04 Februari 2022

Kenali Aerosol dan Manfaatnya dalam Pengobatan Penyakit

Bisa jadi terapi untuk penyakit pernapasan kronis

Dalam beberapa peralatan medis atau rumah tangga, kata aerosol mungkin sering ditemukan.

Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan aerosol?

Aerosol adalah zat atau partikel kecil yang tersebar di udara.

Ada yang memiliki bentuk cair seperti embun, padat seperti debu, atau gas seperti asap.

Ini bisa jadi hal yang merugikan atau berbahaya, tetapi bisa dimanfaatkan dalam medis sebagai terapi.

Ingin tahu lebih lanjut?

Yuk, simak pembahasan berikut ini!

Baca Juga: Aminofilin, Obat Pereda Gangguan Napas dan Asma

Aerosol Bisa Merugikan dan Juga Bermanfaat

perbedaan aerosol, droplet, airborne-hero.jpg
Foto: perbedaan aerosol, droplet, airborne-hero.jpg

Foto: Orami Photo Stock

Seperti disinggung tadi, beberapa bentuk aerosol bisa jadi merugikan atau berbahaya bagi kesehatan.

Misalnya, aerosol dari gas dan asap limbah atau polusi udara.

Contoh lainnya adalah aerosol dari percikan cairan pernapasan penderita COVID-19 yang menyebar di udara.

Ini juga berlaku pada penyakit lain yang dapat menular melalui udara.

Namun, aerosol tidak selalu buruk.

Beberapa bentuk aerosol dapat dimanfaatkan untuk terapi atau pengobatan masalah kesehatan tertentu.

Sebutan untuk prosedur medis yang memanfaatkan aerosol adalah terapi aerosol.

Manfaat Terapi Aerosol dalam Medis

Perlukah Memiliki Nebulizer di Rumah.jpg
Foto: Perlukah Memiliki Nebulizer di Rumah.jpg

Foto: Orami Photo Stock

Terapi aerosol adalah prosedur medis yang dilakukan dengan memanfaatkan aerosol.

Tepatnya dengan memasukkan obat ke dalam bentuk partikel aerosol, agar bisa masuk melalui saluran pernapasan ke paru-paru.

Jadi, terapi ini dilakukan dengan meminta pasien menghirup uap yang berbentuk aerosol, agar obat masuk ke saluran pernapasan.

Dengan begitu, waktu yang dibutuhkan obat untuk sampai dan bekerja di saluran pernapasan bisa dipercepat.

Cara ini biasanya dipilih oleh dokter pada kondisi tertentu, agar pemberian obat lebih efektif dan efisien, dibanding obat minum.

Terapi aerosol biasanya digunakan untuk mengobati penyakit pernapasan.

Misalnya penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, bronkitis, emfisema, hipertensi pulmonari arteri, dan infeksi paru-paru.

Studi pada 2011 di jurnal Chest juga membuktikan bahwa terapi aerosol inhalasi merupakan pengobatan paling efektif untuk PPOK.

Sebab, perangkat aerosol dapat mengirimkan obat dengan cepat dan langsung ke saluran udara.

Ini memungkinkan konsentrasi obat lokal yang tinggi sambil membatasi toksisitas sistemik.

Studi lain pada 2016 di jurnal BMC Critical Care juga mengungkapkan bahwa terapi aerosol memberikan keuntungan dibandingkan terapi konvensional dalam keadaan kritis.

Hal ini karena penyakit pernapasan adalah penyebab paling umum dari penyakit kritis.

Penggunaan terapi aerosol untuk memberikan konsentrasi obat lokal yang tinggi dengan efek samping sistemik yang minimal membuat terapi ini bisa menjadi pilihan terbaik.

Baca Juga: Apa Perbedaan Sesak Napas dan Napas Pendek? Simak Penjelasannya!

Jenis-Jenis Terapi Aerosol

asian-boy-using-inhaler-containing-medicine-stop-coughing_33745-1063.jpg
Foto: asian-boy-using-inhaler-containing-medicine-stop-coughing_33745-1063.jpg

Foto: Orami Photo Stock

Berdasarkan alat yang digunakan, terapi aerosol dapat dilakukan dengan beberapa metode.

Metode yang pertama adalah inhaler.

Ini adalah alat yang biasa digunakan dalam terapi aerosol.

