Mengenal Hipertensi Sekunder, Tekanan Darah Tinggi Akibat Penyakit Lain
Hipertensi terbagi menjadi beberapa jenis. Salah satunya adalah hipertensi sekunder.
Meski sama-sama menandakan naiknya tekanan darah di dalam tubuh, kondisi ini berbeda dengan hipertensi biasa, lho!
Apakah Moms tahu apa saja perbedaannya?
Yuk, pelajari lebih lanjut kondisi hipertensi sekunder lewat ulasan berikut!
Baca Juga: Kenali Efek Samping Obat Darah Tinggi Ini, Waspada!
Apa Itu Hipertensi Sekunder?
Hipertensi sekunder adalah tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh kondisi medis lain.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit yang mempengaruhi ginjal, arteri, jantung, atau sistem endokrin.
Hipertensi sekunder juga dapat terjadi selama kehamilan, lho, Moms!
Perlu Moms dan Dads ketahui, hipertensi sekunder berbeda dengan hipertensi primer atau hipertensi esensial.
Pada hipertensi esensial, penyebabnya tidak diketahui secara pasti.
Biasanya, kondisi tersebut berkembang secara bertahap dan selama bertahun-tahun.
Sementara itu, hipertensi atau tekanan darah tinggi sekunder terjadi akibat adanya masalah kesehatan lain.
Hipertensi sekunder tidak bisa dianggap sepele.
Sebab, terlepas dari jenisnya, tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah penyakit yang sering mendapatkan julukan silent killer.
Artinya, penyakit ini bisa menyebabkan dampak buruk yang sangat fatal apabila tidak diobati dengan benar.
Baca juga: Cara Cek Tekanan Darah di HP, Cari Tahu Moms!
Tanda dan Gejala Hipertensi Sekunder
Seperti halnya hipertensi primer, tekanan darah tinggi alias hipertensi sekunder biasanya tidak memiliki gejala khusus.
Gejala bahkan tetap tidak terasa, termasuk ketika tekanan darah telah mencapai tingkat yang sangat tinggi.
Namun, pada beberapa orang, hipertensi bisa menimbulkan gejala-gejala berikut ini:
- Tekanan darah tinggi yang tidak merespons obat tekanan darah tinggi biasa
- Tekanan darah sangat tinggi, yakni tekanan darah sistolik lebih dari 180 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg
- Tekanan darah tinggi yang tidak lagi merespons obat yang sebelumnya mengontrol tekanan darah
- Tekanan darah tinggi yang tiba-tiba muncul sebelum usia 30 atau setelah usia 55 tahun
- Tidak ada riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi
- Tidak memiliki kondisi obesitas alias berat badan di atas normal
Dilansir dari Cleveland Clinic, ada pula gejala lain yang mengarah pada penyakit yang mendasari naiknya tekanan darah, seperti:
- Pheochromocytoma: berkeringat, peningkatan frekuensi atau kekuatan detak jantung, sakit kepala, kecemasan
- Sindrom Cushing: penambahan berat badan, kelemahan, pertumbuhan rambut tubuh yang tidak normal atau hilangnya periode menstruasi (pada wanita), guratan-guratan ungu (garis) pada kulit perut
- Masalah tiroid: kelelahan, penambahan atau penurunan berat badan, intoleransi terhadap panas atau dingin
- Sindrom Conn atau aldosteronisme primer: kelemahan karena rendahnya kadar kalium dalam tubuh
- Sleep apnea obstruktif: kelelahan berlebihan atau kantuk di siang hari, mendengkur, berhenti bernapas saat tidur
Jika Moms dan Dads mengalami gejala yang disebutkan di atas, segera periksa ke dokter, ya.
Hal tersebut bertujuan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan penanganan yang paling tepat.
Baca juga: Ini 6 Sayuran yang Dilarang untuk Darah Tinggi, Hindari!
Apa Penyebab Hipertensi Sekunder?
Ada banyak kondisi atau masalah kesehatan yang bisa menyebabkan tekanan darah sekunder.
