10 Faktor Penyebab Keluar Darah saat Ovulasi, Cari Tahu Yuk!
Keluar darah saat ovulasi dialami oleh sebagian wanita selama masa subur, sehingga menyerupai menstruasi, tapi dalam jumlah yang lebih sedikit.
Kondisi ini membuat wanita mengalami keluar darah seperti haid tapi sedikit.
Lantas, apakah wanita yang merasakan keluar darah saat ovulasi itu baik-baik saja? Apakah flek darah ini adalah hal yang normal?
Yuk, kenali lebih lanjut untuk mencari tahu alasan yang sebenarnya, Moms!
Baca Juga: 10 Penyebab Keputihan Cokelat, Ketidakseimbangan Hormon Salah Satunya
Normalkah Keluar Darah saat Ovulasi?
Moms harus mengetahui bahwa ovulasi terjadi ketika ovarium melepaskan sel telur, yang juga dikenal sebagai masa subur.
Berdasarkan American Journal of Epidemiology, hanya sekitar 5% wanita yang mengalami perdarahan saat ovulasi di tengah siklus mereka.
Artinya, tidak setiap wanita akan mengalami keluar darah saat ovulasi.
Keluar darah seperti flek darah saat ovulasi ini biasanya berwarna merah muda atau kecokelatan.
Bercak darah merah muda merupakan tanda bahwa darah bercampur dengan cairan serviks.
Wanita biasanya menghasilkan lebih banyak cairan serviks pada saat ovulasi.
Salah satu penyebab perdarahan ringan saat ovulasi adalah lonjakan hormon estrogen pada wanita.
Sel telur pada wanita berproses sekitar 12-24 jam untuk mengalami pembuahan.
Tetapi, karena sperma dapat hidup di dalam tubuh selama tiga hingga lima hari, peluang kesuburan wanita adalah sekitar 5 hari setiap bulan.
Ini mengindikasikan bahwa wanita yang berhubungan seks tanpa proteksi empat hari sebelum ovulasi memiliki risiko untuk hamil.
Baca Juga: Manfaat Berhubungan saat Hamil Tua, Banyak Banget!
Jenis Flek Darah saat Ovulasi
Wanita yang mengalami perdarahan meskipun telah menstruasi menunjukkan bahwa mereka sedang berada di masa ovulasi.
Sebagaimana disampaikan oleh Ava Women, perdarahan saat ovulasi muncul segera setelah ovulasi atau kira-kira 10-16 hari pasca menstruasi.
Flek darah ini muncul akibat lonjakan tajam hormon estrogen selama ovulasi, diikuti oleh penurunan cepat dari hormon yang sama.
Jenis keluar darah saat ovulasi ini juga memiliki ciri khusus, yaitu:
- Hanya keluar setelah ovulasi. Meskipun beberapa wanita berovulasi lebih awal atau lebih lambat, alat uji ovulasi dapat digunakan untuk membantu menentukan masa subur.
- Keluar darah saat ovulasi terjadi hanya sekali setiap bulan, di sekitar waktu yang sama.
- Perdarahan berhenti dengan sendirinya dalam beberapa jam atau hari.
Biasanya, darah yang keluar saat ovulasi berwarna merah muda terang sampai cokelat tua.
Nah, hal tersebut berbeda dengan darah haid. Pasalnya, darah haid cenderung berwarna cerah hingga merah tua.
Keluar darah saat ovulasi biasanya lebih ringan dibandingkan dengan menstruasi biasa.
Sementara menstruasi biasanya berlangsung sekitar seminggu, perdarahan saat ovulasi biasanya hanya terjadi selama setengah hari.
Baca Juga: 7 Makanan Program Hamil yang Bisa Meningkatkan Kesuburan
Penyebab Keluar Darah saat Ovulasi
Keluar darah saat ovulasi umumnya merupakan kondisi normal yang tidak perlu dikhawatirkan berlebihan.
"Keadaan baru dikatakan tidak normal apabila keluar darah pada saat berhubungan intim," ujar dr. Rifardi Rifiar, Sp. OG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Pondok Indah.
Namun, Moms harus tetap waspada, karena keluar darah saat ovulasi juga bisa terjadi akibat masalah kesehatan.
