Abortus Inkomplit: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya
Apakah Moms tahu bahwa terdapat beberapa jenis keguguran dan salah satunya adalah abortus inkomplit atau biasa disebut aborsi yang tidak tuntas.
Singkatnya, abortus inkomplit adalah aborsi yang hanya berhasil sebagian.
Abortus inkomplit sangat jarang terjadi, tetapi terkadang bisa terjadi saat seseorang mengalami terminasi kehamilan.
Terminasi kehamilan adalah proses untuk mengakhiri masa kehamilan, salah satunya dengan cara medis atau aborsi ilegal, sehingga bayi dilahirkan bukan pada waktunya.
Istilah abortus inkomplit juga bisa membingungkan, karena terdengar seolah-olah penghentian kehamilan yang belum terjadi.
Namun, secara umum abortus inkomplit berarti kandungan di dalam rahim belum keluar dengan sempurna.
Tidak ada janin yang akan berkembang, tetapi tubuh hanya mengeluarkan sebagian jaringan dan produk kehamilan.
Baca Juga: 5 Penyebab Lama Hamil setelah Keguguran, Perhatikan Moms
Seberapa Umum Kondisi Abortus Inkomplit?
Kebanyakan wanita tidak akan mengalami masalah apa pun saat mereka melakukan penghentian kehamilan atau aborsi.
Namun, komplikasi dapat terjadi dalam kasus yang jarang terjadi.
Terkadang ada beberapa jaringan yang tertinggal di dalam rahim seseorang, yang mungkin merupakan bagian dari lapisan rahim atau beberapa produk kehamilan misalnya janin atau plasenta.
Seseorang tidak lagi hamil, tetapi proses aborsi belum selesai karena masih ada materi di dalam rahim yang perlu dikeluarkan.
Semakin dini seseorang mengalami terminasi, semakin mudah rahim mengosongkan dirinya sendiri sepenuhnya sehingga tidak terjadi abortus inkomplit.
Dikutip dari 132 Healthwise, abortus inkomplit lebih mungkin terjadi jika seseorang melakukan aborsi saat kehamilan memasuki usia yang lebih tua.
Namun, perlu Moms ingat bahwa risikonya juga masih relatif masih rendah.
Kemungkinan terjadinya abortus inkomplit setelah penghentian secara medis atau aborsi ilegal, kira-kira dipresentasikan dengan nilai berikut ini:
- 1,6 persen Jika dilakukan hingga hari ke 77 kehamilan
- 2,6 persen Jika dilakukan antara 78 - 83 hari
- 3,4 persen Jika dilakukan antara 83 - 91 hari
Perlu Moms ingat bahwa abortus inkomplit cenderung tidak terjadi setelah penghentian kehamilan dilakukan oleh dokter dengan cara operasi.
Biasanya, pada kondisi ini dokter akan membersihkan isi rahim selama prosedur.
Namun, memang abortus inkomplit masih bisa terjadi jika ada jaringan yang terlewat.
Abortus inkomplit terjadi pada wanita yang hamil <20 minggu.
Mereka lebih sering terjadi pada wanita dengan usia lanjut dan wanita dengan status sosial ekonomi rendah atau mereka yang terlibat dalam perilaku berisiko.
Faktor risiko dan populasi pasien yang paling sering terkena mirip dengan aborsi spontan, yaitu masyarakat berpenghasilan rendah atau pada daerah tertinggal seperti negara-negara dunia ketiga.
Sayangnya, tidak ada data statistik tentang pasien abortus inkomplit di seluruh dunia karena legalisasi aborsi di banyak negara dan kasus yang tidak dilaporkan di negara-negara dunia ketiga.
Baca Juga: 16 Pantangan Ibu Hamil yang Pernah Keguguran, Catat!
Tanda-tanda Abortus Inkomplit
Seseorang mungkin sedang mengalami abortus inkomplit jika melihat gejala atau tanda-tanda berikut setelah penghentian kehamilan, yaitu:
- Pendarahan lebih dari yang diharapkan
- Pendarahan yang tidak berkurang setelah beberapa hari pertama
- Pendarahan yang berlangsung lebih dari tiga minggu
- Nyeri atau kram yang sangat parah
- Nyeri yang berlangsung lebih dari beberapa hari
- Ketidaknyamanan saat ada sesuatu yang menekan perut
- Demam yang tinggi atau berlangsung lebih dari satu atau dua hari
Baca Juga: 5 Penyebab Lama Hamil setelah Keguguran, Perhatikan Moms
Penyebab Kondisi Abortus Inkomplit
Sebagian besar abortus inkomplit tidak dapat dicegah, di mana 50 persen kasusnya berasal dari kelainan kromosom.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa kasus lain abortus inkomplit disebabkan oleh etiologi yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko lainnya.
Seperti usia, penyakit ibu (diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, masalah tiroid, sindrom ovarium polikistik, lupus, trombofilia), kekurangan atau kelebihan berat badan, uterus abnormal, paparan teratogen (obat-obatan, alkohol, kafein, radiasi), dan infeksi (HIV, penyakit menular seksual, Listeria monocytogenes).
Kasus lain yang kurang diketahui dan dilaporkan yaitu abortus inkomplit karena adanya aborsi medis atau ilegal elektif sebelumnya, perawatan prenatal yang buruk atau tidak ada, dan trauma perut atau panggul bagian bawah.
