Benarkah Sugar Rush Membuat Anak Hiperaktif?
Sepertinya sudah menjadi fitrahnya anak-anak untuk menyukai segala sesuatu yang manis, ya. Bahkan pada bayi yang baru diperkenalkan MPASI sekalipun, bubur buah yang berasa manis selalu lebih disukai dibanding bubur sayuran yang cenderung lebih pahit.
Dan tak heran juga, kan, kalau permen, kue, cokelat, serta aneka makanan serta minuman manis lainnya selalu jadi favorit anak-anak di manapun berada?
Adakah hubungan antara sugar rush dan hiperaktif?
Apakah Moms pernah nonton film Daddy Day Care yang dibintangi oleh Eddie Murphy? Disitu ada adegan dimana anak-anak diberi aneka makanan manis, mulai dari marshmallow sampai cokelat, setelah itu anak-anak tersebut mulai menjadi rusuh, atau istilahnya sugar rush.
Sugar rush sendiri didefinisikan sebagai perilaku hiperaktif yang terjadi ketika anak-anak mengonsumsi makanan berindeks glisemik tinggi. Makanan ini diketahui dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat, namun tidak akan bertahan lama. Kenaikan gula darah inilah yang akan memberikan dorongan energi pada anak dan membuat mereka kesulitan untuk memfokuskan perhatian.
Tapi, The American Dietetic Association (ADA) mengatakan tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan bahwa sugar rush menyebabkan anak-anak menjadi hiperaktif. ADA justru menyarankan Moms untuk memeriksa lingkungan sekitar, apakah ada hal-hal tertentu yang memicu Si Kecil mengalami overstimulasi.
Di pesta atau liburan, misalnya, sangat wajar anak-anak berperilaku lebih energik (bahkan jika mereka tak mengonsumsi makanan atau minuman manis sekalipun!), karena suasana menyenangkan yang ditimbulkannya.
Konsumsi Gula yang Tepat Bagi Anak
Meski begitu, harus diakui bahwa konsumsi gula pada anak sebaiknya tidak berlebihan. Beberapa anak tertentu mungkin lebih sensitif terhadap gula dibandingkan anak lain.
Perilaku, kemampuan belajar, dan konsentrasi orang dewasa maupun anak-anak yang sensitif terhadap gula, bisa saja cenderung memburuk saat mereka mengonsumsi makanan atau minuman manis dalam jumlah besar.
Menurut WHO, kebutuhan gula pada anak seharusnya tidak melebihi dari 10% total kebutuhan energi yang ia butuhkan. Jadi, pada anak usia 1-3 tahun dengan kebutuhan energi rata-rata hanya 1000 kilo kalori (Angka Kecukupan Gizi Indonesia) maka kebutuhan gula anak usia 1 tahun maksimal hanya 25 gram dalam satu hari, atau setara dengan 5 sendok teh gula.
Pada anak usia 3-6 tahun dengan kebutuhan energi rata-rata 1550 kilo kalori, maka kebutuhan gula tidak lebih dari 38 gram perhari atau 8 sendok teh gula per hari.
Bila dalam setiap makanan yang disajikan sudah ditambah gula, baik sebagai pemanis maupun sebagai bumbu penyedap, maka Moms bisa menghitung berapa sisa kebutuhan gula yang bisa diberikan ke Si Kecil.
Dan terlepas dari apakah sugar rush itu ada atau tidak, anak-anak memang sebaiknya dibatasi dari paparan makanan dan minuman yang terlalu manis.
Gula dapat membuat anak ‘malas’ menyantap makanan sehat, seperti buah-buahan dan sayuran. Selain itu, gula juga berkontribusi pada kerusakan gigi. Dan yang paling menyeramkan, gula berlebih juga berkontribusi pada diabetes anak.
(VAN)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.