatnya, darah dan protein tidak tersaring dengan baik. Hal ini juga yang menyebabkan adanya darah dan protein dalam urine.
Gejala lupus nefritis ini umumnya tidak jauh berbeda dengan gangguan ginjal lainnya seperti darah dan protein dalam urine, mengalami pembengkakann pada kaki, mata, dan perut, dan kencing berbusa juga berwarna gelap.
Baca Juga: Penyakit Ginjal: Gejala, Cara Mencegah, dan Mengatasinya
3. Infeksi Ginjal
Infeksi ginjal atau pielonefritis ini dapat terjadi karena adanya perpindahan bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke ginjal. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih, yaitu E.Coli, merupakan penyebab utama infeksi ginjal.
Gejala dari infeksi ginjal ini mulai demam mengigil, rasa sakit ketika buang air kecil, dan timbulnya rasa sakit di sekitar perut, punggung, atau pinggang.
Bila tak segera ditangani, infeksi ginjal dapat sebabkan komplikasi serius berupa munculnya jaringan parut di glomeruli. Bila terjadi, ginjal akan kehilangan fungsinya dan sebabkan protein terbawa urine atau penyakit almbuminuria.
4. Preeklamsia
Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi, dan tingginya kadar protein dalam urine.
Ibu hamil yang menderita preeklamsia bisa merasakan gejala berupa nyeri pada perut bagian atas, sakit kepala, adanya kenaikan tekanan darah, protein dalam urine, dan penglihatan menjadi kabur. Tapi, terkadang tidak terjadi gejala preeklamsia sekalipun.
Baca Juga: 4 Tips Mencegah Batu Ginjal Menurut Dokter Gizi Klinis
5. Sindrom Nefrotik
Gangguan ginjal yang membuat tubuh kehilangan terlalu banyak protein melalui urine atau sindrom nefrotik ini jarang terjadi. Namun, kondisi ini dapat menyebabkan albuminuria pada siapa saja baik orang dewasa maupun Si Kecil.
Sindrom nefrotik terjadi akibat rusaknya glomeruli di ginjal yang disebabkan oleh peradangan, sumbatan pembuluh darah, infeksi, hingga penyakit tertentu, seperti diabetes, lupus, dan kanker.
Gejala sindrom nefropatik adalah protein dalam urine, pembengkakan di seluruh tubuh, mudah terserang infeksi, lemas, dan urine yang berbusa.
Gejala Penyakit Albuminuria
Foto ilustrasi penyakit albuminuria (Sumber: Orami Photo Stock)
Satu-satunya tanda luar dari kelebihan protein dalam urine adalah yang berkembang bersamaan dengan penyakit ginjal kronis. Ada banyak gejala penyakit albuminuria yang dapat disalahartikan sebagai masalah lain, itulah sebabnya skrining sangat penting. Center fo Disease Control and Prevention menjabarkan gejala penyakit albuminuria meliputi:
- Intoleransi terhadap dingin
- Kelelahan
- Pusing
- Bau amonia pada nafas (uremia fetor)
- Rasa logam di mulut (dysgeusia)
- Dispnea (sesak napas)
- Mudah memar
- Pembengkakan (edema) pada wajah
- Kesulitan berkonsentrasi
- Gatal (pruritus)
- Kehilangan selera makan
- Urine berbusa
- Sulit atau sering buang air kecil, termasuk di malam hari
- Nyeri pada ginjal, kaki, atau punggung atas
Baca Juga: Mengenal Fungsi Korteks pada Ginjal sebagai Pertahanan Pertama Lawan Penyakit
Cara Ketahui Penyakit Albuminuria
Foto ilustrasi penyakit albuminuria (Sumber: Orami Photo Stock)
Tenaga kesehatan sering menguji albuminuria menggunakan tes dipstik urine diikuti dengan pengukuran albumin dan kreatinin urin, yaitu:
1. Tes Dipstick untuk Albumin
Tes dipstick yang dilakukan pada sampel urine dapat mendeteksi adanya albumin dalam urin. Untuk tes, seorang perawat atau teknisi menempatkan dipstick, secarik kertas yang diolah secara kimia, ke dalam urin. Dipstick berubah warna jika ada albumin dalam urin.
