Kapankah Sebaiknya Anak Boleh Main Media Sosial?
Orangtua pasti punya banyak alasan untuk kuatir saat anaknya mulai bersentuhan dengan dunia digital, terutama media sosial. Apalagi saat ini makin banyak cyber crime yang menyasar anak-anak. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini teknologi internet tidak bisa lepas dalam keseharian anak-anak, apalagi bila dalam lingkungan pergaulannya sudah mulai mengenal media sosial. Inilah yang memicu kebingunan, ingin membiarkan anak tapi takutnya jadi addicted. Mau melarang, takutnya sang anak jadi kurang informasi. Dalam hal ini, ketegasan orangtua memang sangat diperlukan. Artinya, orangtua berhak melarang atau memperbolehkan anak dalam mengakses jejaring sosial dalam kerangka mendidik.
Berikan Pengertian Mengenai Dampak Media Sosial
Hal pertama yang harus dilakukan orang tua saat menemukan anak yang ingin menggunakan media sosial yaitu memberi pengertian. Begitu pentingnya, pengertian ini bisa mengarahkan anak apakah kelak bisa memakai media sosial untuk keperluan positif atau negatif. Terlebih media sosial saat ini punya pengaruh besar pada kehidupan secara personal.
Tidak ada umur yang pasti kapan seorang anak sebaiknya memakai media sosial atau tidak. Namun dari beberapa survey, hasilnya adalah rata-rata anak usia 11-14 tahun sudah boleh menggunakan media sosial. Yang mencengangkan, dari hasil survey yang sama, ternyata ada sekitar 5 juta anak yang sudah menggunakan Facebook di bawah umur 10 tahun. Dan sepertinya jumlah ini akan terus meningkat seiring penetrasi jejaring sosial yang masif.
Baca juga: Minimalkan Dampak Negatif Main Game Online Pada Anak
Terapkan Langkah Pencegahan
Menurut Monica Sulistiawati, M.Psi, psikolog dari Personal Growth mengatakan bahwa media sosial yang paling berbahaya adalah Facebook. Meski syarat untuk membuka akun Facebook adalah usia minimal 13 tahun, namun ada saja yang memanipulasinya. Biasanya sih, anak membuat Facebook karena tekanan dalam pergaulannya. Padahal, melalui FB seseorang juga dapat saling bertukar segala informasi yang tidak jarang isinya adalah berita-berita yang belum pantas dibaca anak-anak. Misalnya, ketika ramai berita politik dan orang-orang banyak berkata kasar di FB, bisa saja hal ini terbaca juga oleh si kecil. Belum lagi kemungkinan adanya konten pornografi yang disebar melalui FB.
Satu langkah yang harus dilakukan orangtua agar anak bisa terhindar dari pengaruh buruk media sosial yaitu dengan menerapkan langkah pencegahan. Yang utama yaitu dengan membatasi akses saat memakai media sosial, entah dengan menggunakan parental control atau semacam aplikasi. Batasi juga durasi menggunakan media sosial. Berikan penjelasan pada anak-anak apa itu online threats seperti bullying, predator online, dan pencurian identitas.
Media Sosial: Kebutuhan atau keinginan
Media sosial merupakan kebutuhan, terutama bagi orang dewasa yang punya kepentingan seperti social media marketing. Di sisi lain, media sosial merupakan keinginan bagi kebanyakan anak. Orang tua harus sadar akan hal ini. Jika pun tak bisa menolak keinginan anak untuk menggunakan jejaring sosial, peran orangtua dalam mengawasi anak saat menggunakan media sosial sangat diperlukan.
Logika yang belum matang dan pengetahuan yang masih terbatas jadi kendala sendiri bagi anak. Memang, di satu sisi, anak-anak bisa mengeksplor apa-apa yang belum dimengerti dan sekaligus menjadi arena pembelajaran yang tidak monoton. Saat bersamaan, anak-anak juga bisa melihat konten lain yang harusnya tidak boleh diakses entah karena tak cukup umur atau karena ada alasan lain.
Untuk menghindari anak kecanduan media sosial, Moms bisa mengajaknya melakukan aktivitas lain yang tak kalah seru, seperti belajar sains bersama.
Bagaimana dengan si kecil di rumah Moms? Apakah sudah diperbolehkan mengakses media sosial?
(RIA)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.