Penyebab Preeklamsia pada Kehamilan Kedua dan Penanganannya
Moms, preeklamsia adalah suatu kondisi yang biasanya timbul pada kehamilan. American Pregnancy Association mengungkapkan beberapa gejala yang menunjukkan preeklamsia mungkin termasuk tekanan darah tinggi dan protein dalam urin, terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan.
Preeklamsia sering didiagnosis sebagaih hipertensi gestasional. Walaupun tekanan darah tinggi selama kehamilan tidak selalu mengindikasikan preeklamsia, itu mungkin merupakan tanda masalah lain. Kondisi ini memengaruhi setidaknya 5-8 persen kehamilan.
Baca Juga:Lakukan Saat Hamil, Ini 5 Kebiasaan yang Dapat Mencegah Preeklamsia
Menurut American Family Physician, jika tidak diobati, preeklamsia dapat menyebabkan gagal hati atau ginjal dan masalah kardiovaskular potensial di masa depan.
Ini juga dapat menyebabkan kondisi yang disebut eklampsia, yang dapat menyebabkan kejang pada ibu. Hasil yang paling parah adalah stroke, yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen atau bahkan kematian ibu.
Untuk bayi, preeklamsia dapat mencegah mereka menerima cukup darah, memberi bayi lebih sedikit oksigen dan makanan, yang menyebabkan perkembangan rahim menjadi lebih lambat, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, dan tak jarang lahir mati.
Penyebab Preeklamsia pada Kehamilan Kedua
Lalu, bagaimana bila Moms tengah hamil anak kedua? Mungkinkah preeklamsia bisa terjadi? Apa penyebab preeklamsia saat kehamilan kedua? Simak ulasannya di bawah ini.
1. Riwayat Preeklamsia
Foto: Orami Photo Stock
Jika pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan pertama, maka Moms berisiko lebih tinggi terkenanya pada kehamilan berikutnya.
Jurnal dari Obstetrics & Gynecology mengungkapkan tingkat risiko Moms pun tergantung pada keparahan preeklamsia sebelumnya.
2. Jarak Kehamilan
Foto: Orami Photo Stock
Bila kehamilan kedua terjadi setidaknya 10 tahun setelah kehamilan pertama yang terkena preeklamsia maka kehamilan kedua memiliki peningkatan risiko preeklamsia.
3. Riwayat Keluarga
Foto: Orami Photo Stock
Apabila memiliki ibu atau saudara perempuan yang mengalami preeklamsia maka Moms memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkannya sendiri.
4. Kondisi dan Penyakit Tertentu
Foto: Orami Photo Stock
Penyebab preeklamsia pada kehamilan kedua pun bisa menimpa bila Moms terkena diabetes, tekanan darah tinggi, migrain serta penyakit ginjal. Selain itu ada juga keadaan yang membuat preeklamsia terjadi saat kehamilan kedua yaitu:
- Berusia di bawah 20 dan di atas 40 tahun
- Memiliki anak kembar atau kelipatan
- Obesitas atau memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 30
Penanganan Preeklampsia Ssaat Kehamilan Kedua
Foto: Orami Photo Stock
Jika mengalami preeklamsia lagi, Moms dan bayi akan dimonitor secara teratur oleh dokter kandungan. Perawatan akan fokus pada menunda perkembangan penyakit dan menunda kelahiran bayi sampai betul-betul matang di dalam rahim untuk meminimalkan risiko kelahiran prematur.
Dokter mungkin memantau lebih dekat atau Moms mungkin dirawat di rumah sakit untuk pemantauan dan perawatan tertentu. Ini akan tergantung pada tingkat keparahan penyakit, usia kehamilan dan rekomendasi dokter.
Obat pun kemungkinan akan diberikan oleh dokter. Obat yang digunakan untuk mengobati preeklampsia meliputi:
- Obat untuk menurunkan tekanan darah
- Kortikosteroid, untuk membantu paru-paru bayi berkembang lebih penuh
- Obat antikonvulsan untuk mencegah kejang
Baca Juga:Waspadai Ciri-ciri Preeklamsia pada Ibu Hamil
Moms, preeklamsia pertama saja sudah cukup membuat trauma ya Moms. Apalagi preeklamsia pada kehamilan kedua. Tentu Moms tidak ingin mengalaminya lagi. Namun perlu diingat bahwa ada kemungkinan Moms tidak akan mengalami preeklampsia saat hamil berikutnya, bahkan jika Moms berisiko tinggi.
Bicaralah dengan dokter kandungan tentang preeklamsia dan ajukan pertanyaan apa pun tentang bagaimana preeklamsia mempengaruhi kehamilan sebelumnya. Memahami kondisi dan cara perawatannya dapat membantu Moms untuk menerima kenyataan itu.
Moms memang tidak dapat mengontrol apakah akan mengalami preeklampsia pada kehamilan berikutnya. Tetapi berfokus pada mengelola faktor-faktor risiko yang dapat dikendalikan dan mengikuti rekomendasi dokter kandungan bisa mengurangi risiko.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.