Penyakit Tetanus: Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi, dan Pencegahan dengan Vaksinasi
Dikutip dari Mayo Clinic, tetanus adalah penyakit serius pada sistem saraf yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun.
Penyakit ini menyebabkan kontraksi otot, terutama otot rahang dan leher.
Menurut studi di Pharmaceutical Journal, tetanus dapat memengaruhi orang-orang dari segala usia.
Namun, insiden tertinggi adalah pada orang dewasa berusia di atas 64 tahun karena mereka cenderung tidak divaksinasi secara memadai.
Bayi baru lahir dan ibu yang belum divaksinasi, serta orang yang menyuntikkan narkoba, juga berisiko lebih tinggi terkena penyakit ini.
Hingga kini, belum ada pengobatan pasti yang bisa mengatasi penyakit tetanus.
Perawatan yang dilakukan hanya bisa mengelola gejala dan komplikasi sampai efek toksin teratasi.
Berikut penjelasan selengkapnya yang perlu Moms pahami.
Baca Juga: 5 Manfaat Pohon Gaharu, Mulai dari Melawan Infeksi Bakteri Hingga Bahan Pembuatan Parfum
Gejala Tetanus
Foto: Orami Photo Stock
Menurut National Health Services, gejala biasanya mulai muncul sekitar 4 - 21 hari setelah infeksi.
Rata-rata, mereka mulai setelah sekitar 10 hari. Seiring perkembangan penyakit, tanda dan gejalanya, antara lain:
- Rahang kaku
- Otot perut dan punggung kaku
- Kontraksi otot wajah
- Kejang otot yang menyakitkan, terutama di dekat area luka (jika ini mempengaruhi tenggorokan atau dinding dada, pernapasan dapat terhenti)
- Kesulitan menelan
- Suhu badan tinggi
- Detak jantung cepat
- Demam
- Keringat ekstrim
Jika tidak diobati, gejalanya bisa memburuk selama beberapa jam dan hari berikutnya.
Baca Juga: Mengenal Disfagia, Penyakit Kesulitan Menelan Makanan dan Minuman
Penyebab Tetanus
Foto: Orami Photo Stock
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebutkan, tetanus adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang disebut Clostridium tetani.
Spora bakteri tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui:
- Gigitan binatang atau serangga
- Luka operasi
- Tempat suntikan jarum
- Luka bakar
- Serpihan
- Borok
- Tali pusar yang terinfeksi
- Patahan kuku
- Benda berkarat
Ketika bakteri menyerang tubuh, mereka akan menghasilkan racun (toksin) yang menyebabkan kontraksi otot yang menyakitkan.
Bayi, anak-anak, maupun orang dewasa yang terinfeksi bakteri Clostridium tetani akan mengalami kekakuan pada otot leher dan rahang.
Bahkan, bisa sampai merasa terkunci sehingga mereka sulit untuk membuka mulut atau menelan.
Orang yang terinfeksi bakteri Clostridium tetani juga mungkin akan mengalami kejang pada rahang atau otot wajah.
Lalu menyebar ke tangan, lengan, kaki, serta punggung dan menghalangi kemampuan untuk bernapas.
Kejang sering kali dipicu oleh suara keras, sentuhan, angin atau cahaya.
Begitu bakteri sudah menyebar, angka kematiannya kira-kira mencapai 30%, meski sudah ditangani oleh fasilitas medis modern sekali pun.
Baca Juga: 4 Langkah Perawatan Luka di Telapak Kaki Balita untuk Mencegah Infeksi
Jenis-jenis Tetanus
Foto: scientificanimations.com
Sebelum mengetahui penyebab, gejala, dan cara mengatasinya, Moms perlu mengetahui jenis-jenis penyakit tetanus yang diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, yaitu:
1. Tetanus Umum
Infeksi bakteri ini bisa dipicu oleh luka kecil maupun luka berat.
Periode inkubasi bakteri atau waktu yang dibutuhkan untuk munculnya gejala, yakni sekitar 7-21 hari setelah terinfeksi pertama kali.
Hal ini tergantung pada seberapa jauh lokasi luka dengan sistem saraf pusat. Umumnya, penderita akan mengalami gejala berupa rasa kaku pada rahang (lockjaw).
2. Tetanus Lokal
Bentuk tetanus yang tidak biasa ini menyebabkan kejang otot di dekat lokasi luka.
Meskipun biasanya merupakan bentuk penyakit yang tidak terlalu parah, penyakit ini dapat berkembang menjadi tetanus umum.
3. Tetanus Sefalik
Bentuk tetanus yang langka ini terjadi akibat luka di kepala. Hal ini menyebabkan melemahnya otot-otot di wajah dan kejang otot rahang. Ini juga dapat berkembang menjadi tetanus umum.
4. Tetanus Neonatal
Penyakit ini terjadi pada bayi baru lahir yang lahir dalam kondisi tidak bersih, terutama jika tali pusatnya terkontaminasi.
Melansir studi di Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry, terdapat sekitar 800.000-1.000.000 kematian akibat tetanus setiap tahunnya, di mana sekitar 400.000 kasus disebabkan oleh tetanus neonatorum.
Baca Juga: 7+ Obat Pengering Luka dari Bahan Alami untuk Pertolongan Pertama pada Luka RIngan, Yuk Coba!
Risiko Komplikasi Tetanus
Foto: Orami Photo Stock
Komplikasi infeksi bakteri Clostridium tetani mungkin termasuk:
1. Masalah Pernapasan
Masalah pernapasan yang mengancam jiwa dapat terjadi dari pengetatan pita suara dan kekakuan otot di leher dan perut, terutama selama kejang umum.
