Perlukah Mengonsumsi ASI Booster saat Hamil?
Moms, ketika tengah mengandung, pastinya ingin yang terbaik untuk sang calon buah hati, bukan?
Setiap minggunya, perkembangan janin menjadi perhatian lebih.
Bagi orangtua, kehadiran anak memang menjadi anugerah yang tak ternilai harganya.
Kadang, kekhawatiran pun tak dapat dihindari dari seorang ibu, termasuk salah satunya ingin agar bayi yang dilahirkan kelak mendapatkan asupan ASI yang cukup.
ASI memang penting untuk bayi, terutama selama 6 bulan pertama.
ASI eksklusif mampu membentuk sistem kekebalan tubuh bayi menjadi baik, mencegah bayi terkena infeksi penyakit, dan juga meningkatkan ikatan kasih antara ibu dan bayi.
Namun, beberapa kasus menunjukkan, para ibu yang tak mempunyai ASI cukup bahkan sampai bayinya lahir.
Baca Juga: Risiko Osteoporosis Ibu Hamil Lebih Tinggi, Benarkah?
Untuk itu, banyak ibu yang akhirnya mengonsumsi ASI booster sebagai upaya untuk merangsang produksi ASI.
ASI booster biasanya berbentuk suplemen-suplemen yang tentunya harus dikonsumsi sesuai dengan anjuran dokter.
Lalu, apakah mengonsumsi ASI booster ketika masih tengah mengandung itu dibutuhkan?
Apakah benar kalau mengonsumsi ASI booster selama hamil dapat bermanfaat ketika nanti sudah melahirkan?
Tak perlu khawatir dan bingung, Moms karena seorang konselor laktasi bernama dr. Aini akan mengungkapkan penting atau tidak konsumsi ASI booster saat hamil, lewat ulasannya di Kulwap Orami Community pada Kamis (19/2) lalu.
Tidak Perlu Konsumsi ASI Booster saat Hamil
Foto: verywellfamily.com
Menurut dr. Aini, mengonsumsi ASI booster selama mengandung ternyata tidak perlu dan sebenarnya bagi calon ibu tidak perlu khawatir ketika ASI belum keluar di usia awal melahirkan.
“Tidak perlu konsumsi ASI booster saat hamil, cukup lengkapi ilmu tentang ASI sehingga nanti tidak galau kalau ASI belum keluar saat awal-awal melahirkan. Cadangan lemak bayi dapat membantu mencukupi sampai bayi berusia 3 hari,” ujar dokter yang praktik di RSIA Kemang Medical Care ini.
Namun, yang tak boleh dilupakan setelah melahirkan adalah membangun ikatan antara ibu dan bayi, yaitu dengan pelukan.
“Asalkan jangan lupa untuk bayi dan ibu saling skin to skin sejak bayi dilahirkan,” lanjut dr. Aini. Skin to skin setelah melahirkan terbukti dapat memperkuat hubungan bayi dan ibu, mencegah depresi setelah melahirkan, menjaga suhu tubuh bayi agar tetap normal, hingga mampu membantu ibu agar bisa menyusui lebih cepat.
Baca Juga: Butuh 22 Hari untuk Membangun Kebiasaan Baru, Ini Penjelasannya!
Lalu, Bagaimana Cara agar ASI Bisa Tercukupi?
Foto: parenting.firstcry.com
Hal yang terpenting adalah pengetahuan tentang proses ASI itu sendiri.
Menurut dr. Aini, setiap calon ibu harus paham tentang 7 kontak menuju keberhasilan menyusui yang disarankan oleh organisasi kesehatan dunia atau WHO.
Di antaranya adalah:
- Usia kehamilan 36 minggu.
- Inisiasi Menyusu Dini atau proses menyusu segera yang dilakukan satu jam pertama setelah bayi lahir.
- Setelah melahirkan saat masih dirawat di tempat bersalin.
- Nifas hari ke-7.
- Nifas hari ke-14.
- Nifas hari ke-40.
Baca Juga: Cepat Lelah di Trimester Pertama Kehamilan, Ini yang Harus Moms Lakukan
Maksudnya adalah, selama waktu yang diungkapkan di atas, Moms harus menemui konselor laktasi atau dokter kandungan untuk mempersiapkan mental dan keadaan ibu untuk menyusui.
“Konseling pertama bisa ditemani suami sebagai supporter utama, konseling kedua bisa ditemani calon nenek sehingga keberhasilan menyusui dapat dicapai. Itulah persiapan yang penting sebelum menyusui,” ungkap dr. Aini.
Jadi, hilangkan ketakutan ASI tidak keluar dengan mengikuti persiapan yang tepat dan terencana, ya, Moms!
(DG)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.