Beberapa kondisi tersebut, di antaranya:
- Komplikasi diabetes (nefropati diabetik): diabetes dapat merusak sistem penyaringan ginjal, yang menyebabkan tekanan darah tinggi
- Penyakit ginjal polikistik: kista di ginjal mengganggu fungsi organ tersebut dan dapat meningkatkan tekanan darah
- Penyakit glomerulus: kondisi yang menandakan filter ginjal (glomeruli) membengkak
- Hipertensi renovaskular: jenis tekanan darah tinggi ini disebabkan oleh penyempitan (stenosis) salah satu atau kedua arteri yang menuju ke ginjal
- Sindrom Cushing: kondisi yang menyebabkan kelenjar adrenal memproduksi terlalu banyak hormon kortisol
- Aldosteronisme: kondisi yang menyebabkan kelenjar adrenal menghasilkan terlalu banyak hormon aldosteron
- Feokromositoma: tumor langka yang biasanya ditemukan di kelenjar adrenal; menghasilkan terlalu banyak hormon adrenalin dan noradrenalin.
- Masalah tiroid: ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid (hipotiroidisme) atau menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid (hipertiroidisme), tekanan darah tinggi dapat terjadi
- Hiperparatiroidisme: kelenjar paratiroid yang melepaskan terlalu banyak hormon paratiroid; jumlah kalsium dalam darah meningkat, yang memicu peningkatan tekanan darah
- Koarktasio aorta: kondisi arteri utama tubuh (aorta) menyempit sehingga memaksa jantung memompa lebih keras untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh
- Sleep apnea: kondisi yang ditandai dengan pernapasan berhenti beberapa detik saat tidur, sehingga menyebabkan tubuh kekurangan oksigen
- Kehamilan: kondisi ini dapat memperburuk tekanan darah tinggi yang ada, atau menyebabkan berkembangnya hipertensi akibat kehamilan (preeklamsia)
- Menggunakan obat-obatan: obat antinyeri, pil KB, antidepresan, obat-obatan yang digunakan setelah transplantasi organ, dekongestan, dan suplemen herbal dapat meningkatkan tekanan darah
Baca juga: 10+ Daftar Obat Darah Tinggi dari Herbal dan Apotek
Apa Saja Pilihan Pengobatan Hipertensi Sekunder?
Pengobatan untuk hipertensi sekunder melibatkan perawatan kondisi medis yang mendasari dengan obat-obatan.
Pada beberapa kasus, penderita hipertensi sekunder perlu mendapatkan tindakan pembedahan.
Setelah kondisi diobati, tekanan darah mungkin akan menurun atau kembali normal.
Namun, penderita mungkin perlu terus minum obat tekanan darah agar kondisi tetap stabil.
Pada kondisi medis yang mendasari penyebab tertentu, dokter mungkin akan meresepkan obat berikut ini.
- Diuretik tiazid. Diuretik, terkadang disebut pil air. Fungsi obat ini adalah membantu ginjal menghilangkan natrium dan cairan.
- Beta-blocker. Jenis obat ini mengurangi beban kerja jantung dan membuka pembuluh darah. Hal ini membuat jantung berdetak lebih lambat dan dengan kekuatan yang lebih sedikit.
- Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor. Obat ini membantu mengendurkan pembuluh darah dengan menghalangi pembentukan bahan kimia alami yang mempersempit pembuluh darah.
- Angiotensin II receptor blockers. Obat ini membantu mengendurkan pembuluh darah dengan menghalangi aktivitas bahan kimia alami yang mempersempit pembuluh darah
Beberapa orang yang mengalami hipertensi sekunder mungkin diresepkan obat lain sesuai dengan penyebab yang mendasarinya.
Umumnya, penggunaan obat diikuti dengan perubahan gaya hidup yang lebih sehat.
Artinya, selain minum obat, Moms atau Dads dengan hipertensi sekunder mesti mengubah gaya hidup agar lebih sehat.
Gaya hidup sehat yang dimaksud, misalnya mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, tidak merokok dan minum alkohol, mengelola stres, dan cukup tidur.
Baca juga: Lisinopril, Obat untuk Mengatasi Hipertensi dan Penyakit Jantung
Ingat, Moms, hipertensi sekunder adalah kondisi yang tidak bisa dianggap sepele.
Oleh karena itu, jika Moms merasa mengalami penyakit atau merasakan gejala yang mengarah pada kondisi tersebut, jangan tunda untuk segera berobat ke dokter, ya!
Semakin cepat diobati, semakin besar pula peluang untuk mempertahankan kualitas hidup.
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/secondary-hypertension/symptoms-causes/syc-20350679
- ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544305/
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21128-secondary-hypertension
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-pressure/symptoms-causes/syc-20373410
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.