5 Tahap Berduka yang Wajar Dialami Ketika Kehilangan Orang Tersayang
Seperti apa tahap berduka?
Ketika orang tersayang meninggal atau saat kita dihadapkan dengan suatu kehilangan maupun bencana, tentunya kita merasa sedih dan putus asa kan Moms?
Ternyata, perasaan tersebut merupakan hal yang normal dan termasuk dalam salah satu tahap berduka.
Rasa tidak ikhlas menerima kenyataan kalau kita ditinggalkan adalah pengalaman yang mungkin sebagian orang pernah merasakan.
Marah, sedih, menangis, berteriak biasanya menjadi ungkapan rasa tidak terima sesuatu menimpa kita. Hal tersebut sangatlah wajar dan setiap individu dapat bertindak dengan cara yang berbeda dalam menyikapinya.
The Journal of American Medical Association mengutarakan, perasaan dan respon kita itu masuk ke dalam tahapan berduka alias stages of grief.
Tahap berduka ini menjelaskan bagaimana tubuh dan emosional seseorang merespon terhadap kejadian yang tidak enak atau rasa ditinggalkan.
“Ada lima tahap, kita menyangkal, lalu marah, kemudian berusaha menawar, depresi, lalu terakhir menerima,” ujar psikolog Elizabeth Santosa, MPsi, Psi, SFP, ACC, saat ditemui di acara Workshop TRE: Model Pelatihan Menghilangkan Stres Berbasis Kecerdasan Tubuh.
Mari kita simak ulasan lebih lanjut mengenai lima tahap berduka yang pasti dialami manusia!
Baca Juga: Bikin Khawatir dan Gelisah, Ini 6 Arti Mimpi Suami Meninggal
Tahap Berduka yang Bisa Dialami Seseorang
Berduka memiliki beberapa tahap berduka yang perlu Moms atau Dads ketahui.
Memang, berduka setiap orang mengalami waktu yang berbeda-beda. Ini adalah proses normal yang terjadi sebagai seorang manusia.
Yuk, cek tahapan berduka di bawah ini.
1. Penyangkalan (Denial)
Pada tahap berduka ini, kita tidak percaya musibah terjadi pada hidup kita. Kita akan merasa semuanya tidak masuk akal dan bahkan sampai tidak bisa berpikir jernih.
Tahapan ini sangat alamiah, karena saat menyangkal, kita akan menganalisa duka dan bencana yang terjadi.
Emosi meluap-luap secara tidak sadar terjadi pada fase ini. Menolak pada informasi yang kita terima dan menyangkal bahwa itu salah. Butuh waktu yang agak lama untuk bisa mencerna pesan orang lain dan peristiwa yang sedang terjadi.
“Dia tidak pergi selamanya, lihat saja sebentar lagi akan datang,” salah satu contoh ucapan menyangkal yang sering dilontarkan seseorang ketika ditinggal. Ini adalah proses umum terjadi dalam membantu memproses situasi sebenarnya.
Di saat itu lah secara tidak sadar, kita mulai proses penyembuhan dan penerimaan. Namun kesedihan bisa meningkat apabila dihadapkan dengan ingatan memori atau pengalaman masa lalu.
Lalu kemudian perlahan kita akan jadi lebih kuat dan mulai mengikhlaskan.
2. Marah (Anger)
Amarah adalah tahap berduka yang penting dalam penyembuhan dan penerimaan. Kita harus membiarkan diri merasa marah, karena kalau ditahan, amarah ini akan semakin tidak terkontrol.
Rasa marah ini didasari oleh kesedihan dan rasa sakit akibat kehilangan orang tersayang, maupun akibat bencana yang terjadi pada kita.
Marah lebih baik dibanding tidak merasakan apa-apa alias mati rasa. Marah ini juga dilandasi akibat rasa cinta terhadap kehilangan yang kita alami.
Untuk mengutarakan amarah ini dapat dengan berbicara dengan orang yang dipercaya atau memperbanyak aktivitas.
Sebuah studi yang diterbitkan oleh Marie Curie Research, meluapkan emosi dengan menulis surat juga cukup membantu. Utarakan apa yang ada di pikiran kita dan luapkan di secarik kertas agar pikiran dan hati terasa lebih lega.
Olahraga juga bisa menjadi cara yang bermanfaat untuk melepaskan emosi marah.
Olahraga melepaskan endorfin (hormon 'rasa baik' dalam tubuh), yang dapat meningkatkan suasana hati.
Baca Juga: Ketika Kangen Suami yang Sudah Meninggal, Coba Bantu Diri Moms dengan 5 Cara Ini
3. Tawar Menawar (Bargaining)
Selama masih dalam keadaan duka, tubuh dan pikiran tidak berdaya.
Dalam tahap berduka ini, kita akan melakukan tawar menawar dengan Tuhan supaya musibah berhenti atau agar Tuhan menyelamatkan orang terkasih.
Mulai melontarkan pikiran-pikiran seperti “Bagaimana jika….”, “Coba aja..”, ini menunjukkan individu mulai tawar menawar dengan kondisi.
Pada tahap berduka ini, kita mulai bisa menerima namun masih sulit untuk mencoba ikhlas. Pikiran berandai-andai dan harapan kerap muncul pada fase ini.
