Arthroscopy untuk Deteksi Masalah pada Sendi, Ini Prosedur dan Risikonya
Ketika mengalami gangguan muskuloskeletal, salah satu prosedur yang bisa dijalani adalah arthroscopy atau bedah arthroscopic.
Prosedur ini dilakukan untuk memeriksa sendi-sendi yang ada di tubuh, seperti sendi lutut, siku, panggul, pergelangan tangan, dan lain-lain.
Seperti diketahui, sendi, tulang, otot, dan jaringan ikat di sekitarnya memiliki fungsi penting bagi pergerakan tubuh.
Masalah sekecil apapun pada sendi dapat mengganggu dan menurunkan rentang gerak serta mobilitas.
Lantas, pada kondisi apa arthroscopy dibutuhkan dan bagaimana prosedurnya? Yuk, simak dalam pembahsan berikut ini, Moms!
Baca juga: 3 Fungsi Tulang Jari Kaki dan Masalah yang Menyertainya
Apa Itu Arthroscopy?
Foto: medicalnewstoday.com
Alih-alih menggunakan sayatan besar untuk memeriksa kerusakan sendi, prosedur arthroscopy dilakukan menggunakan sayatan kecil. Lalu, sebuah kamera kecil (arthroscope) dimasukkan.
Dokter kemudian akan memeriksa sendi dan mengambil foto atau sampel jaringan di sana untuk menentukan tingkat atau jenis kerusakan yang terjadi.
Prosedur ini dapat digunakan bersama dengan teknik bedah tambahan. Misalnya, jika dokter melakukan arthroscopy pada sendi bahu dan menemukan bahwa rotator cuff telah robek, perbaikan rotator cuff dapat ditambahkan ke operasi.
Salah satu manfaat dari prosedur invasif minimal ini adalah tidak diperlukannya rawat inap. Artinya, pasien bisa pulang ke rumah pada hari yang sama setelah prosedur.
Pemulihan pun biasanya lebih cepat dibandingkan dengan prosedur serupa yang dilakukan dengan sayatan yang jauh lebih besar.
Mengapa Arthroscopy Diperlukan?
Foto: Orami Photo Stock
Prosedur arthroscopy digunakan untuk memeriksa sendi tubuh, sehingga dokter bisa menentukan penyebab kerusakan sendi atau tingkat kerusakannya.
Operasi dilakukan jika dokter tidak dapat menentukan sumber masalah sendi.
Misalnya, jika dicurigai bahwa sendi rusak tetapi tes diagnostik lain seperti X-ray, CT scan, atau MRI tidak dapat menentukan sifat kerusakannya.
Maka, dokter biasanya akan melakukan prosedur arthroscopy untuk membuat diagnosis.
Dokter juga bisa melakukan biopsi atau pengambilan sepotong jaringan untuk diperiksa lebih lanjut selama arthroscopy.
Jaringan tersebut dapat digunakan untuk membuat diagnosis setelah diperiksa di bawah mikroskop.
Cairan dari sendi juga dapat diambil sampelnya selama prosedur. Hal ini biasanya untuk mencari tahu jenis infeksi yang mungkin terjadi.
Beberapa bagian sendi yang biasanya diperiksa dengan arthroscopy adalah:
- Lutut
- Pergelangan kaki
- Panggul
- Siku
- Pergelangan tangan
- Bahu
Menurut studi pada 2019 di jurnal Artroscopy Techniques, arthroscopy pada sendi bahu adalah yang paling umum kedua setelah arthroscopy lutut.
Prosedur ini dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai masalah pada sendi bahu, termasuk artritis degeneratif.
Baca juga: Pemeriksaan Thorax: Prosedur dan Kondisi yang Membutuhkannya
Prosedur Arthroscopy
Foto: insightplus.mja.com.au
Prosedur arthroscopy biasanya dilakukan dengan anestesi lokal, regional atau umum. Pada kebanyakan kasus, operasi dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.
1. Anestesi
Jenis anestesi yang digunakan tergantung pada kerusakan yang diduga atau ditemukan oleh dokter, dan jenis prosedur yang akan dilakukan.
Setelah anestesi mulai bekerja, dokter akan memulai dengan membuat sayatan kecil sekitar 1-2 cm di dekat sendi.
