04 Oktober 2021

Sering Terjadi di Rumah Sakit, Apa Itu Infeksi Nosokomial?

Orang yang dirawat di rumah sakit berisiko tertular infeksi nosokomial, ini alasannya
Sering Terjadi di Rumah Sakit, Apa Itu Infeksi Nosokomial?

Foto: healtheuropa.eu

Apakah Moms pernah mendengar tentang infeksi nosokomial? Kondisi ini juga dikenal dengan sebutan hospital acquired infections (HAI), karena terjadi di lingkungan rumah sakit.

Rumah sakit memang tempat untuk mengobati penyakit. Namun, di sisi lain juga bisa jadi tempat yang penuh toksin dan kuman penyebab penyakit.

Sebab, biasanya orang yang datang ke rumah sakit adalah yang mengalami kondisi parah.

Misalnya karena penyakit yang tidak bisa diobati di klinik atau fasilitas kesehatan tingkat pertama.

Hal ini membuat pasien yang dirawat di rumah sakit terserang infeksi yang tadinya tidak mereka alami. Infeksi itu disebut infeksi nosokomial.

Baca juga: Cari Tahu 12 Manfaat Kunyit untuk Kesehatan, Salah Satunya Bantu Melindungi Jantung

Gejala Infeksi Nosokomial

infeksi saluran kemih
Foto: infeksi saluran kemih (Affiliatedurologist.com)

Foto: Orami Photo Stock

Menurut studi pada 2005 di jurnal Continuing Education in Anaesthesia Critical Care & Pain, sekitar 1 dari 10 orang yang dirawat di rumah sakit terkena infeksi nosokomial.

Salah satu bangsal paling umum di mana infeksi ini adalah unit perawatan intensif (ICU), di mana dokter mengobati penyakit serius.

Seseorang dikatakan terkena infeksi nosokomial jika mengalaminya dalam 48 jam setelah masuk rumah sakit, hingga 3 hari setelah dibolehkan pulang, dan hingga 30 hari setelah operasi.

Selain itu, jika Moms dirawat inap karena alasan selain infeksi, lalu terjadi infeksi, itu juga disebut infeksi nosokomial.

Gejala yang dialami cukup bervariasi, tergantung jenisnya. Beberapa jenis infeksi nosokomial yang paling umum terjadi adalah:

Gejala untuk infeksi-infeksi tersebut mungkin termasuk:

  • Mengalami luka yang bernanah atau berair
  • Demam
  • Batuk dan sesak napas
  • Rasa nyeri dan panas, atau sulit buang air kecil
  • Sakit kepala
  • Mual, muntah, dan diare

Orang yang mengalami gejala baru selama menjalani perawatan di rumah sakit mungkin juga mengalami rasa sakit dan iritasi di area tubuh yang terinfeksi.

Penyebab dan Hal yang Tingkatkan Risiko Infeksi Nosokomial

Perbedaan-Infeksi-Virus-dana-Bakteri-Pada-Anak-Hero.jpg
Foto: Perbedaan-Infeksi-Virus-dana-Bakteri-Pada-Anak-Hero.jpg

Foto: Orami Photo Stock

Bakteri, jamur, dan virus dapat menyebabkan infeksi nosokomial.

Namun, studi pada 2015 di Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, mengungkapkan bahwa sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri.

Studi tersebut juga menemukan bahwa banyak orang telah mengalami pelemahan sistem kekebalan tubuh, selama menjalani rawat inap di rumah sakit.

Hal inilah yang membuat mereka lebih rentan untuk tertular infeksi.

Beberapa jenis bakteri yang paling umum menjadi penyebab infeksi nosokomial adalah:

  • Staphylococcus aureus (S. aureus)
  • Escherichia coli (E.coli)
  • Enterokokus
  • Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa)

Baca juga: Sakit Kepala Sebelah Kiri, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Bakteri, jamur, dan virus menyebar terutama melalui kontak orang ke orang.

Termasuk tangan yang tidak bersih, dari peralatan medis seperti kateter, mesin pernapasan, dan peralatan rumah sakit lainnya.

Kasus infeksi nosokomial juga bisa meningkat ketika ada penggunaan antibiotik yang berlebihan dan tidak tepat.

Hal ini dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten atau kebal terhadap beberapa antibiotik.

Lantas, siapa yang lebih berisiko terkena infeksi nosokomial? Sebenarnya, siapa pun yang dirawat di fasilitas kesehatan berisiko tertular infeksi ini.

Namun, untuk beberapa jenis bakteri, risiko mungkin juga bergantung pada:

  • Teman sekamar di rumah sakit
  • Usia, terutama jika berusia lebih dari 70 tahun
  • Sudah berapa lama menggunakan antibiotik
  • Pemasangan kateter urine
  • Perawatan ICU yang lama
  • Mengalami koma
  • Pernah mengalami syok
  • Sistem kekebalan tubuh terganggu

Risiko untuk tertular infeksi nosokomial di ICU anak adalah 6,1-29,6%.

Hal ini diungkapkan dalam studi pada 2012 yang diterbitkan di Ethiopian Journal of Health Science.

Studi tersebut juga menemukan bahwa hampir 11% dari sekitar 300 orang yang menjalani operasi, mengalami infeksi nosokomial.

Area yang terkontaminasi dapat meningkatkan risiko infeksi ini hingga hampir 10%.