Tidak jarang juga, seseorang membuat kesepakatan atau janji kepada Tuhan agar tidak merasakan atau menerima peristiwa yang tidak diinginkan.
Tawar-menawar adalah garis terkuat melawan emosi kesedihan. Ini membantu kita menunda kesedihan, kebingungan, atau sakit hati, menurut penelitian yang diterbitkan oleh US National Library of Medicine.
4. Depresi (Depression)
Setelah tawar menawar, kita akan mulai pasrah dan merasakan kesedihan yang amat mendalam.
Tahap berduka depresi ini akan sangat menyiksa, kita jadi malas melakukan kegiatan sehari-hari, bahkan bisa sampai tidak mau keluar rumah.
Mengasingkan diri dari orang lain, menolak ajakan untuk berkumpul, merasa tidak punya teman yang bisa menemani adalah perasaan-perasaan yang muncul dalam tahapan ini.
Seperti tahap kesedihan lainnya, depresi bisa jadi sulit dan kacau. Ini bisa terasa sangat luar biasa. Kita mungkin merasakan puncak kebingungan dan tidak berdaya untuk beraktivitas.
Studi menurut National Alliance of Mental Illness, ini adalah kondisi kesehatan mental yang serius yang membutuhkan pemahaman dan perawatan medis.
Jika tidak ditangani, depresi dapat memperburuk emosional seseorang dan orang di sekitarnya.
Orang-orang terdekat sangat diperlukan pada tahap ini untuk membantu individu berpikir lebih jernih dan rasional dalam mengambil tindakan.
5. Menerima (Acceptance)
Depresi mungkin tahap yang membutuhkan proses paling lama. Namun, setelahnya akan muncul rasa menerima dan ikhlas. Ini merupakan tahap berduka yang terakhir.
Saat kita mulai menikmati kembali hidup, biasanya akan muncul rasa bersalah. Kita merasa tidak boleh merasa bahagia karena kita baru saja kehilangan orang terdekat.
Namun, ingat bahwa kita tidak bisa mengubah sesuatu yang sudah terjadi. Lebih baik fokus pada hal-hal positif di depan dan kelilingi hidup dengan orang-orang baik.
Australian Psychological Society menjabarkan seseorang yang tengah mengalami tahap duka cita memerlukan terapi yang berbeda setiap orang.
Perasaan menerima dan ikhlas pada keadaan adalah hal yang berbeda dirasakan setiap individu.
Lima tahap berduka ini adalah tahapan yang dihadapi manusia normal. Tapi dalam beberapa kasus ada yang putus asa dan menyerah pada depresi.
Oleh sebab itu, banyak terapis mengatakan bahwa banyak orang yang memilih untuk bunuh diri karena tidak sanggup menahan duka dan depresi yang mendalam.
Agar hal itu tidak terjadi, jangan sungkan untuk meminta bantuan orang lain dan tenaga profesional saat kita merasakan kesedihan yang berlarut-larut.
Baca Juga: 30 Ucapan Duka Cita Islam yang Menyentuh Hati dan Penuh Doa
Mengatasi Perasaan Berduka
Moms sudah mengetahui tahap berduka.
Berduka merupakan proses yang sangat individual bagi setiap orang dan tentu saja waktu penyembuhannya berbeda.
Saat ini tidak ada kepastian di antara para ahli kesehatan mental tentang berapa lama waktu yang harus dilalui sebelum kesedihan yang rumit dapat didiagnosis, ini dijelaskan di penelitian yang diterbitkan oleh Mayo Clinic.
Beberapa ahli kesehatan mental mendiagnosis rasa berduka terus menjadi intens, terus-menerus, dan mulai melemah setelah 12 bulan.
Dalam mengatasi perasaan sedih, berduka memang tidak mudah. Selain membutuhkan waktu, kita bisa mencoba melakukan beberapa aktivitas.
Melansir Help Guide, kisa bisa mengunjungi konseling atau psikolog untuk meredakan dan tempat kita meluapkan perasaan. Jangan tahan atau simpan perasaan sendiri.
Berbagi kesedihan dengan orang lain dapat membantu kita keluar dari perasaan duka.
Baca Juga: 25 Ucapan Duka Cita Kristen, Penuh Kekuatan dan Penghiburan
Jadi, cobalah untuk membuka diri dan menerima nasihat atau saran di sekitar kita.
Daripada menghindarinya, dekatkan teman dan orang yang dicintai, habiskan waktu bersama secara langsung, dan terima bantuan yang ditawarkan.
Seringkali, orang ingin membantu tetapi tidak tahu caranya, jadi kita boleh beritahu mereka apa yang dibutuhkan. Semangat ya, Moms.
- https://www.researchgate.net/publication/6242746_The_Stage_Theory_of_Grief
- https://www.mariecurie.org.uk/blog/anger-in-grief/253186
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5375020/#:~:text=In%20essence%2C%20K%C3%BCbler%2DRoss's%20stage,sometimes%20called%20the%20DABDA%20model).
- https://www.nami.org/About-Mental-Illness/Mental-Health-Conditions/Depression
- https://psychology.org.au/for-members/publications/inpsych/2011/dec/Beyond-Kubler-Ross-Recent-developments-in-our-und
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/complicated-grief/diagnosis-treatment/drc-20360389
- https://www.helpguide.org/articles/grief/coping-with-grief-and-loss.htm
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.