6 Jenis Obat Cacingan Anak, Perhatikan Penggunaannya, Moms!
Kapan Si Kecil diberi obat cacingan anak? Tentunya, pertanyaan ini sering muncul saat Moms dan Dads berkonsultasi dengan dokter anak.
Penyakit cacingan merupakan infeksi umum yang terjadi di daerah tropis dan sub-tropis.
Indonesia memiliki angka prevalensi kecacingan sebesar 45–65%.
Gejala cacingan pada anak dapat mengakibatkan anemia, penurunan status gizi, pertumbuhan terahambat, hingga penuruan kemampuan kognitif.
Tahun 2015, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sebanyak 24% populasi di dunia mengalami cacingan.
Afrika, Amerika, Cina, dan Asia Timur memiliki angka kejadian terbesar. Penyakit kecacingan di Indonesia memiliki prevalensi sebesar 45–65%.
Penyakit cacingan dapat ditularkan melalui berbagai cara, di antaranya melalui makanan atau minuman yang tercemar telur cacing atau melalui tanah yang disebut juga soil transmited helminthiasis.
Salah satu penanganannya adalah dengan konsumsi obat cacingan anak.
Baca Juga: Waspada Bahaya Kandungan SLS pada Produk Sabun Cuci Piring untuk Bayi dan Anak
Jenis Obat Cacingan Anak
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia Si Kecil dengan usia 2 tahun dapat mulai diberikan obat cacing, bersamaan dengan menjaga kebersihan lingkungan.
Prinsip pemberian obat cacing pada anak adalah bila hasil pemeriksaan tinja ditemukan telur cacing atau cacing, dan anak menunjukkan gejala anemia, gangguan nutrisi serta lekas letih juga lesu.
Nah, berikut ini jenis obat cacingan anak:
1. Albendazole
Obat cacingan anak ini biasanya digunakan untuk mengobati infeksi cacing pita.
Albendazole sebaiknya tidak diberikan pada anak yang memiliki alergi terhadap obat jenis ini. Ibu hamil juga tidak disarankan mengonsumsi obat ini.
Adapun untuk dosis obat cacingan anak jenis Albendazole (400 mg) untuk anak-anak dua tahun ke atas. Sedangkan untuk anak usia 1–2 tahun adalah ½ tablet Albendazole.
Melansir Vikaspedia, pemberian obat cacingan anak ini harus tepat untuk anak-anak antara usia 1 dan 3 tahun.
Tablet harus dipecahkan dan dihancurkan, kemudian ditambahkan air yang aman untuk membantu pemberian obat.
Anak-anak yang lebih tua harus mengunyah tablet dan jika diperlukan harus mengonsumsi air. Mengenai efek samping obat cacingan anak ini hanyalah sedikit.
Mungkin ada beberapa efek samping ringan seperti pusing, mual, sakit kepala, dan muntah, semuanya kemungkinan karena cacing masuk ke dalam tubuh anak.
Efek samping ini hilang setelah beberapa waktu. Efek samping biasanya dialami oleh anak dengan infeksi tinggi.
Jika gejala tidak hilang dalam waktu 24 jam, atau sangat parah, kemungkinan Si Kecil mengalami sesuatu yang tidak berhubungan dengan pengobatan dan harus dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
2. Levamisole
Obat cacingan anak ini efektif untuk mengobati infeksi cacing kremi, cacing gelang, dan cacing cambuk.
Meski demikian, Levamisole sebagai obat cacing ini kurang efektif untuk mengobati infeksi cacing tambang.
Untuk dosis, biasanya adalah 50 mg namun perlu dengan resep khusus dari dokter selain itu dokterlah yang memberikan jumlah levamisol yang tepat untuk Si Kecil.
Obat cacingan anak ini diberikan sekali sehari dengan waktu pagi sebagai pilihan pemberian obat.
Cara pemberiannya Moms bisa menghancurkan tablet dan mencampurkannya dengan sedikit makanan lunak seperti yoghurt, madu, atau selai. Pastikan Si Kecil langsung menelannya tanpa menguyah.
Atau bisa juga dengan menghancurkan tablet dan mencampurnya dengan air.
Menurut Medicine for Children, adapun efek samping obat cacingan anak ini yaitu mual atau muntah, kemudian ada yang mengalami diare, sakit kepala, pusing, ruam, atau nyeri otot.
Sehingga, bila Moms melihat sesuatu yang tidak biasa dan khawatir dengan keadaan Si Kecil, maka hubungi dokter anak.
Baca Juga: Bukan Cuma Cuci Tangan, Lakukan 5 Cara Ini untuk Mencegah Cacingan pada Balita
3. Pirantel
Pirantel digunakan untuk obat cacingan anak yang menyembuhkan infeksi cacing kremi dan cacing gelang. Pirantel tidak boleh diberikan kepada anak yang memiliki gangguan hati atau alergi terhadap obat ini.
Obat tersebut bekerja sebagai neuromuscular blocking agent yang menyebabkan pelepasan asetilkolin dan penghambatan kokinesterase sehingga menghasilkan paralisis spastik.
Dosis yang dianjurkan 10 mg-11 mg/kg BB per oral, maksimum 1 gram, tidak dipengaruhi oleh makanan.
Efek sampingnya jarang, ringan dan berlangsung sekilas antara lain mual, muntah, diare, kram perut, pusing, mengantuk, nyeri kepala, susah tidur, demam, lelah.
