5 Cara Mencegah Stunting pada Anak, Perhatikan Ya Moms
Penting bagi setiap orang tua untuk mengetahui berbagai cara mencegah stunting pada anak.
Ini terjadi di berbagai negara, termasuk di Indonesia sendiri.
Melansir dari Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan, mengungkap bahwa jumlah anak stunting di Indonesia tahun 2022 sekitar 24% dari total seluruh anak.
Tentunya, Pemerintah Indonesia terus berupaya agar total anak yang menderita gangguan pertumbuhan ini dapat berkurang.
Apa Itu Stunting?
Stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami oleh anak-anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.
Mengutip dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anak-anak didefinisikan mengidap stunting, ketika memiliki tinggi badan yang lebih pendek daripada anak lain di seusianya.
Atau bisa juga ketika anak memiliki tinggi badan yang berada di bawah standar kurva pertumbuhan yang diciptakan oleh oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Stunting pada anak diawali dengan adanya kenaikan berat badan Si Kecil yang tidak adekuat atau disebut weight faltering.
Pastikan kenaikan berat badan anak kita sesuai dengan grafik standar WHO,” ujar dr. Cut Nurul Hafifah, Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Metabolik, RS Pondok Indah–Pondok Indah, Jakarta Selatan..
Moms juga perlu tahu bahwa anak yang berisiko mengalami stunting adalah anak dengan kenaikan berat badan yang tidak adekuat, terutama bayi prematur, bayi dengan berat lahir rendah, anak dengan alergi, serta anak dengan penyakit kronis lainnya.
Stunting pada anak di awal kehidupan, terutama pada 1000 hari pertama, memiliki dampak yang akan merugikan anak nantinya.
Beberapa dampak tersebut termasuk gangguan kognitif, peningkatan risiko penyakit kronis, dan lainnya
“Risiko yang paling besar dari stunting pada anak adalah penurunan kognitif Si Kecil dalam jangka panjang.
Hal ini terjadi karena Si Kecil kekurangan nutrisi hingga stunting dapat memengaruhi pertumbuhan otak yang sangat pesat pada 1000 hari pertama kehidupannya,” jelas dr. Cut.
Tak hanya itu, menurut dr. Cut, selain penurunan kemampuan kognitif, anak stunting juga mengalami penurunan kekebalan tubuh.
Sehingga berisiko lebih besar mengalami sindrom metabolik, seperti hipertensi, kelainan jantung, dan hiperkolesterolemia pada usia dewasa.
Penyebab Stunting pada Anak
Sebelum mengetahui cara mencegah stunting pada anak, cari tahu dulu apa saja penyebabnya.
Stunting atau pertumbuhan anak yang tertunda dapat disebabkan oleh berbagai macam hal yang mendasarinya.
Penyebab paling umum stunting pada anak meliputi:
1. Kekurangan Hormon Pertumbuhan
Penyebab stunting pada anak juga bisa disebabkan karena kekurangan hormon pertumbuhan.
Dalam keadaan normal, hormon pertumbuhan mendorong pertumbuhan jaringan tubuh.
Anak-anak dengan defisiensi hormon pertumbuhan sebagian atau seluruhnya tidak akan dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan yang sehat dan sesuai.
2. Mengalami Hipotiroidisme
Penyebab stunting pada anak dapat disebabkan ketika anak menderita hipotiroidisme.
Bayi atau anak-anak dengan hipotiroidisme akan memiliki kelenjar tiroid yang kurang aktif.
Tiroid bertanggung jawab untuk melepaskan hormon yang mendorong pertumbuhan normal, jadi pertumbuhan yang tertunda adalah tanda yang mungkin dari tiroid yang kurang aktif.
5. Mengalami Sindrom Turner
Mengalami sindrom Turner juga bisa menjadi penyebab anak dapat mengalami stunting.
Sindrom Turner adalah kondisi genetik yang memengaruhi wanita di mana mereka kehilangan sebagian atau seluruh kromosom X.
Sindrom ini dapat memengaruhi sekitar 1 dari 2.500 perempuan.
4. Penyebab Lain dari Pertumbuhan yang Tertunda
Penyebab yang kurang umum dari stunting pada anak/pertumbuhan tertunda meliputi:
- Down syndrome, suatu kondisi genetik di mana individu memiliki 47 kromosom, yang bila normal adalah berjumlah 46.
- Displasia skeletal, sekelompok kondisi yang menyebabkan masalah pada pertumbuhan tulang.
