Air Ketuban Berlebih Saat Trimester Ketiga, Berbahayakah?
Air ketuban menjadi salah satu hal terpenting dalam kehamilan.
Moms tentu sering mendengar bahwa dokter akan memeriksa kecukupan air ketuban.
Ternyata tak hanya air ketuban kurang saja yang berbahaya.
Air ketuban berlebih atau polihidramnion juga nyatanya berbahaya untuk janin. Kira-kira bagaimana mengatasinya?
Apa itu Polihidramnion?
Foto: healthline.com
Menurut Dr. Laura Riley, polihidramnion hanya terjadi pada sekitar 1% kehamilan.
Kasus-kasus ringan selama bagian akhir kehamilan biasanya tidak menimbulkan banyak masalah, dan kondisi ini biasanya terlihat pada bayi yang gemuk.
“Kasus-kasus polihidramnion yang parah jarang terjadi dan kadang-kadang terlihat pada bayi yang mengalami penyumbatan di sepanjang saluran pencernaan,” ujarnya.
Tidak banyak yang mengetahui apa penyebab dari seseorang mengalami kondisi ini.
Namun, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan peningkatan risiko polihidramnion, yang ditandai dengan terlalu banyak cairan ketuban.
Faktor pertama adalah masalah pada janin.
Baca Juga: Kehamilan yang Gagal, Kenali Ciri-ciri Hamil Anggur
Cacat janin saat lahir biasanya menurunkan kemampuan bayi untuk menelan atau fungsi ginjal.
Artinya janin tidak mampu untuk menelan dan memproses cairan melalui ginjal yang mengatur jumlah cairan dalam rahim.
Faktor lainnya adalah masalah kesehatan ibu.
Moms dengan penyakit diabetes mungkin mengalami peningkatan kadar cairan.
Selain itu, ada pula ketidakcocokan darah antara ibu dan janin.
Faktor lainnya yang mungkin terjadi adalah kehamilan kembar.
Masalah pada janin seperti denyut jantung juga mungkin menyebabkan air ketuban berlebihan saat hamil.
Baca Juga: Agar Ibu dan Janin Sehat, Lakukan 5 Tes Ini di Trimester Kedua Kehamilan
Efek Cairan Ketuban Berlebih
Foto: medicalnewstoday.com
Holly Ernst, PA-C, seorang pakar obgyn, berkata bahwa hal terburuk dari terlalu banyak cairan ketuban ternyata berhubungan dengan peningkatan risiko lahir mati.
Pada kehamilan yang melibatkan kadar cairan ketuban yang normal, dua dari 1.000 bayi lahir mati.
Dengan kondisi polihidramnion, jumlahnya meningkat menjadi 4 dari 1.000.
Polihidramnion juga meningkatkan risiko ketuban pecah dini dan persalinan prematur.
Terlebih lagi, beberapa bayi dengan tingkat cairan ketuban yang tinggi dapat bergerak ke posisi melahirkan yang aneh dan tidak normal.
Jika Moms mengalami kondisi polihidramnion, hal tersebut bisa meningkatkan risiko untuk posisi sungsang atau melintang. Peluang untuk operasi sesar jadi lebih tinggi.
Komplikasi lain yang menyebabkan masalah persalinan itu sendiri adalah tali pusar bisa terjepit dan artinya bisa sangat berbahaya.
Dalam kondisi yang lebih berat, plasenta bisa keluar terlebih dahulu sebelum bayi lahir.
Akhirnya, terlalu banyak cairan ketuban dapat menyebabkan solusio plasenta, yang berarti plasenta dapat terpisah sebelum bayi lahir dan peningkatan risiko perdarahan setelah melahirkan.
Jika tak ditangani dengan tepat, hal ini bisa meningkatkan risiko kematian ibu saat melahirkan.
Walaupun ini semua terdengar menakutkan namun tak selamanya ibu hamil yang mengalami air ketuban berlebih bisa mengalami kondisi tersebut.
Baca Juga: 5 Hal yang Harus Suami Ketahui Mengenai Seks Saat Hamil
Pemeriksaan dokter secara rutin akan membantu Moms untuk memantau cairan tersebut.
Dokter akan memantau apakah cairan ketuban tersebut masih dalam batas normal dan menjaga agar kehamilan dan proses melahirkan berjalan normal.
Jadi, jangan sampai Moms tak memeriksakan kandungan secara rutin khususnya di akhir kehamilan.
Apakah Moms pernah mengalami kondisi air ketuban berlebih?
(GSA)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.