Hati-hati pada penderita gangguan fungsi hati, karena dapat meningkatkan serum amino transferase pada sejumlah kecil Penderita yang memperoleh pirantel.
Pirantel juga tidak dianjurkan bagi ibu menyusui dan anak berusia di bawah usia dua tahun, kecuali atas instruksi dokter.
Tablet Levamisole dan pyrantel pamoate juga direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk pengobatan cacing yang ditularkan melalui tanah.
Namun, dosis yang tepat dihitung berdasarkan berat badan anak, membuatnya sulit secara logistik dalam kampanye skala besar dalam penanganan kasus cacingan.
4. Mebendazole
Mebendazole adalah jenis obat cacingan anak yang digunakan untuk mengobati infeksi cacing gelang, cacing cambuk, dan cacing tambang.
Mebendazole tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak berusia di bawah 2 tahun.
Dilansir dari Drugs, Mebendazole dapat diberikan sebagai dosis tunggal atau 2 kali setiap hari selama 3 hari, tergantung pada jenis cacing yang terinfeksi pada Si Kecil.
Dokter anak akan memberitahu Moms seberapa sering memberikannya.
Biasanya pemberian obat cacingan anak ini yaitu 2 kali sehari: ini harus dilakukan sekali di pagi hari dan sekali di malam hari.
Idealnya, waktu-waktu ini berjarak 10-12 jam, misalnya antara jam 7 pagi dan 8 pagi, dan antara jam 7 malam dan 8 malam.
Usahakan memberi obat pada waktu yang hampir sama setiap hari, untuk membantu Moms.
Jika Moms memberikan mebendazole dosis tunggal, mungkin memerlukan dosis tunggal lagi 2 minggu kemudian, untuk mencegah infeksi ulang. Dokter anak akan memberikan nasihat tentang ini.
Mebendazole (500 mg) direkomendasikan sebagai intervensi kesehatan masyarakat untuk semua anak kecil usia 12–23 bulan, anak prasekolah usia 1–4 tahun, dan anak usia sekolah 5–12 tahun (di beberapa pengaturan hingga 14 tahun) yang tinggal di daerah di mana prevalensi dasar dari setiap infeksi yang ditularkan melalui tanah adalah 20% atau lebih di antara anak-anak.
Hal ini untuk mengurangi beban cacing dari infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah.
Baca Juga: Cara Alami Mengobati Cacingan, Gunakan 8 Bahan Ini
5. Piperazin
Piperazin juga termasuk jenis obat cacingan anak yang digunakan untuk mengatasi infeksi cacing kremi dan cacing gelang.
Obat ini tidak dianjurkan untuk wanita hamil pada 3 bulan pertama.
Pada ibu menyusui, hentikan menyusui sampai dengan 8 jam setelah penggunaan obat terakhir karena piperazin terdistribusi pada ASI.
Beberapa efek yang tidak diinginkan dapat terjadi setelah penggunaan piperazin diantaranya mual, muntah, kejang perut, diare, reaksi alergi, dan sesak napas.
Baca Juga: 4 Cara Mempercepat Pemulihan Setelah Sakit pada Anak, Si Kecil Harus Banyak Istirahat!
6. Ivermectin
Terakhir, ada Ivermectin adalah jenis obat cacingan anak yang dapat membasmi cacing di saluran cerna anak, seperti cacing gelang.
Selain untuk mengobati cacingan, obat ini juga dapat digunakan untuk membasmi kutu dan mengobati kurap.
Namun, sayangnya obat cacingan anak ini tidak boleh diberikan kepada anak-anak dengan berat badan di bawah 15 kg.
Selain itu, jika Si Kecil memiliki gangguan hati, asma, atau pernah menderita meningitis jenis obat cacingan anak ini baiknya dihindari.
Ada beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah menggunakan ivermectin yaitu mual, muntah, diare, pusing, ruam, demam, hingga nyeri otot dan biduran pada anak.
Baca Juga: Ibu Hamil Cacingan, Apa Dampaknya Bagi Janin?
Infeksi cacing ini dapat dicegah dengan cara menjaga pola perilaku hidup bersih dan sehat.
Yaitu dengan cara mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, menggunting kuku seminggu sekali, menggunakan alas kaki, mencuci buah dan sayur sebelum dikonsumsi dan minum obat cacing jika ada anak atau anggota keluarga yang menderita kecacingan.
Selain menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat, pencegahan infeksi cacing dapat dilakukan dengan pemberian obat cacingan anak.
Pemberian obat cacing dapat dimulai sejak anak usia 2 tahun.
Hal ini, disebabkan karena pada anak usia 2 tahun sudah terjadi adanya kontak dengan tanah yang merupakan sumber penularan infeksi cacing.
Pemberian obat cacing dapat diulang setiap 6 bulan sekali.
Sedangkan, untuk daerah non endemis pemberian obat cacing harus diberikan sesuai indikasi dan sesuai pemeriksaan dokter dengan hasil pemeriksaan tinja positif ditemukan telur cacing atau cacing.
Semoga anak Moms terhindar dari cacingan dan selalu jaga kebersihan lingkungan, ya!
- https://www.medicinesforchildren.org.uk/levamisole-nephrotic-syndrome
- https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/kapan-balita-perlu-minum-obat-cacing
- https://www.who.int/intestinal_worms/resources/AAW_8_en.pdf
- https://vikaspedia.in/health/sanitation-and-hygiene/importance-of-deworming-in-children
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.