Mengenal Asthenozoospermia, Gangguan Pergerakan Sperma yang Mengganggu Kesuburan
Jika Dads divonis terkena gangguan pergerakan sperma (asthenozoospermia), jangan sedih dulu ya Moms. Memang benar gangguan pergerakan sperma jenis asthenozoospermia ini bisa menyebabkan infertilitas. Namun, ia bisa disembuhkan, Moms.
Asthenozoospermia adalah kondisi dimana terjadi gangguan pada pergerakan sperma dengan jumlah sperma yang motil kurang dari 40 persen atau jumlah sperma yang bergerak progresif kurang dari 32 persen.
Apa itu motil atau motilitas sperma? Nah, Motilitas sperma adalah kemampuan sperma untuk bergerak di dalam tubuh wanita setelah memasukinya.
Ada dua jenis motilitas yakni motilitas progresif yaitu ketika sperma berenang di sebagian besar garis lurus atau lingkaran besar dan motilitas nonprogresif yaitu sperma dapat bergerak tapi tidak melakukan pergerakan yang progresif atau hanya dapat berenang di lingkaran yang terbatas.
Baca Juga: Masalah Infertilitas Bisa Menurun ke Anak? Simak Penjelasannya
Penyebab Gangguan Pergerakan Sperma Asthenozoospermia
Foto: seattlespermbank.com
Berdasarkan kriteria WHO 2010, asthenozoospermia didiagnosis saat ditemukan sperma yang bergerak secara progresif kurang dari 32 persen. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan kesuburan karena menghambat pertemuan sel sperma dengan sel telur.
Meskipun penyebab pastinya tidak diketahui, namun ada beberapa keadaan yang diperkirakan menjadi penyebab masalah ini.
Mulai dari infeksi daerah genitalia, nutrisi buruk, konsumsi minuman beralkohol, paparan terhadap zat toksik/beracun, faktor usia dan banyak lagi.
"Efek samping dari perawatan kanker seperti radiasi dan kemoterapi juga menjadi salah satu penyebab terjadinya asthenozoospermia," ujar dr. Aida Riyanti, Sp.OG, KFER, M.RepSc Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi RS Pondok Indah IVF Centre.
Mengutip dalamNational Center for Biotechnolgy Information, kebiasaan merokok dikaitkan dengan penurunan motilitas sperma, terutama jika pria tersebut merokok lebih dari 10 batang per hari.
Selain itu, kelainan pada alat genital seperti masalah pada testikel, teratozoospermia (morfologi sperma yang tidak normal, terutama pada ekor dan bagian tengah sel sperma serta penyakit varikokel juga bagian dari penyebab asthenozoospermia.
“Namun, diperlukan pemeriksaan langsung ke dokter spesialis andrologi untuk mengetahui penyebab dari gangguan pergerakan sperma asthenozoospermia, karena jika penyebabnya diketahui maka tata laksana yang diberikan akan sesuai dan lebih efektif,” tambah dr. Aida.
Baca Juga: 6 Cara agar Sperma Sehat dan Siap Membuahi
Bagaimana Mendiagnosis Asthenozoospermia?
Foto: Orami Photo Stocks
Dalam The Global Library of Women's Medicine, analisis air mani adalah tes paling dasar dan berguna, dan dapat mendeteksi 9 dari 10 pria dengan masalah asthenozoospermia.
Tes tersebut untuk mengetahui pembentukan sperma, serta bagaimana mereka berinteraksi dalam cairan mani.
Sampel biasanya dikumpulkan dengan masturbasi. Pria akan diminta untuk tidak melakukan hubungan seksual antara 2 dan 7 hari sebelum mengambil sampel untuk meningkatkan volume air mani.
Cara ini diperlukan agar seluruh ejakulasi dikumpulkan dalam wadah steril untuk memastikan hasil tesnya lengkap.
Kadang-kadang, sampel dapat diambil melalui hubungan seksual, baik dengan kondom yang dirancang khusus atau dengan menariknya sebelum ejakulasi.
Penting untuk tidak menggunakan kondom untuk dibuat sampel mendiagnosis asthenozoospermia, karena bahan pelumas pada kondom dapat mencemari sampel.
Sampel dapat bervariasi tergantung kondisi kesehatan para pria.
Jika persentase sperma yang semakin motil kurang dari 32 persen, diagnosisnya mungkin adalah motilitas sperma yang buruk atau mengalami asthenozoospermia.
