Mengenal Fase Luteal Cacat yang Dapat Pengaruhi Peluang Hamil, Ini Gejala dan Pengobatannya
Banyak hal terkait siklus menstruasi seorang wanita yang dikaitkan dengan masalah kesuburan, termasuk salah satunya fase luteal.
Fase luteal cacat (Luteal Phase Defect/ LPD) sering kali disebut dapat menyebabkan infertilitas pada wanita.
Namun, benarkah demikian? Simak penjelasannya di sini.
Apa Itu Fase Luteal?
Mengutip WebMD, fase luteal adalah suatu tahap dari siklus menstruasi seorang wanita yang terjadi setelah ovulasi dan sebelum menstruasi selanjutnya dimulai.
Selama waktu ini, kadar progesteron meningkat dan lapisan rahim wanita biasanya mengalami penebalan untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi implantasi telur dan akhirnya menjadi tempat pertumbuhan embrio dan janin.
Fase Luteal Cacat atau Luteal Phase Defect (LPD)
Fase luteal disebut cacat apabila lapisan rahim tidak mengalami penebalan seperti semestinya pada setiap bulan.
Kadar progesteron juga rendah sehingga menghambat implantasi sel telur dan perkembangan janin.
Inilah yang diduga dapat menyebabkan wanita lebih sulit hamil atau mempertahankan kehamilan (mengalami keguguran).
Hal ini dapat terjadi karena fase luteal hanya berlangsung selama 10 hari dari yang normalnya sekitar 12 hingga 14 hari.
Karena fase luteal terlalu singkat, akibatnya lapisan rahim tidak dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya.
Namun, penting untuk diingat bahwa beberapa wanita dengan siklus menstruasi normal juga dapat mengalami variasi panjang fase luteal, termasuk fase luteal yang lebih pendek.
Hal ini masih dianggap normal selama tidak terjadi setiap bulan.
Baca Juga: Perut Terasa Penuh Apakah Tanda hamil? Berikut Penjelasannya
Penyebab Fase Luteal Cacat (LPD)
Fase luteal cacat terjadi ketika ovarium gagal menghasilkan progesteron yang cukup atau ketika lapisan rahim gagal merespons kadar progesteron yang normal.
Selain itu, teknologi reproduksi berbantuan seperti IVF yang menggunakan hormon untuk merangsang produksi telur juga dapat menyebabkan LPD.
Oleh karena itu, wanita yang menjalani stimulasi ovarium menggunakan progesteron guna memastikan perkembangan dan pemeliharaan lapisan rahim yang tepat.
“Singkatnya, fase luteal cacat adalah konsekuansi dari fase folikuler cacat yang menyebabkan tingkat progesteron rendah.
Ini menyebabkan seseorang tidak mengalami ovulasi atau sel telur yang dikeluarkan (saat ovulasi) bukan dari folikel yang kompeten untuk dapat menghasilkan progesteron dalam jumlah memadai,” kata Dr. Samuel Thatcher, MD, seorang OB-GYN di Johnson City, Tennessee, seperti dikutip dari OBGYN Net.
“Jika progesteron ditambahkan, saya pikir itu mungkin bermanfaat untuk siklus menstruasi berikutnya dan bukan pada siklus saat ini.”
Selain itu, beberapa kondisi kesehatan tertentu dan faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko LPD antara lain:
- Obesitas
- Olahraga berlebihan
- Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
- Stres
- Menyusui
- Masalah tiroid
- Hiperprolaktinemia
Selain itu, sebuah penelitian dalam jurnal Fertility and Sterility juga menemukan bahwa disfungsi hormon pada fase folikuler awal dapat menyebabkan fase luteal cacat pada wanita usia 30 - 44 tahun.
Baca Juga: Program Hamil Setelah Keguguran, Ini Hal yang Harus Diperhatikan
Gejala Fase Luteal Cacat (LPD)
Sebagaimana disebutkan Austin Fertility, kebanyakan wanita dengan kondisi ini cenderung tidak menunjukkan gejala apa pun.
Namun, pada beberapa kasus, fase luteal cacat dapat menunjukkan gejala seperti berikut ini:
- Pendarahan ringan (spotting) antara dua siklus menstruasi
- Siklus menstruasi yang sangat pendek
- Sulit hamil meskipun selalu berusaha mencoba
- Keguguran
- Kembung
- Sakit kepala
- Pembengkakan payudara yang disertai rasa nyeri
- Perubahan suasana hati
- Penambahan berat badan
- Perubahan hasrat seksual
- Sulit tidur
Baca Juga: 5+ Gejala Infertilitas pada Wanita, Moms Wajib Tahu!
