Anoreksia: Eating Disorder yang Ditandai Ketakutan Berlebihan Menjadi Gemuk Setelah Makan
Banyak orang khawatir tentang kenaikan berat badan yang terlalu banyak. Tetapi pada beberapa orang kekhawatiran ini menjadi obsesif, mengakibatkan kondisi yang disebut anoreksia.
Yuk, kenali lebih jauh tentang anoreksia!
Apa itu Anoreksia?
Foto: Orami Photo Stock
dr. Ida Gunawan, Sp.GK(K), MS , dokter spesialis gizi klinik konsultan di RS Pondok Indah (RSPI) - Puri Indah, menjelaskan anoreksia adalah salah satu bentuk gangguan makan yang disebabkan oleh rasa takut menjadi gemuk.
Seseorang yang menderita anoreksia akan mengalami ketakutan menjadi gemuk sehingga menghindari makan.
"Umumnya, anoreksia disebabkan adanya gangguan pada perilaku emosi dan pikiran seseorang terhadap makanan." Ucap dr. Ida.
Orang yang menderita gangguan makan ini berusaha untuk menjaga berat badannya serendah mungkin.
Caranya dengan tidak makan cukup makanan atau berolahraga terlalu banyak, atau keduanya. Ini bisa membuat mereka sangat sakit karena mereka mulai kelaparan.
Pria dan wanita dari segala usia bisa terkena anoreksia, tetapi paling umum terjadi pada wanita.
Melansir American Academy of Pediatrics (AAP), anoreksia sering terjadi pada masa remaja atau awal masa dewasa, tetapi terkadang bisa dimulai pada tahun-tahun pra remaja.
Terdapat 2 tipe anoreksia:
1. Restricting Type
Tipe anoreksia di mana seseorang sangat membatasi asupan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya, terutama yang berkandungan karbohidrat dan lemak tinggi.
Mereka mengonsumsi kalori jauh lebih sedikit daripada yang dibutuhkan untuk menjaga berat badan yang sehat.
2. Binging and Purging Type
Tipe anoreksia di mana seseorang makan terlalu banyak tapi kemudian dengan sengaja memuntahkannya kembali.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketakutan akan bertambahnya berat badan dan mengimbangi beberapa rasa bersalah karena mengonsumsi makanan.
Nah Moms, untuk mengetahui anoreksia lebih lanjut mari kita simak penjelasannya di bawah ini.
Baca Juga: 3 Alasan Bulimia dan Anoreksia Dapat Memengaruhi Kesuburan
Gejala Anoreksia
Foto: scmp.com
Umumnya penderita anoreksia memiliki gejala tidak mau makan atau sengaja berpura-pura untuk tidak makan.
Selain itu, mereka akan bicara buruk tentang bentuk tubuhnya dan masih mempercayai bahwa tubuhnya masih gendut.
Mereka yang menderita gangguan makan ini juga melakukan olahraga secara berlebihan.
Gejala-gejala umum yang dapat terjadi:
- Ketidakmampuan untuk mempertahankan berat badan normal
- Kelelahan
- Insomnia
- Kulit yang menguning atau bercak-bercak dan ditutupi rambut halus yang lembut
- Rambut menipis atau rontok
- Sembelit
- Kulit kering
- Tekanan darah rendah
Penderita anoreksia mungkin juga menunjukkan perilaku seperti:
- Olahraga berlebihan
- Pura-pura makan
- Sifat lekas marah
- Penarikan diri dari kegiatan sosial
- Suasana hati tertekan
- Penolakan kelaparan
- Penggunaan diuretik, pencahar, atau pil diet
Baca Juga: Ternyata Anoreksia Bisa Terjadi pada Bayi, Waspada ya Moms!
Penyebab Anoreksia
Foto: Orami Photo Stock
Kekhawatiran tentang berat badan dan bentuk tubuh sering kali merupakan ciri anoreksia.
Melansir US National Library of Medicine, masa pubertas dan masa remaja merupakan penyebab yang sangat umum terjadinya anoreksia.