Masalah kesehatan yang dimaksud, antara lain:
1. Infeksi atau Peradangan
Peradangan pada vagina sering kali disebabkan oleh tiga jenis infeksi, yaitu jamur, bakteri (vaginosis bakterialis), dan trikomoniasis.
Infeksi dapat menyebabkan vagina gatal, keluar cairan, nyeri saat buang air kecil, dan keluar darah saat ovulasi atau ketika berhubungan seks.
Terkadang, infeksi ini juga bisa membuat suhu tubuh meningkat lebih dari 38 derajat Celsius atau sering disebut dengan istilah demam.
Diperlukan pemeriksaan dokter lebih lanjut untuk mengobati peradangan yang menyebabkan keluar darah saat ovulasi.
2. Polip Rahim
Polip rahim adalah kondisi ketika terdapat jaringan abnormal yang menempel pada rahim.
Jaringan abnormal ini bisa berukuran kecil atau besar hingga beberapa sentimeter.
Menurut Mayo Clinic, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan pendarahan setelah menopause adalah salah satu gejalanya.
Ciri-ciri lain dari polip rahim, yaitu membuat aliran menstruasi berlebihan atau keluar darah saat ovulasi dan berhubungan seks.
Polip rahim dikhawatirkan dapat mengganggu kesuburan, sehingga Moms kesulitan untuk memiliki buah hati.
Jadi, apabila merasakan tanda-tanda di atas, segera konsultasikan ke dokter, ya, Moms!
Baca Juga: Pusar Bayi Berdarah, Ketahui Penyebab dan Cara Penanganannya
3. Vagina Kering
Kekeringan pada vagina bisa menyebabkan keluar darah saat ovulasi atau berhubungan seks.
Kondisi vagina kering bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti menyusui dan persalinan.
Perlu Moms tahu, pelumasan alami yang dihasilkan oleh kelenjar di leher rahim (serviks) membuat vagina tetap kenyal dan lembap.
Namun, menurut Women's Health Concern, sebagian wanita berusia 50-59 tahun mengalami masalah vagina kering saat berhubungan seks, dan 16% di antaranya mengalami nyeri.
4. Vagina Robek
Seorang wanita mungkin mengalami pendarahan ketika melakukan hubungan seks untuk pertama kalinya karena selaput daranya.
Selaput dara adalah bagian kulit tipis yang menutupi sebagian pintu masuk vagina.
Biasanya pecah saat berhubungan seks, jika belum pernah rusak sebelumnya.
Namun, tak semua selaput dara robek dan berdarah bisa disebabkan karena hubungan seks.
Ada banyak faktor yang membuat kondisi selaput dara pada setiap wanita berbeda-beda.
5. Kanker Serviks
Saat ini, gejala umum tumor yang berkembang di serviks mungkin termasuk perdarahan vagina.
Selain itu, keluar flek darah setelah hubungan seksual atau perdarahan pasca menopause juga menandakan adanya kanker serviks.
Gejala yang dirasakan adalah keputihan yang tidak biasa, yakni berair, merah muda atau berbau busuk, serta nyeri panggul.
Segera konsultasi ke dokter untuk mendapat pengobatan yang tepat guna mengatasi keluar darah sedikit tapi bukan haid.
Kanker serviks menjadi salah satu penyakit yang mengintai wanita selain dari kanker payudara.
Baca Juga: 10 Akibat Makan Pedas Berlebihan, Bisa Menyebabkan Kanker!
6. Perubahan Hormon
Keluar darah seperti haid tapi sedikit juga bisa disebabkan oleh perubahan hormonal yang cepat yang terjadi selama ovulasi.
Dalam sebuah penelitian, tingkat progesteron luteal dan hormon luteinizing (LH) yang lebih tinggi di sekitar masa ovulasi jadi faktornya.
Inilah yang membuat kebanyakan wanita mengalami perdarahan ovulasi atau flek keluar meskipun tidak haid.
Terlepas itu, memiliki kadar hormon yang lebih tinggi atau lebih rendah tidak menentukan seseorang mengalami kehamilan dengan cepat.