Pengaruh Fase Luteal pada Peluang Hamil
Sebagaimana disebutkan di atas, fase luteal cacat dapat menyebabkan wanita mengalami kesulitan untuk hamil atau membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa hamil.
Hal tersebut dikarenakan pada wanita dengan LPD, lapisan rahim tidak tumbuh dan berkembang dengan baik untuk mendukung perkembangan janin.
Fase luteal cacat juga menyebabkan beberapa wanita tidak mengalami ovulasi, yang artinya tidak ada sel telur yang dapat dibuahi untuk menghasilkan kehamilan.
Baca Juga: Bolehkah Berhubungan Intim Saat Hamil? Ketahui Aturannya!
Bisakah Fase Luteal Cacat Diobati agar Segera Hamil?
Sebenarnya, agak sulit bagi dokter untuk mendiagnosis adanya cacat pada fase luteal seorang wanita. Jadi, tidak ada tes tunggal yang dapat mendiagnosisnya.
Dokter mungkin akan menyarankan tes darah yang dapat membantu mencari tahu apa yang terjadi, seperti tes yang memeriksa tingkat:
- Hormon perangsang folikel (FSH)
- Hormon luteinisasi (LH)
- Progesteron
Selain melakukan tes di atas, ultrasonografi panggul juga dapat membantu dokter mengukur ketebalan lapisan rahim. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
“Jika ada penyakit atau disfungsi yang mendasari atau menyebabkan fase luteal memendek secara koinsisten atau tingkat progesteron yang sangat rendah, maka penting untuk mengatasi itu terlebih dahulu,” kata Nicole Telfer, seorang peneliti ilmiah di Clue, kepada Cosmopolitan.
“Ini termasuk disfungsi hipotalamus, kelainan tiroid, disfungsi ovulasi, atau hiperprolaktinemia.”
Oleh karena itu, Moms mungkin perlu melakukan perubahan gaya hidup, seperti mengurangi stres melalui latihan pernapasan, atau menurunkan berat badan dengan olahraga ringan.
Obat-obatan yang Dapat Membantu
Mengonsumsi suplemen atau obat-obatan tertentu juga mungkin dapat membantu Moms untuk meningkatkan progesteron dan memperpanjang fase luteal.
Dalam hal ini, dokter mungkin menyarankan Moms untuk mengonsumsi obat-obatan, seperti:
- Klomifen sitrat (Clomid)
Ini dapat memicu ovarium untuk membuat lebih banyak folikel, yang melepaskan telur.
- Human chorionic gonadotropin (hCG)
Ini dapat membantu memulai ovulasi dan membuat lebih banyak progesteron.
- Suntikan progesteron, pil, atau supositoria
Ini dapat digunakan setelah ovulasi untuk membantu lapisan rahim tumbuh.
Apapun pengobatan yang dipilih, pastikan untuk berbicara dengan dokter tentang perawatan yang akan Moms jalani.
Sementara terkait dengan prosedur untuk meningkatkan peluang kehamilan, sebuah studi yang diterbitkan oleh American Society of Reproductive Medicine menemukan bahwa penggunaan progesteron tambahan tidak terbukti bermanfaat pada pasien yang mencoba hamil tanpa bantuan teknologi reproduksi berbantuan.
Selain itu, meskipun para peneliti menemukan bahwa tingkat kehamilan dapat meningkat pada pasien yang menjalani teknologi reproduksi berbantuan setelah mendapatkan stimulasi hCG, hal ini diketahui dapat meningkatkan risiko OHSS.
OHSS merupakan sindrom hiperstimulasi ovarium yang terjadi karena kondisi ovarium yang menghasilkan sel telur lebih banyak dari keadaan normal.
Kondisi ini biasanya merupakan efek samping dari obat penyubur yang diberikan saat menjalani proses bayi tabung.
Maka, meskipun progesteron dapat membantu beberapa wanita untuk perawatan kesuburan, tetapi belum ada bukti yang menyatakan bahwa meminumnya setelah hamil bisa mencegah keguguran.
Baca Juga: Setelah Tes HSG, Mungkinkan Peluang untuk Hamil Akan Meningkat?
Namun yang jelas, fase luteal cacat memang dapat mempengaruhi peluang hamil.
Oleh sebab itu, konsultasikan dengan dokter segera untuk menemukan cara terbaik yang harus dilakukan jika ingin hamil dengan kondisi tersebut.
- https://www.webmd.com/infertility-and-reproduction/guide/luteal-phase-defect
- https://www.pfcla.com/luteal-phase-defect
- https://www.asrm.org/globalassets/asrm/asrm-content/news-and-publications/practice-guidelines/for-non-members/clinical-relevance-of-luteal-phase-deficiency.pdf
- https://www.healthline.com/health/womens-health/luteal-phase
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.