2. Penyumbatan Arteri Paru-paru (Emboli Paru)
Bekuan darah yang telah berpindah dari tempat lain di tubuh dapat menyumbat arteri utama paru-paru atau salah satu cabangnya.
3. Radang Paru-paru
Infeksi paru-paru yang disebabkan oleh menghirup sesuatu secara tidak sengaja ke dalam paru-paru (pneumonia aspirasi) mungkin merupakan komplikasi dari kejang umum.
4. Patah Tulang
Kejang umum dapat menyebabkan patah tulang belakang atau tulang lainnya.
5. Kematian
Kematian akibat penyakit ini sering disebabkan oleh saluran napas yang tersumbat selama kejang atau kerusakan pada saraf yang mengatur pernapasan, detak jantung, atau fungsi organ lainnya.
Baca Juga: 6 Cara Melakukan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Menurut Kondisi Korban
Cara Mengatasi Tetanus
Foto: Orami Photo Stock
Jika menurut dokter ada kemungkinan Moms dapat mengembangkan tetanus dari luka, tetapi belum memiliki gejala apa pun, mereka akan memastikan luka dibersihkan secara menyeluruh.
Dokter mungkin juga akan memberi Moms suntikan imunoglobulin tetanus.
Ini adalah obat yang mengandung antibodi yang mencegah toksin tetanus bekerja, menghentikan efeknya pada saraf.
Obat ini akan memberikan perlindungan langsung, tetapi hanya dalam jangka pendek.
Bila Moms belum sepenuhnya diimunisasi atau tidak yakin apakah telah diimunisasi tetanus, dokter mungkin akan memberikan dosis vaksin tetanus. Selain itu, dokter mungkin akan memberikan antibiotik.
Sementara itu, jika Moms mengalami gejala, dokter biasanya akan merekomendasikan untuk melakukan perawatan di unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit, di mana dokter mungkin akan memberikan beberapa perawatan berbeda.
Ini bisa termasuk imunoglobulin tetanus, antibiotik, dan obat-obatan lain untuk membantu kekakuan dan kejang otot.
Kebanyakan orang yang mengalami gejala memang sembuh, tetapi perawatannya bisa memakan waktu beberapa minggu bahkan hingga beberapa bulan.
Baca Juga: Perhatikan 3 Tahap Penyembuhan Luka Sunat ini untuk Menghindari Infeksi
Cara Mencegah Tetanus
Foto: Orami Photo Stock
Moms dapat mencegah penyakit dengan melakukan vaksinasi. Berikut aturan vaksin yang sebaiknya diperhatikan:
1. Vaksinasi untuk Anak-anak
Vaksin diberikan kepada anak-anak sebagai bagian dari difteri dan toksoid tetanus dan vaksin pertusis aselular (DTaP).
Difteri adalah infeksi bakteri serius pada hidung dan tenggorokan. Pertusis aselular, juga disebut batuk rejan, adalah infeksi pernapasan yang sangat menular.
Anak-anak yang tidak mentolerir vaksin pertusis dapat menerima vaksin alternatif yang disebut DT.
DTaP adalah serangkaian vaksin yang biasanya diberikan di lengan atau paha kepada anak-anak pada usia:
- 2 bulan
- 4 bulan
- 6 bulan
- 15 - 18 bulan
- 4 - 6 tahun
2. Vaksinasi Anak Usia 7-18 tahun
Suntikan booster direkomendasikan untuk anak-anak pada usia 11 atau 12 tahun. Booster ini disebut vaksin Tdap.
Jika anak tidak mendapatkan suntikan booster pada usia ini, bicarakan dengan dokter tentang pilihan yang tepat agar penyakit tetanus bisa dicegah.
Baca Juga: Vaksin Tetanus pada Ibu Hamil, Amankah?
3. Vaksinasi Dewasa Berusia 19 Tahun ke Atas
Suntikan booster juga direkomendasikan untuk orang dewasa setiap 10 tahun sekali. Ini mungkin salah satu dari 2 vaksin, baik Tdap atau Td.
Jika Moms tidak divaksinasi tetanus saat anak-anak atau tidak yakin tentang status vaksinasi, sebaiknya temui dokter segera untuk mendapatkan vaksin Tdap.
4. Vaksinasi Selama Kehamilan
Mengingat vaksinasi juga banyak dialami oleh bayi yang baru lahir. Maka, booster vaksin dianjurkan selama trimester ketiga kehamilan, di luar dari jadwal vaksinasi ibu.
Tetanus neonatal juga dapat dicegah dengan memastikan bahwa semua ibu hamil telah mendapatkan imunisasi, dengan melahirkan bayi dalam kondisi bersih, dan dengan perawatan tali pusat yang tepat.
Itu dia Moms, informasi penting seputar penyakit lockjaw. Pastikan Si Kecil dan keluarga mendapatkan vaksin sehingga dapat terhindar dari penyakit ini.
Yuk, gunakan tools Imunisasi dari Orami Apps berikut ini agar jadwal vaksin anak Moms dan Dads terpantau secara tepat.
Jangan lupa imunisasi lengkap sesuai dengan usia Si Kecil, ya!
- https://pharmaceutical-journal.com/article/ld/tetanus-symptoms-treatment-and-vaccination
- https://www.cdc.gov/tetanus/index.html
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tetanus/symptoms-causes/syc-20351625
- https://www.nhs.uk/conditions/tetanus/
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/tetanus
- https://www.webmd.com/children/vaccines/understanding-tetanus-basics
- https://www.webmd.com/children/vaccines/understanding-tetanus-basics
- https://jnnp.bmj.com/content/69/3/292
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.