7. Perdarahan Subkorionik
Diketahui sebelumnya, perdarahan ovulasi hanya terjadi pada sekitar 3% wanita di dunia.
Linda Bradley, M.D., seorang dokter kandungan dan direktur layanan histeroskopi di Cleveland Clinic Foundation, mengatakan bahwa ini adalah sesuatu yang masih tergolong normal.
Namun, keluar darah saat ovulasi juga bisa menandakan ciri-ciri kehamilan yang tidak disadari.
Kondisi ini merujuk perdarahan di awal kehamilan, yang kemungkinan berkaitan dengan perdarahan subkorionik.
Relatif tidak berbahaya, namun kehamilan ektopik cukup berpotensi mengancam jiwa.
8. Gangguan Kesehatan
Siklus anovulasi yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis.
Penyakit ginjal atau hati yang menyebabkan pembekuan darah hingga perdarahan abnormal saat ovulasi.
Masalah tiroid yang dialami sebagian wanita pun memiliki risiko yang sama.
Gangguan kesehatan ini juga meliputi infeksi menular seksual seperti gonore atau klamidia.
Infeksi menular seksual jenis perdarahan ini terjadi pada 10 - 30% wanita dan dianggap normal.
Baca Juga: 3 Alasan Selalu Ingin Berhubungan Seksual Saat Hamil
9. Efek Samping Obat-Obatan
Perawatan hormon, termasuk pil KB dan obat kesuburan juga salah satu penyebabnya.
Obat-obatan seperti antikonvulsan dan antipsikotik efek sampingnya bisa membuat flek darah keluar dari vagina.
Selain itu, penyakit hipofisis atau kelenjar pituitari juga memiliki peranan dalam siklus menstruasi.
Akibat lonjakan estrogen secara tiba-tiba saat ovulasi yang kemudian turun, juga menyebabkan destabilisasi endometrium.
10. Darah Implantasi
Setelah sperma membuahi sel telur, sel telur harus tertanam di lapisan rahim.
Implantasi biasanya terjadi sekitar 10 hari setelah ovulasi.
Beberapa orang mengalami bercak ringan, yang disebut pendarahan implantasi, terjadi di sekitar waktu ini.
Flek darah akibat darah implantasi menandakan adanya kehamilan yang segera dibuahi.
Cara Mengatasi Pendarahan saat Ovulasi
Keluarnya darah saat ovulasi tidak perlu pengobatan, karena perdarahan akan berhenti dengan sendirinya.
"Pasien hanya perlu diyakinkan bahwa ini adalah kejadian umum dan merupakan cara tubuhnya merespons perubahan hormon,” tambah Linda.
Namun, jika perdarahan disertai dengan munculnya gejala seperti kram atau tidak kunjung berhenti selama beberapa hari, perlu dicurigai.
Meskipun jarang, perdarahan abnormal di luar siklus menstruasi dapat menjadi gejala dari kanker serviks atau endometrium.
Cara mengatasi keluar darah tapi bukan haid bisa dengan mengonsumsi obat-obatan pereda nyeri.
Sebagian kasus, mengatasi keluar darah saat ovulasi bisa dengan melakukan beberapa kegiatan yang menenangkan.
Hal ini seperti beristirahat cukup serta mendapat asupan makanan yang sehat dan bergizi.
Baca Juga: 12+ Cara KB Alami yang Aman dan Minim Efek Samping
Demikian sekilas fakta tentang keluar darah saat ovulasi dan keluar darah saat berhubungan seks pada masa subur.
Namun, jika merasa cemas atau tidak yakin dengan kondisi Moms, sebaiknya konsultasikan dengan dokter kandungan.
Selalu memonitor siklus menstruasi dan memahami tanda-tanda tubuh Moms adalah langkah awal yang penting dalam menjaga kesehatan reproduksi.
Semoga keadaannya segera membaik, ya, Moms!
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3299419/
- https://www.avawomen.com/avaworld/ovulation-bleeding/
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/uterine-polyps/symptoms-causes/syc-20378709#:~:text=Uterine%20polyps%20attach%20to%20your,the%20presence%20of%20uterine%20polyps.
- https://www.womens-health-concern.org/help-and-advice/factsheets/vaginal-dryness/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.