Bagaimana Penanganan untuk Infeksi Nosokomial?

infeksi nosokomial
Foto: infeksi nosokomial (futurity.org)

Foto: futurity.org

Infeksi nosokomial biasanya didiagnosis dengan pemeriksaan fisik, yaitu melihat gejala yang dialami. Peradangan dan/atau ruam kulit juga bisa menjadi indikasi.

Infeksi yang dialami sebelum menjalani perawatan di rumah sakit biasanya tidak dihitung sebagai infeksi nosokomial.

Namun, Moms sebaiknya tetap memberi tahu dokter jika ada gejala baru yang muncul selama pengobatan di rumah sakit.

Baca juga: Cara Membuat Surat Keterangan Sehat Plus Persyaratan yang Dibutuhkan

Kemudian, untuk memastikan diagnosis atau jenis infeksi yang dialami, dokter biasanya akan melakukan tes darah dan tes urine.

Setelah diketahui jenis infeksi yang dialami, barulah pengobatan akan dilakukan.

Pengobatan untuk infeksi nosokomial biasanya tergantung pada jenis infeksi yang dialami. Dokter kemungkinan akan merekomendasikan antibiotik dan tirah baring atau bed rest.

Perangkat asing seperti kateter yang terpasang di tubuh juga akan dilepas segera setelah terjadi infeksi.

Selain dengan pengobatan medis, dokter juga biasanya menganjurkan diet sehat dan minum air putih yang cukup. Hal ini untuk membantu percepatan pemulihan infeksi.

Deteksi dini dan pengobatan sangat penting untuk infeksi nosokomial. Banyak orang dapat sembuh total dengan pengobatan.

Namun, biasanya infeksi ini dapat membuat seseorang menghabiskan waktu 2,5 kali lebih lama di rumah sakit.

Pada beberapa kasus, infeksi nosokomial juga bisa menjadi serius dan mengancam jiwa. Namun, risiko tersebut bisa diminimalisir dengan deteksi dini dan pengobatan.

Jadi, saat menjalani pengobatan di rumah sakit, segera bilang pada dokter jika mengalami gejala baru yang belum ada sebelumnya, ya.

Baca juga: Rotavirus, Virus Berbahaya Penyebab Diare dan Muntah Parah pada Anak, Waspada!

Cara Mencegah Infeksi Nosokomial

mencuci tangan
Foto: mencuci tangan

Foto: Orami Photo Stock

Sebenarnya, tanggung jawab pencegahan infeksi nosokomial ada pada fasilitas kesehatan.

Rumah sakit dan petugas medis harus mengikuti pedoman yang direkomendasikan untuk sterilisasi dan disinfeksi.

Namun, karena memang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang sakit, tidak mungkin untuk menghilangkan sepenuhnya risiko infeksi nosokomial.

Bagi pihak rumah sakit, juga orang yang mendampingi pasien, beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menimimalisir risiko infeksi nosokomial adalah:

  • Melakukan pengecekan ICU untuk melihat apakah orang dengan infeksi ini perlu diisolasi
  • Mengidentifikasi jenis isolasi yang diperlukan yang dapat membantu melindungi orang lain atau mengurangi kemungkinan infeksi lebih lanjut
  • Memerhatikan kebersihan tangan, dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh orang di rumah sakit
  • Mengenakan perlengkapan yang sesuai, termasuk sarung tangan, gaun pelindung, dan pelindung wajah
  • Membersihkan permukaan benda dan peralatan dengan benar
  • Memastikan ruangan berventilasi baik

Untuk mengurangi risiko infeksi saluran kemih, Moms dan penyedia layanan kesehatan dapat melakukan upaya seperti:

  • Melakukan upaya untuk meminimalkan kontaminasi kuman penyebab penyakit
  • Memasukkan kateter hanya bila diperlukan, dan lepaskan bila tidak diperlukan lagi
  • Mengganti kateter hanya jika ada indikasi medis
  • Pastikan kateter urine terpasang di atas paha dan tergantung di bawah kandung kemih agar aliran urine tidak terhalang

Sekian pembahasan mengenai infeksi nosokomial. Dapat diketahui bahwa infeksi ini terjadi ketika seseorang menjalani pengobatan di rumah sakit.

Jadi, jika ada gejala baru yang muncul dalam 48 jam setelah masuk rumah sakit, 3 hari setelah keluar, atau 30 hari setelah operasi, bicarakan dengan dokter.

Baca juga: Bisa Menyebabkan Kematian, Kenali Radang Selaput Otak Lebih Dekat!

Adanya gejala peradangan baru, keputihan, atau diare bisa menjadi tanda infeksi nosokomial. Semakin cepat infeksi ini dideteksi dan ditangani maka semakin baik.

Untuk mencegah infeksi ini, penting untuk bekerja sama dengan dokter dalam prosedur pengobatan selama di rumah sakit.

Ikuti protokol kesehatan dan saran kebersihan yang dianjurkan, serta jangan ragu bertanya tentang risiko masalah apapun dari prosedur perawatan yang dijalani, ya.

  • https://doi.org/10.1093/bjaceaccp/mki006
  • https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2221169115000829
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3437975/
  • https://www.healthline.com/health/hospital-acquired-nosocomial-infections#outlook
  • https://www.verywellhealth.com/how-to-prevent-hospital-acquired-infections-2614876

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.