Jangan Salah Kaprah! Ini 6 Mitos Autisme Pada Anak yang Banyak Beredar
Moms, yakin informasi tentang autisme yang Moms dengar sudah terbukti kebenarannya?
Mengingat autisme adalah kondisi neurologis yang rumit, sebaiknya orang tua tidak begitu saja menerima mitos autisme tanpa mencari tahu lebih lanjut tentang kebenarannya.
Apalagi menurut National Institute of Mental Health, luasnya spektrum autisme membuat tingkat disabilitas dan kombinasi gejala yang ditunjukkan setiap penderitanya bisa sangat berbeda.
Supaya tidak salah kaprah, cek dulu fakta sebenarnya dari berbagai mitos autisme yang banyak beredar ini ya, Moms.
Baca Juga: 5 Persiapan Sebelum Traveling Bersama Anak dengan Autisme
1. Anak Autis Tidak Bisa Merasakan Emosi
Mitos autisme pada anak yang paling umum adalah banyak orang mengira anak dengan autisme bukan hanya tidak bisa merasakan emosi selain marah, tapi juga tidak peduli dengan perasaan orang lain.
Faktanya, dalam jurnal Pediatric Health, Medicine, and Therapeutics disebutkan kalau sebagian besar anak dengan autisme bisa mengenali dan merasakan berbagai macam emosi sederhana, seperti bahagia atau sedih. Hanya cara mengekspresikannya saja yang berbeda.
Walau tidak bisa membaca bahasa tubuh dan isyarat nonverbal lain, mereka juga bisa menunjukkan empati dan kasih sayang bila emosi diutarakan secara langsung.
2. Anak Autis Tidak Bisa Bergaul
Karena keterbatasan kemampuan komunikasi dan sosial, anak autis memang sering terlihat pemalu, tidak ramah, dan kesulitan bergaul.
Menurut Foundation for Autism Support and Training, anak autis sebenarnya ingin menjalin hubungan pertemanan yang saling mendukung dan memahami, namun sering tidak tahu cara memulai dan melakukannya.
Baca Juga: Anak Anji Didiagnosis Autism Spectrum Disorder, Apa Penyebab dan Gejalanya?
3. Anak Autis Punya Kecerdasan di Bawah Rata-rata
Mitos autisme pada anak ini sudah terbukti salah kaprah, karena menurut National Research Council, anak autis umumnya memiliki IQ normal sampai tinggi dan beberapa bahkan sangat berbakat dalam matematika, musik, maupun bidang lain.
Saat dewasa nanti, anak autis juga sebenarnya bisa bekerja dengan baik dalam bidang yang ditekuinya lho, Moms.
Sayangnya, stereotip tentang autisme membuat mereka seringkali tidak diberikan kesempatan untuk bekerja sesuai dengan kemampuannya.
4. Vaksin Menyebabkan Autisme
Ini dia, mitos autisme pada anak yang paling banyak beredar dan dipercaya oleh orang tua.
Faktanya, menurut Thomas Frazier, psikolog klinis dari Autism Speak, hasil penelitian selama dua puluh tahun belakangan sudah membuktikan tidak ada hubungan antara vaksin imunisasi dengan autisme.
5. Kesalahan Pola Asuh Menyebabkan Autisme
Mitos autisme ini berawal dari teori refrigerator mother yang menyebutkan kalau pola asuh orang tua yang dingin dan cuek bisa membuat anak trauma dan akhirnya menjadi autis.
Namun pada tahun 1960an, studi yang dilakukan oleh Dr. Bernard Rimland dari Autism Research Institute membuktikan kalau gaya pola asuh anak sama sekali tidak menyebabkan autisme.
Baca Juga: 6 Tips Potty Training untuk Balita dengan Autisme
6. Autisme Itu Penyakit Jiwa
Jangan salah kaprah lagi ya, Moms. Autisme bukan penyakit jiwa atau gangguan kesehatan mental. Namun sama seperti anak lain pada umumnya, anak autis juga bisa mengalami gangguan kesehatan mental.
Seperti dikatakan oleh American Psychiatric Association, gangguan spektrum autis adalah kumpulan kondisi gangguan neurodevelopmental dengan karakteristik defisit dalam komunikasi sosial dan menunjukkan perilaku, minat, atau aktivitas dengan pola berulang.
Apalagi ya Moms, mitos autisme yang banyak beredar dan belum diketahui secara pasti kebenarannya?
(WA/INT)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.