2. Pengukuran Albumin dan Kreatinin
Tenaga kesehatan menggunakan pengukuran ini untuk menentukan rasio antara albumin dan kreatinin dalam urine dan untuk memperkirakan jumlah albumin yang diekskresikan dalam 24 jam.
Kreatinin adalah produk limbah yang disaring di ginjal dan diekskresikan dalam urin. Penyedia layanan kesehatan mempertimbangkan rasio albumin-kreatinin urine di atas 30 mg/g lebih tinggi dari biasanya.
Baca Juga: 3 Tanda Ginjal Sehat dan Cara Menjaganya, Wajib Tahu!
Cara Mengatasi Penyakit Albuminuria
Foto ilustrasi penyakit albuminuria (Sumber: Orami Photo Stock)
Cara mengatasi penyakit albuminuria ini tergantung dari penyebab munculnya kondisi tersebut. Beberapa obat-obatana akan diresepkan oleh dokter untuk bantu kurangi gejala serta cegah munculnya komplikasi, yaitu:
1. Obat Tekanan Darah
Obat ini berguna untuk mengontrol tekanan darah di glomeruli serta turunkan jumlah protein dalam urine, yang mencakup obat golongan ACE inhibitor dan ARB (Angiotensin II Receptor Blocker)
2. Obat Diuretic
Obat diuretic berguna untuk mengurangi pembengkakan di bagian tubuh akibat ginjal bocor. Yang termasuk obat diuretik adalah furosemide, spironolactone, dan thiazide.
3. Obat Penekan Distem Kekebalan Tubuh
Obat jenis ini berguna untuk menekan respons abnormal dari sistem kekebalan tubuh dan mengurangi peradangan, misalnya obat golongan kortikosteroid.
4. Diet Khusus
Selain menggunakan obat-obatan, penderita ginjal bocor disarankan menerapkan pola hidup yang sehat serta menjalani diet khusus dari imbauan dokter. Diet itu bisa seperti menghindari makanan berlemak, mengurangi konsumsi makanan yang mengandung protein tinggi, dan diet garam.
Baca Juga: Jarang Disadari, Ini Gejala Kanker Ginjal yang Harus Diwaspadai
Jika Moms dan Dads menderita diabetes dan urinalisis menunjukkan bahwa Anda memiliki protein dalam urine maka kalian memiliki alasan untuk khawatir.
Namun, juga harus merasa diberdayakan oleh fakta bahwa telah mengetahui apa yang mungkin merupakan awal dari penyakit ginjal kronis jauh sebelum berkembang ke titik yang menyebabkan gejala penyakit ginjal stadium akhir.
Ikuti saran dari dokter untuk mengatasi penyakit albuminuria, Anda dapat membuat perubahan gaya hidup dan mengambil tindakan lain untuk menjaga ginjal tetap sehat dan berfungsi normal.
- https://emedicine.medscape.com/article/238158-treatment
- https://kidney.org.au/uploads/resources/albuminuria.pdf
- https://www.niddk.nih.gov/health-information/kidney-disease/chronic-kidney-disease-ckd/tests-diagnosis/albuminuria-albumin-urine
- https://jasn.asnjournals.org/content/17/8/2120
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/16428-proteinuria
- https://www.niddk.nih.gov/health-information/kidney-disease/chronic-kidney-disease-ckd/tests-diagnosis/albuminuria-albumin-urine
- https://www.niddk.nih.gov/health-information/kidney-disease/chronic-kidney-disease-ckd/tests-diagnosis/albuminuria-albumin-urine#:~:text=Albuminuria%20is%20a%20sign%20of,albumin%20pass%20into%20the%20urine.
- https://www.kidney.org/atoz/content/albuminuria
- https://www.diabetes.co.uk/diabetes-complications/proteinuria.html
- https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/albuminuria
- https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0083273
- https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/194038
- https://www.verywellhealth.com/understanding-albuminuria-1087350
- https://www.cdc.gov/kidneydisease/basics.html
- https://jasn.asnjournals.org/content/21/12/2020
- https://my.clevelandclinic.org/health/diagnostics/12983-urine-protein-test
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.