Selain itu terdapat penyebab umum lainnya, seperti:
1. Faktor Genetik
Menurut dr. Ida Gunawan, faktor genetik dapat memengaruhi kondisi keparahan seseorang yang terkena anoreksia.
Faktor ini meliputi:
- Keluarga yang memiliki kelainan serupa.
- Riwayat keluarga depresi atau masalah kesehatan mental lainnya.
- Keluarga yang mengidap diabetes tipe 1.
- Sifat keluarga yang obsesif, perfeksionis, dan kompetitif.
Dilansir dari jurnal Psychosomatic Medicine, pada tahun 2015 sebuah penelitian menemukan bahwa keluarga yang terkena gangguan makan ini memiliki mikroba usus yang berbeda dibandingkan mereka yang tidak menderita gangguan makan ini.
2. Lingkungan Hidup
Tekanan dari lingkungan atau gaya hidup untuk terlihat kurus juga dapat berkontribusi pada gangguan anoreksia.
Citra tubuh yang tidak realistis dari media seperti majalah dan televisi dapat sangat memengaruhi seseorang dan memicu keinginan untuk menjadi kurus.
3. Psikologi
Seseorang dengan gangguan obsesif-kompulsif (OCD) mungkin lebih cenderung mempertahankan diet ketat dan melakukan olahraga ketat.
Hal ini karena penderita OCD rentan terhadap obsesi dan kompulsi.
Penderita gangguan makan ini akan sulit mengungkapkan perasaan, tidak menyukai bentuk tubuh sendiri, rendah diri, menerapkan standar tinggi pada bentuk tubuh, serta mudah merasa cemas, kesepian, depresi, dan marah.
Baca Juga: Sama-sama Gangguan Makan, Apa Bedanya Bulimia dan Anoreksia?
Komplikasi Anoreksia
Foto: Orami Photo Stock
Komplikasi dapat memengaruhi setiap sistem tubuh, dan memperburuk kondisi kesehatan.
dr. Ida Gunawan menjelaskan jika anoreksia dibiarkan akan memunculkan gejala-gejala fisik hingga masalah kesehatan yang serius.
"Kuku dan rambut rapuh, mudah terkena anemia, seperti wajah pucat, terlihat letih dan lesu, kulit berwarna kuning pucat, siklus menstruasi tidak teratur, dan yang lebih parah timbul kegagalan macam-macam organ tubuh," jelas dr. Ida.
Kegagalan organ, meliputi:
- Sistem kardiovaskular
- Darah, seperti jumlah sel darah putih atau merah yang rendah
- Sistem pencernaan
- Ginjal
- Ketidakseimbangan hormon
- Kekuatan tulang
Beberapa dari masalah ini bisa mengancam nyawa. Selain efek fisik dari nutrisi yang buruk, penderita gangguan makan ini mungkin memiliki risiko bunuh diri yang tinggi.
Dilansir dari Institut Kesehatan Mental Nasional, anoreksia sebagai kondisi kesehatan mental yang berakibat fatal, sehingga diagnosis dan pengobatan dini sangat penting dilakukan.
Baca Juga: Apakah Diet Saat Program Hamil Tengah Berjalan Baik untuk Dilakukan?
Cara Mengatasi Anoreksia
Foto: dimensionsofdentalhygiene.com
Salah satu kendala terbesar dalam pengobatan anoreksia adalah menyadari bahwa ia membutuhkan pertolongan.
Banyak penderita gangguan makan ini tidak percaya bahwa mereka memiliki masalah tersebut. Hal ini bisa membuat perawatan menjadi sulit.
dr. Ida Gunawan menjelaskan dalam beberapa kasus, penderita gangguan makan ini akan mencari bantuan dokter jika sudah mengalami efek samping.
Umumnya dokter akan membuat rencana komprehensif untuk memenuhi kebutuhan spesifik individu.
Hal ini akan melibatkan tim spesialis yang dapat membantu penderita gangguan makan ini mengatasi tantangan fisik, emosional, sosial, dan psikologis yang dihadapi.
