Gonore pada Pria: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi
Gonore merupakan salah satu infeksi menular seksual yang perlu diwaspadai oleh beragam jenis kelamin dari segala usia.
Maka, penting bagi Moms dan Dads untuk memahami penyebab, gejala, dan cara mengatasinya.
Hal ini karena gonore yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan penderitanya mengalami infertilitas atau gangguan kesuburan.
Baca Juga: Kencing Berbusa: Penyebab, Diagnosis, dan Langkah Mengatasinya
Penyebab Gonore atau Kencing Nanah
Gonore disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria gonorrhoeae atau gonococcus.
Bisa menjangkiti pria atau pun wanita, sebab bakteri gonococcus biasanya ditemukan di cairan penis dan vagina dari orang yang terinfeksi.
Bakteri gonore dapat menyerang dubur, serviks (leher rahim), uretra (saluran kencing dan sperma), mata, dan tenggorokan.
“Gonore paling sering menular melalui kegiatan hubungan intim.
Misalnya seperti oral atau anal, penggunaan mainan seks yang terkontaminasi atau tidak dilapisi dengan kondom baru setiap digunakan, dan berhubungan intim. tanpa menggunakan kondom,” kata Emilie Alirol, kepala program infeksi menular seksual di Kemitraan Penelitian dan Pengembangan Antibiotik Global.
Meski umumnya bisa terjadi pada siapa pun, risiko mengalami gonore dapat meningkat jika seseorang memiliki banyak pasangan untuk berhubungan seksual dan pernah menderita penyakit menular seksual lainnya.
Pria yang sering kali berhubungan seksual dengan sesama pria juga lebih rentan mengalami gonore.
Bayi juga dapat terinfeksi saat proses kelahiran jika ibunya mengidap penyakit gonore.
Pada bayi, biasanya menjangkiti mata bayi, hingga berpotensi mengakibatkan kebutaan permanen.
Perlu diketahui, bakteri gonore tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia untuk waktu yang lama.
Itu sebabnya penyakit ini tidak menular melalui dudukan toilet, peralatan makan, berbagi handuk, kolam renang, berbagai gelas, ciuman, dan pelukan.
Baca Juga: Anuria (Gangguan Kencing): Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Gejala Gonore pada Pria
Infeksi gonore sering kali tidak menimbulkan gejala.
Namun, jika gejalanya muncul, infeksi gonore dapat berdampak pada berbagai organ tubuh selain sistem reproduksi.
“Periode inkubasi, atau masa terpapar bakteri hingga muncul gejala gonore, biasanya terjadi sekitar 10 hari.
Namun, kondisi ini tidak sama untuk setiap pengidap, dan terkadang tidak muncul hingga berbulan-bulan,” kata Dr Alirol.
Mengutip dari National Health Service, berikut gejalanya pada pria yang perlu Moms ketahui:
- Frekuensi buang air kecil yang cukup sering,
- Keluarnya nanah dari penis (tetesan cairan) berwarna putih, kuning, krem, atau kehijau-hijauan
- Bengkak dan kemerahan di bukaan penis.
- Bengkak atau nyeri pada testis.
- Sakit tenggorokan yang datang secara terus-menerus.
Baca Juga: Aturan Pakai Urinter, Plus Efek Sampingnya pada Tubuh
Diagnosis Gonore
Jika Moms mencurigai pasangan mengalami beberapa gejala gonore yang telah disebutkan sebelumnya, segeralah minta pertolongan kepada tenaga medis untuk memeriksa dan menanganinya.
Biasanya, penyedia layanan kesehatan akan mendiagnosis gonore melalui beberapa pemeriksaan fisik dan pertanyaan terkait riwayat seksual penderitanya.
Menurut Cleveland Clinic, tes urine sering kali dapat mendiagnosis gonore.
Pada pria, tes lainnya seperti pengambilan cairan dari penis juga mungkin dibutuhkan selama pemeriksaan.
Selain itu, dokter mungkin akan melakukan kultur tenggorokan atau anal untuk melihat apakah terdapat infeksi ada di area tersebut.
Baca Juga: Serba-serbi Kondisi Inkontinensia Urine yang Wajib Diketahui
Cara Mengatasi Gonore atau Kencing Nanah
Pria yang dinyatakan gonore oleh dokter membutuhkan antibiotik untuk mengobatinya.
Jenis obat yang diresepkan bisa saja diberikan melalui suntikan atau mulut dengan cara diminum.