Alat inhaler terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

1. Metered Dose Inhaler (MDI)

Metered Dose Inhaler (MDI) adalah alat untuk mengeluarkan uap obat yang sudah diukur dosisnya secara akurat dalam sekali semprot.

Ini biasanya paling sering digunakan oleh pengidap asma.

Tujuannya untuk membantu membuka jalan napas saat mengalami sesak.

Inhaler jenis ini terdiri atas 2 bagian utama, yaitu canister dan wadah plastik.

Canister adalah kaleng kecil yang berisi obat cair dan dan komponen lain.

Komponen yang dimaksud akan mengubah obat menjadi partikel kecil atau aerosol.

Dengan begitu, obat bisa disemprotkan dengan mudah.

Sementara itu, bagian kedua dari jenis inhaler ini adalah wadah plastik yang menyambungkan canister ke mulut pasien.

2. Dry Powder Inhaler (DPI)

Jika MDI menyemprotkan obat dalam bentuk aerosol cair, Dry Powder Inhaler (DPI) adalah alat menyimpan obat dalam bentuk bubuk berpartikel kecil.

Bentuk dan cara kerja DPI juga agak berbeda dengan MDI.

Pada MDI, alat perlu ditekan agar obat cair bisa dikeluarkan.

Namun, pada DPI, obat dapat keluar dengan tarikan napas dari pasien, yang mengaktifkan alat ini.

Baca Juga: Hiperventilasi, Kondisi Seseorang Bernapas secara Cepat dan Berlebihan

3. Soft Mist Inhaler (SMI)

Jenis inhaler yang terakhir adalah Soft Mist Inhaler (SMI).

Ini adalah jenis inhaler terbaru yang dapat menghasilkan aerosol yang lebih halus, dibandingkan MDI.

Selain itu, konsentrasi obat yang disemprotkan menjadi berbentuk aerosol oleh SMI juga lebih tinggi dari MDI.

Untuk penggunaannya, SMI memiliki penyemprotan yang lebih perlahan.

Ini memungkinkan ada lebih banyak obat yang bisa masuk ke dalam saluran pernapasan.

Nah, itulah beberapa jenis inhaler.

Selain inhaler, ada pula alat bernama nebulizer yang biasa digunakan dalam terapi aerosol.

Nebulizer adalah alat yang menggunakan tenaga listrik.

Alat ini dapat mengubah obat cair menjadi partikel aerosol yang bisa dihirup dengan mudah melalui hidung.

Sebutan untuk terapi dengan menggunakan nebulizer adalah nebulasi.

Biasanya, terapi nebulasi digunakan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam menggunakan alat terapi aerosol lain.

Misalnya anak-anak, bayi, atau orang yang memiliki kondisi penyakit yang parah.

Baca Juga: Ini Teknik Pernapasan yang Benar agar Bisa Melahirkan Normal

Pada alat nebulizer, ada selang yang berfungsi menghubungkan tabung utama dengan masker yang akan dipakai oleh pasien.

Masker ini membantu pasien menghirup aerosol obat dengan baik.

Sama seperti inhaler, nebulizer juga memiliki beberapa jenis, yaitu:

1. Jet

Nebulizer jenis ini berfungsi untuk mengubah obat cair menjadi berbentuk aerosol, dengan bantuan gas atau oksigen bertekanan tinggi.

2. Ultrasonik

Seperti namanya, nebulizer jenis ini bekerja dengan menggunakan getaran.

Untuk mengubah obat cair menjadi partikel aerosol yang mudah dihirup.

Baca Juga: Mengenal Kanker Paru-paru, Cari Tahu Gejala dan Jenisnya Berikut Ini

3. Mesh

Nebulizer mesh adalah jenis terbaru yang bekerja dengan menggunakan jala khusus.

Jala tersebut dapat memecah cairan obat menjadi partikel aerosol yang halus.

Demikian pembahasan mengenai aerosol dan pemanfaatannya dalam dunia medis.

Lebih lanjutnya, Moms bisa konsultasikan pada dokter, ya!

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3204795/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5054555/
  • https://www.healthline.com/health/copd/inhaler-nebulizer
  • https://www.medscape.com/viewarticle/498647
  • https://www.medicinenet.com/what_are_the_benefits_of_an_aerosol_treatment/article.htm
  • https://www.cdc.gov/niosh/topics/aerosols/default.html

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.