Strategi tersebut meliputi:
1. Terapi
Mengatasi anoreksia biasanya harus membutuhkan kerja sama teamwork. Moms dan keluarga harus bekerja keras untuk mengatasi gangguan makan ini.
Terapi individu, keluarga, dan kelompok seringkali merupakan bagian integral dari pengobatan.
2. Terapi Individu
Suatu bentuk terapi yang disebut terapi perilaku kognitif sering digunakan untuk mengobati penderita gangguan makan ini.
Terapi perilaku kognitif dapat membantu orang tersebut menemukan cara baru untuk berpikir, berperilaku, dan mengelola stres.
3. Terapi Keluarga
Terapi keluarga membuat anggota keluarga terlibat gangguan makan ini dalam menjaga pola makan dan gaya hidup sehat.
Terapi keluarga juga membantu menyelesaikan konflik dalam keluarga. Hal ini dapat membantu menciptakan dukungan bagi anggota keluarga yang belajar mengatasi anoreksia.
Baca Juga: Anoreksia pada Anak, Bagaimana Gejala dan Cara Mengatasinya?
4. Terapi Kelompok
Terapi kelompok memungkinkan penderita gangguan makan ini untuk berinteraksi dengan orang lain yang memiliki kelainan yang sama.
Tetapi terkadang hal itu dapat menyebabkan persaingan menjadi yang tertipis.
Untuk menghindarinya, penting bagi Moms untuk menghadiri terapi kelompok yang dipimpin oleh seorang profesional medis yang berkualifikasi.
5. Pengobatan
Meskipun saat ini tidak ada obat yang terbukti dapat mengobati penderita gangguan makan ini, antidepresan dapat diresepkan.
Tujuannya untuk mengatasi kecemasan dan depresi yang umum terjadi pada penderita gangguan makan ini.
Hal ini mungkin membuat Moms merasa lebih baik. Namun, antidepresan tidak mengurangi keinginan untuk menurunkan berat badan.
6. Rawat Inap
Bergantung pada tingkat keparahan penurunan berat badan. Jika Moms sudah lemas dan dehidrasi akibat tidak makan, dokter akan memberikan selang makanan dan cairan infus.
Selain itu, dokter juga akan membantu menaikkan berat badan dan mengawasi asupan makanan yang dikonsumsi.
Baca Juga: Tak Perlu Tahan Lapar Saat Diet, 5 Makanan Ini Bikin Kenyang Lebih Lama
Cara Mencegah Anoreksia
Foto: Orami Photo Stock
Sampai saat ini tidak ada cara yang menjamin untuk mencegah anoreksia.
Namun, jika Moms atau keluarga terdekat sudah mengalami gejala-gejala di atas ada baiknya segera periksa ke dokter.
Dokter akan mengidentifikasi indikator awal penderita gangguan makan ini dan mencegah perkembangan penyakit yang parah.
Misalnya, dokter akan mengajukan pertanyaan tentang kebiasaan makan dan kepuasan terhadap penampilan selama konsultasi medis rutin.
Jika Moms memperhatikan bahwa seorang anggota keluarga atau teman memiliki harga diri yang rendah, kebiasaan diet yang parah, dan ketidakpuasan terhadap penampilan, pertimbangkan untuk membicarakan masalah ini dengannya.
Meskipun Moms mungkin tidak dapat mencegah berkembangnya kelainan makan, tetapi dapat membicarakan tentang perilaku yang lebih sehat atau pilihan pengobatan.
Nah itu dia Moms penjelasan mengenai anoreksia.
Jika Moms atau anggota keluarga maupun teman mengalami gejala di atas, sebaiknya periksa ke dokter ya untuk penanganan lebih lanjut dan mencegah terjadinya masalah kesehatan lainnya.
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6889949/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4643361/
- https://www.nimh.nih.gov/about/directors/thomas-insel/blog/2012/spotlight-on-eating-disorders.shtml
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/267432#complications
- https://www.healthline.com/health/anorexia-nervosa
- https://www.eatingdisorderhope.com/information/anorexia
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.