31 Maret 2021

Positif Covid-19, Saya Tetap Menjalani Peran sebagai Ayah Meski Jauh dari Keluarga

Menjalami isoman di hotel.

Oleh Muhammad Arif Budiman (30 tahun), Ayah dari Muhammad Keenandra Al Ghifari (3 tahun)

Tak terasa telah setahun kita berjuang melawan pandemi Covid-19. Meski 2021 menjadi awalan dan harapan yang baru, saya terpaksa harus menjadi salah satu penyumbang angka positif yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia.

Rasanya sudah sepenuh tenaga menjalani protokol kesehatan dengan baik, tapi takdir berbicara lain.

Sebagai kepala keluarga, saya terpaksa harus berpisah dengan istri dan anak, untuk menjalani isolasi mandiri di salah satu hotel di Tangerang.

Bagaimana pengalaman saya dalam menjalani cobaan ini? Ini dia cerita pribadi saya dalam berjuang infeksi Covid-19.

Yuk kita tengok, Moms.

Positif Covid-19 Bermula dari Mertua yang Sakit Flu

covid-19 1.jpg
Foto: covid-19 1.jpg

Foto: Orami Photo Stock

Sekitar akhir bulan Februari, saya dan keluarga sedang tinggal di rumah mertua di kawasan Karawaci.

Sebagai seorang pegawai swasta dan bekerja di bidang video production, membuat saya harus bolak-balik kantor untuk melakukan berbagai syuting.

Kebetulan, jarak antara rumah dengan kantor tidak terlalu jauh. Hal ini menjadi salah satu kemudahan untuk kami.

Hingga, pada suatu hari, mertua merasakan tidak enak badan seperti demam, flu dan sakit tenggorokan.

Namun, kita mengantisipasi hal tidak diinginkan dengan melakukan swab PCR, karena juga gejala yang tak kunjung membaik.

Mertua saya juga mengalami penciuman hilang, menjadi salah satu yang kita waspadai mengarah ke gejala Covid-19.

Lalu, kurang dari 5 hari, hasil swab mertua menunjukkan positif terinfeksi Covid-19.

Kaget, pasrah, dan berusaha tegar ketika mengetahui ia menjadi salah satu yang terinfeksi.

Kemudian, tak menunggu lama, saya, istri, dan anak langsung melakukan swab karena kontak erat dengan beliau di satu rumah.

Baca Juga: 5 Tips Bekerja di Rumah Agar Tetap Fokus di Tengah Pandemi COVID-19

Tak Ada Gejala, Layaknya Orang Sehat

Kami terpaksa isolasi sekeluarga di rumah pribadi dan mertua dilarikan ke rumah sakit karena kondisi yang semakin memburuk.

Hingga, hasil swab kami keluar pada minggu itu. Rasanya cukup terpukul sekali.

Penuh syukur, istri hasilnya negatif, namun saya dan anak, Keenan, terinfeksi Covid-19.

"Kenapa tidak saya saja yang positif, Keenan usianya masih dini sekali, 3 tahun...." ujar saya dalam hati di kala itu.

Sebagai kepala keluarga, hati saya merasa sangat bersalah, namun ini cobaan yang tetap harus dijalani.

Sejujurnya, saya tak mengalami gejala apapun, namun pada suatu siang sedang memandikan anak, saya tidak bisa mencium salah satu losion bayi-nya.

Hal ini menjadi bukti dan feeling kuat saya terinfeksi Covid-19.

Meski demikian, syukurnya anak saya kondisinya cukup stabil, sehingga ia isolasi bersama ibunya, dan saya isolasi mandiri di salah satu hotel di Tangerang.

Isoman di Hotel, Berpisah dengan Anak

IMG_20210312_094213.jpg
Foto: IMG_20210312_094213.jpg

Foto: Dok/Muhammad Arif

Berpisah dengan istri dan anak merupakan tantangan baru di hidup saya.

Tak pernah terpikirkan kami akan diberikan cobaan seperti ini di keluarga kecil kami.