2. Pemeriksaan Sendi yang Rusak
Pembuatan sayatan ini akan diulang sesuai kebutuhan untuk memungkinkan dokter melihat dengan jelas sendi yang rusak.
Kemudian, alat khusus dan kamera kecil akan dimasukkan ke dalam sayatan yang dibuat. Sembari melihat rekaman di layar, dokter akan melanjutkan prosedur.
Cairan khusus kemudian akan disiramkan ke sendi, untuk memungkinkan dokter bisa melihat lebih jelas kondisi sendi melalui kamera.
Lalu, dokter akan mencari kerusakan atau sumber rasa sakit. Apakah ada masalah dengan tulang, ligamen, tendon atau jaringan di sekitarnya.
Jika serpihan tulang atau benda asing ditemukan, dokter akan mengeluarkannya. Bila diperlukan, biopsi jaringan dan sampel cairan dapat diambil.
3. Operasi Tambahan
Setelah memeriksa sendi dan mengambil sampel jaringan yang diperlukan, prosedur arthroscopy bisa dikatakan selesai.
Namun, dalam banyak kasus, operasi tambahan akan dilakukan untuk memperbaiki masalah yang ditemukan.
Jika operasi tambahan tidak diperlukan, alat dan kamera kecil akan dikeluarkan dan sayatan akan ditutup dengan jahitan.
Setelah itu, anestesi akan dihentikan dan obat diberikan untuk membantu pasien siuman. Kemudian, pasien akan dibawa ke area pemulihan untuk dipantau secara ketat.
Pemulihan setelah Prosedur
Foto: Orami Photo Stock
Setelah prosedur arthroscopy selesai, pasien akan dibawa ke ruang pemulihan untuk dipantau sambil menunggu efek anestesi hilang. Pasien mungkin akan diberikan obat pereda nyeri.
Setelah siuman, pasien biasanya akan diperbolehkan pulang. Pastikan ada wali atau keluarga yang mengantar pulang, karena setelah prosedur, pasien tidak diperbolehkan menyetir sendiri.
Bila diperlukan, alat imobilisasi seperti selempang bahu atau penyangga lutut akan digunakan untuk melindungi sendi.
Alat ini juga dapat mencegah pembengkokan atau pergeseran selama proses penyembuhan.
Pasien mungkin juga akan diberikan kruk atau tongkat untuk mencegah terlalu banyak tekanan pada sendi, selama masa pemulihan.
Dokter biasanya juga akan memberikan instruksi spesifik mengenai tingkat aktivitas yang dapat dilakukan sehari-hari setelah operasi.
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pulih akan bervariasi berdasarkan operasi dan tingkat cedera yang dialami.
Namun, umumnya pemulihan berlangsung selama sedikitnya 2 minggu, bila tidak ada operasi lain yang juga dilakukan saat arthroscopy.
Baca juga: Kelumpuhan, Ketidakmampuan Seseorang dalam Bergerak dan Mengendalikan Tubuh
Risiko Prosedur Arthroscopy
Foto: Orami Photo Stock
Selain risiko umum yang terkait dengan pembedahan dan risiko anestesi, arthroscopy memiliki risiko tersendiri.
Misalnya, sedikit risiko kerusakan sendi selama prosedur, serta kerusakan pada arteri dan vena di sekitar sendi.
Dalam prosedur yang dilakukan pada sendi bagian bawah pinggang, ada risiko pembekuan darah yang dikenal sebagai deep vein thrombosis atau DVT.
Selain itu, ada juga risiko infeksi selama prosedur. Namun, tenang saja, karena risikonya lebih kecil dibandingkan dengan prosedur bedah yang melibatkan sayatan besar.
Menurut studi pada 2000 di The Ochsner Journal, prosedur invasif minimal ini cukup jarang menyebabkan pembengkakan pasca operasi.
Selain itu, rasa sakit dan risiko komplikasi serius juga rendah, dengan waktu pemulihan yang cepat.
Itulah pembahasan mengenai prosedur arthroscopy, dan hal-hal yang perlu diketahui. Semoga informasi tentang prosedur arthroscopy ini bisa membantu ya, Moms!
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3117522/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6551420/
- https://www.verywellhealth.com/what-is-an-arthroscopy-surgery-3157270
- https://www.healthline.com/health/knee-arthroscopy
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.