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, kasus abortus inkomplit yang lebih tinggi biasanya dilaporkan di negara dunia ketiga atau negara di mana aborsi lazim dan banyak wanita yang tinggal di daerah di mana aborsi elektif adalah ilegal.
Tidak hanya itu, negara-negara ini juga biasanya memiliki keterbatasan dalam akses dalam layanan kesehatan.
Baca Juga: Kehamilan Serotinus, Kondisi Kehamilan Lebih dari 42 Minggu
Mengatasi Kondisi Abortus Inkomplit
Diagnosis abortus inkomplit terjadi saat pasien merasakan nyeri perut bagian bawah dan atau nyeri panggul dengan perdarahan vagina pada wanita hamil.
Termasuk kehamilan ektopik, perdarahan idiopatik pada kehamilan yang layak, perdarahan subchorionic, kehamilan mola, trauma vagina, infeksi vagina atau serviks, aborsi spontan, atau kelainan serviks (berlebihan kerapuhan, keganasan, atau polip).
Dokter mungkin akan melakukan pemindaian ultrasound untuk memastikan diagnosisnya.
Jika pasien datang dengan tanda-tanda syok, perbedaan diagnosanya dapat meluas seperti misalny aborsi septik, syok hemoragik, syok serviks, atau ruptur uterus.
Pasien dengan abortus inkomplit biasanya memiliki prognosis yang baik dan dapat ditangani dengan harapan tingkat keberhasilan 82-96 persen tanpa konsekuensi hilangnya kesuburan di masa depan.
Tidak ada perbedaan besar dalam penatalaksanaan medis yang terkadang ilegal versus penatalaksanaan abortus inkomplit saat usia kehamilan kurang dari 12 minggu.
Menghindari operasi juga terbukti bermanfaat karena lebih sedikit efek samping.
Abortus inkomplit setelah 12 minggu memiliki peningkatan risiko 3,4 persen untuk hasil yang tidak diinginkan, termasuk kematian ibu atau pasien, operasi besar, atau kemandulan.
Hal ini kemungkinan terjadi akibat peningkatan ukuran janin, suplai darah, dan ukuran uterus.
Setelah usia kehamilan 14 minggu, risiko kematian ibu dan komplikasi serius semakin meningkat.
Faktor risiko lain untuk prognosis yang buruk adalah keterlambatan waktu untuk mencari pengobatan, yang dapat dilihat di komunitas pedesaan dan miskin di mana perawatan kesehatan jarang.
Perlu diketahui juga bahwa jika seseorang pernah mengalami abortus inkomplit setelah meminum pil aborsi, maka dia mungkin dapat menggunakan misoprostol lagi untuk membuat rahimnya berkontraksi lebih banyak.
Jika ini tidak membantu atau tidak cocok, dokter mungkin merekomendasikan prosedur pembedahan untuk membersihkan rahim.
Pasien mungkin harus melakukan aspirasi vakum manual dari prosedur dilatasi dan kuretase.
Keduanya biasanya dapat dilakukan tanpa anestesi umum dan pasien tidak perlu menginap di rumah sakit.
Metode yang sama juga digunakan untuk merawat wanita yang mengalami abortus inkomplit atau yang memiliki jaringan tersisa di dalam rahim setelah melahirkan.
Sebagian besar pasien mungkin juga sudah mengetahui solusi ini karena prosedur tersebut juga digunakan untuk melakukan pembedahan penghentian kehamilan atau aborsi.
Perawatan harus memastikan tidak ada jaringan yang tertinggal di dalam rahim pasien.
Gejala pasien seharusnya mulai membaik dengan cepat dan risiko komplikasi yang lebih serius harus dihilangkan.
Namun, pasien tetap harus mewaspadai tanda-tanda infeksi atau masalah lain dan menghubungi dokter jika memiliki kekhawatiran.
Patut diketahui pula bahwa perawatan abortus inkomplit merupakan perawatan yang legal di mana-mana.
Pada negara-negara di mana perempuan dapat dituntut karena melakukan aborsi, tidak perlu memberi tahu staf medis bahwa pasien mencoba melakukan aborsi.
Pasien dapat mengatakan bahwa yang terjadi adalah mengalami keguguran spontan.
Tidak ada tes yang dapat menunjukkan bahwa seorang wanita telah melakukan aborsi secara medis atau ilegal. Komplikasi abortus inkomplit sangat penting untuk ditangani.
Baca Juga: Tidak Ingin Melahirkan Caesar, Ini 3 Persiapan Melahirkan Normal yang Harus Dilakukan
Jadi, itulah beberapa hal tentang abortus inkomplit yang perlu diketahui.
Perlu diingat bahwa jika terdapat seseorang yang memiliki tanda-tanda abortus inkomplit maka penting untuk segera menghubungi layanan kesehatan.
Seseorang memerlukan perawatan jika ada materi yang tertinggal di dalam rahim karena dapat menyebabkan masalah seperti infeksi jika tidak dikeluarkan.
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559071/
- https://www.132healthwise.com/what-is-an-incomplete-abortion.php
- https://hoperising.org/what-are-the-signs-of-an-incomplete-abortion/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.