Hampir memasuki usia 7 hari lebih menjalani rutinitas baru untuk pemulihan Covid-19, membuat kangen bercanda-ria dengan istri dan anak di rumah.

Yang biasanya kami menjalani kegiatan sehari-hari bersama, saat ini terpaksa harus berpisah sementara waktu.

"Ini waktunya kamu manfaatkan isolasi dengan me-time dan bersantai, nggak usah mikirin rumah," ujar Sista, istri saya di kala menyemangati isoman saya.

Kami juga menyempatkan untuk video call menanyakan kabar satu sama lain, di sela-sela waktu luang.

"Kuncinya adalah saling semangat untuk sehat dan bisa kumpul lagi," tambah Sista.

Selalu Berpikir Positif dan Semangat Pulih

IMG_20210319_090118.jpg
Foto: IMG_20210319_090118.jpg

Foto: Dok/Muhammad Arif

Tenaga medis juga cukup ulet dan sabar dalam merawat kami sehari-hari.

Tak hanya saya, puluhan dari kami berjuang untuk sembuh dari infeksi Covid-19 ini.

Adanya senam rutin setiap pagi dengan pasien lain menjadi tempat untuk saya bersosialiasi dan menghibur diri.

Selain itu, konsumsi suplemen secara rutin, serta makan makanan bergizi menjadi kunci kesembuhan kami.

Menurut saya, waktu jadi lebih teratur dan disiplin semenjak isolasi mandiri di hotel. Ada waktu untuk bekerja, istirahat, makan, dan diulang-ulang terus membentuk suatu rutitinas baru.

Ini menjadi salah satu yang perlu disyukuri untuk menjalani cobaan di keluarga kecil kami.

Tetap Menjalani WFH untuk Menepis Kebosanan

IMG_20210312_094213.jpg
Foto: IMG_20210312_094213.jpg

Foto: Dok/Muhammad Arif

"Saya tetap mau bekerja ya, bosan banget di sini soalnya," salah satu celetukan saya ke rekan kerja.

Untungnya, lingkungan kerja mendukung saya untuk pemulihan Covid-19 dan dibolehkah bekerja.

Sejak awal pandemi berlangsung, kantor tempat saya bekerja memang sudah memberlakukan Work From Home (WFH). Jadi, ini membuat salah satu bentuk syukur saya.

Kondisi badan cukup stabil, sehingga bekerja membuat energi positif untuk saya dalam berjuang lekas pulih.

Rasanya, kalau tak bekerja malah membuat badan menjadi tak karuan dan jadi mudah over-thinking.

Sebagai Kepala Keluarga, Saya Harus Bersikap Tenang dan Bijak

WhatsApp Image 2021-03-22 at 09.11.20.jpeg
Foto: WhatsApp Image 2021-03-22 at 09.11.20.jpeg

Foto: Dok/Muhammad Arif

Tak terasa, kurang dari 14 hari saya dinyatakan negatif Covid-19 dan dibolehkan pulang. Badan tak lagi menunjukkan gejala dan tenaga medis memperbolehkan saya untuk kumpul dan lanjut isolasi di rumah.

Rasa penuh haru dan bersukur menjadi satu.

Yang tadinya merasa bersalah harus berpisah dengan keluarga, namun di satu sisi ini menjadi pelajaran untuk saya sebagai kepala keluarga.

Tetap berpikir positif, tenang dan jalani dengan ikhlas adalah kunci pemulihan saya berangsur cepat.

"Kuncinya dibawa enjoy dan yakin sembuh, ini semua butuh waktu," ucap Arif saat dihubungi Jumat lalu.

Baca Juga: Dianugerahi Putri dengan Cerebral Palsy, Iis Risnawati Sempat Merasa Gagal jadi Ibu

Untuk yang masih berjuang, tetap semangat dan yakin badai akan cepat berlalu. Selalu patuhi prokes dan jangan lengah. Kita tak hanya berjuang untuk diri sendiri, namun juga orang tersayang.

Semangat Dads!

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.