Setiap resep antibiotik yang diberikan harus dikonsumsi hingga habis sesuai petunjuk dokter.
Jangan sampai dosisnya tidak sesuai karena konsumsi antibiotik yang kurang bisa menghambat proses penyembuhan.
Dosis antibiotik yang berlebihan pun dapat membuat tubuh menjadi resisten sehingga membutuhkan pilihan pengobatan lain.
Jika Dads mengalami gonore dan sedang dalam masa perawatan, jenis pengobatan yang sama juga bisa diberikan pada pasangan.
Hal ini karena penderitanya rentan menginfeksi pasangan seksualnya.
Baca Juga: 6 Fakta Seputar Antibiotik, Sudah Tahu?
Dampak Gonore pada Pria
Ketika sudah diobati, infeksi ini mungkin masih akan bertahan di tubuh selama beberapa hari.
Pada kasus yang jarang ditemukan, gonore dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh, khususnya uretra dan testis.
Rasa nyeri juga dapat dirasakan hingga ke rektum.
Pada pria, konjungtivitis dapat terjadi jika sperma atau cairan vagina yang terinfeksi mengenai mata.
Infeksi pada mata dapat menyebabkan pembengkakan, keluarnya cairan dari mata, iritasi, dan rasa sakit.
Sementara infeksi pada tenggorokan biasanya tidak menimbulkan gejala.
Infeksi pada dubur menyebabkan keluarnya cairan, rasa sakit, dan tidak nyaman.
Gonore juga dapat menjangkiti persendian dan membuat persendian terasa sakit saat digerakkan, bengkak, berwarna merah, hingga terasa hangat.
Apabila penyakit ini dibiarkan begitu saja dan tidak diobati, infeksi akan terus berkembang dan ada kemungkinan terjadi komplikasi yang serius, termasuk masalah kesuburan.
Jadi, sangat disarankan bagi Moms untuk memeriksakan diri jika merasa memiliki risiko terinfeksi.
Bahkan, walaupun Moms tidak mengalami gejala yang jelas, atau gejala telah hilang dengan sendirinya.
Baca Juga: Mengenal Striktur Uretra, Penyempitan Saluran yang Memperlambat Aliran Urine
Cara Mencegah Gonore
Moms dan Dads bisa melakukan beberapa hal yang dilansir dari Mayo Clinic di bawah ini untuk mencegah gonore:
1. Gunakan Kondom
Tidak berhubungan seks mungkin menjadi cara yang ampuh untuk terhindar dari risiko penyakit ini.
Namun, hal ini mungkin akan terasa sangat sulit bagi orang dewasa, apalagi bagi mereka dengan hasrat seksual yang tinggi.
Pria yang aktif secara seksual disarankan untuk selalu menggunakan kondom agar terlindungi dari infeksi menular seksual.
Penggunaaan kondom ini berlaku pada aktivitas seksual apapun, seperti seks anal, seks oral, atau seks vaginal.
2. Membatasi Jumlah Pasangan Seks
Berada dalam hubungan monogami di mana tidak ada pasangan yang berhubungan seks dengan orang lain dapat menurunkan risiko gonore.
Jadi, sebaiknya setia dengan pasangan agar terhindar dari infeksi menular seksual, ya.
3. Lakukan Pemeriksaan Reproduksi
Cara lain yang dapat dilakukan sebagai bentuk pencegahan adalah dengan melakukan pemeriksaan.
Pastikan bahwa Moms atau Dads bebas dari masalah kesehatan reproduksi.
4. Jangan Berhubungan dengan Pasangan yang Terinfeksi
Jika Moms atau Dads mencurigai pasangan memiliki tanda atau gejala infeksi menular seksual, seperti rasa terbakar saat buang air kecil, ruam, atau nyeri pada alat kelamin, janganlah berhubungan seks dengan orang tersebut.
Hal ini bertujuan untuk mencegah diri dari risiko penularan infeksi menular seksual.
Nah, itulah informasi lengkap seputar gonore pada pria yang perlu Moms ketahui.
Jika ternyata Dads memiliki risiko dan menunjukkan gejala, segara cari bantuan medis agar tidak berdampak buruk pada kesehatan ya.
- https://www.nhs.uk/conditions/gonorrhoea/symptoms/
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gonorrhea/symptoms-causes/syc-20351774
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4217-gonorrhea
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.