Baca Juga: Dads, Ketahui Ciri-ciri Sperma yang Baik dan Sehat
Perawatan untuk Asthenozoospermia
Foto: healthlifemagazine.com
Bagi penderita gangguan pergerakan sperma asthenozoospermia, perawatan yang bisa dilakukan dimulai dengan diet untuk menjaga kesehatan reproduksi pria secara umum.
1. Pola Hidup Sehat
Pola hidup sehat bisa dilakukan dengan cara makan makanan yang bergizi, bervariasi, dan kaya akan antioksidan.
Antioksidan bisa ditemukan pada makanan seperti anggur, buah beri, kacang, sayuran hijau gelap, ubi merah dan sayuran oranye, teh, biji-bijian, serta ikan.
Dads juga bisa memperbanyak makan makanan yang mengandung asam amino esensial seperti L-carnitine seperti daging, ayam, susu, dan telur.
“Selain itu, Dads juga dihimbau untuk menghindari konsumsi rokok dan alkohol karena dua kebiasaan tersebut bisa mengurangi kesuburan.Selain itu, Dads juga harus aktif secara fisik dengan berolahraga secara teratur,” jelas dr. Aida.
2. Inseminasi Intrauterine/IUI
Jika Dads ingin tetap melakukan program kehamilan, inseminasi intraurine (IUI) bisa jadi pilhan dalam mengatasi asthenozoospermia.
Hamil dengan meteode ini sangat dimungkinkan, bahkan dengan jumlah sperma yang rendah.
Tetapi semakin rendah jumlahnya, semakin rendah tingkat keberhasilannya.
Penelitian menunjukkan IUI yang dilakukan dengan setidaknya 9 juta kasus asthenozoospermia, memiliki tingkat keberhasilan 17 persen, lho.
Prosedur IUI melibatkan pengambilan dan pencucian sperma. Sperma yang bergerak paling cepat kemudian dimasukkan ke dalam rahim menggunakan tabung plastik halus.
Baca Juga: Mengenal 13 Jenis Kacang-Kacangan, Makanan Sehat untuk Kehamilan
3. Menjaga Berat Badan
Kelebihan berat badan ternyata dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas sperma, lho!
Penelitian telah menunjukkan bahwa penurunan berat badan secara signifikan dapat meningkatkan volume, konsentrasi, dan mobilitas air mani, serta kesehatan sperma secara keseluruhan
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya asthenozoospermia, sebaiknya untuk menjaga pola makan teratur agar berat badan dapat terkontrol dengan baik.
4. Menjaga Suhu Skrotum
Ada hubungan antara peningkatan suhu skrotum dan penurunan kualitas sperma. Suhu produksi sperma yang ideal adalah sekitar 94 ° F atau setara 34 ° C.
Selain itu, menggunakan pakaian dalam longgar dan menjaga agar testis tetap dingin dapat membantu gangguan pergerakan sperma asthenozoospermia.
Didukung dengan istirahat secara teratur jika bekerja di lingkungan yang panas, dan tidak duduk terlalu lama.
Tidak ada bukti bahwa terapi komplementer efektif dalam meningkatkan motilitas sperma atau cara mengatasi asthenozoospermia.
5. Kelola Stres dengan Baik
Stres menjadi pemicu dari banyak keluhan medis, termasuk berkurangnya motilitas sperma atau asthenozoospermia. Untuk itu, cari tahu cara relaksasi dan mengelola stres sesuai dengan diri sendiri.
Hal ini juga penting untuk memastikan kualitas tidur tidak menurun.
6. Pengobatan Alpa Lipoic Acid
Alpha Lipoic Acid (ALA) berperan dalam pengobatan asthenozoospermia. Studi dalam Human Andrology Journal, sebagian besar pasien mencapai respons maksimal selama bulan kedua dan ketiga setelah pengobatan.
Terjadi peningkatan angka kehamilan pada pengobatan ALA.
Alpha-lipoic acid dipercaya mampu mencegah kerusakan sel, menjaga keseimbangan kadar vitamin E dan vitamin C, serta memperbaiki fungsi sel saraf pada penderita gula darah tinggi.
Selain dari suplemen, alpha-lipoic acid (ALA) bisa didapatkan dari makanan, seperti ragi, jeroan, wortel, tomat, bayam, brokoli, dan bit.
Baca Juga: Bahaya PCOS Bagi Wanita yang Sedang Program Hamil
Nah, jadi itulah penjelasan tentang gangguan pergerakan sperma asthenozoospermia.
Jadi, jangan risau dulu. Berkonsultasilah ke dokter, dan jalani perawatan tersebut demi meningkatkan kualitas sperma. Semoga berhasil dengan program hamilnya, Moms dan Dads!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.