- Beberapa jenis anemia tertentu, seperti anemia sel sabit.
- Penyakit ginjal, jantung, pencernaan, atau paru-paru.
- Stres yang parah.
- Penggunaan obat-obatan tertentu oleh ibu kandung selama kehamilan.
- Nutrisi yang buruk.
Gejala Stunting pada Anak
Dari sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Maternal & Child Nutrition, mengungkap bahwa stunting sering kali tidak dikenali ciri dan gejalanya oleh masyarakat secara visual, karena anak perawakan pendek sering dianggap memiliki pertumbuhan yang normal.
Melansir dari laman Kementerian Kesehatan RI, gejala yang bisa dilihat pada anak yang mengalami stunting, yaitu:
- Anak berbadan lebih pendek dibandingkan anak seusianya.
- Proporsi tubuh anak cenderung normal, namun masih lebih kecil dibandingkan anak seusia lainnya.
- Berat badan rendah untuk anak seusianya.
- Pertumbuhan tulang yang tertunda.
Cara Mengatasi Stunting pada Anak
Apabila anak Moms dicurigai mengalami stunting, bawalah ke dokter spesialis anak untuk dievaluasi mendalam dan dicarikan penyebabnya.
Pemberian makan yang benar dengan memastikan asupan nutrisi adekuat, imunisasi untuk mencegah infeksi berulang, serta pemantauan perkembangan merupakan hal yang harus dilakukan pada semua anak agar dapat terbebas dari stunting.
Rencana perawatan anak akan bergantung pada penyebab keterlambatan pertumbuhan yang Si Kecil alami.
Untuk pertumbuhan tertunda yang disebabkan karena adanya riwayat keluarga, dokter biasanya tidak merekomendasikan perawatan atau intervensi apa pun.
Untuk penyebab mendasar lainnya, mungkin ada perawatan yang perlu mereka terima.
Jika anak Moms didiagnosis dengan defisiensi hormon pertumbuhan, dokter mungkin merekomendasikan untuk memberi mereka suntikan hormon.
Penyuntikan biasanya bisa dilakukan di rumah oleh orang tua, sebanyak satu kali sehari.
Perawatan ini kemungkinan akan berlanjut selama beberapa tahun seiring dengan pertumbuhan anak.
Dokter akan memantau keefektifan pengobatan hormon ini dan menyesuaikan dosisnya.
Sedangkan jika penyebabnya adalah hipotiroid, dokter anak mungkin akan meresepkan obat pengganti hormon tiroid untuk mengkompensasi kelenjar tiroid Si Kecil yang kurang aktif.
Selama perawatan, dokter akan mengawasi kadar hormon tiroid anak secara teratur.
Beberapa anak secara alami dapat mengatasi gangguan tersebut dalam beberapa tahun, tetapi yang lain mungkin perlu melanjutkan pengobatan selama sisa hidup mereka.
Cara Mencegah Stunting pada Anak
Agar pertumbuhan anak tidak terganggu, maka sejak kecil Moms sudah harus memberi perhatian khusus.
Cara mencegah stunting pada Si Kecil adalah dengan memantau pertumbuhannya sejak dini (sejak dalam kandungan).
Melihat banyak hal yang bisa dialami anak karena stunting, ada beberapa pencegahan yang bisa dilakukan.
Hal ini diungkapkan langsung oleh dr. Caessar Pronocitro, Sp. A., M. Sc., dokter spesialis anak RS Pondok Indah-Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten.
1. Pastikan Kebutuhan Nutrisi Anak Selalu Terpenuhi dengan Optimal
Cara mencegah stunting dapat dilakukan dengan memenuhi nutrisi anak agar selalu tercukupi.
Moms, menurut dr. Caessar, kebutuhan nutrisi yang cukup perlu dilakukan sejak awal kehamilan.
Ibu hamil harus mendapatkan asupan gizi dan rutin kontrol cek kandungan ke tenaga medis yang kompeten.
Setelah bayi lahir, Moms harus memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. ASI mencegah bayi mengalami kekurangan nutrisi.
Lalu, setelah 6 bulan, bayi diberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat dengan komposisi gizi yang seimbang, yaitu karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, lemak, dan buah.
Jangan sampai bayi hanya diberikan buah, melainkan harus menerima karbohidrat dan lemak sejak awal mendapatkan MPASI.
2. Lindungi Anak dari Infeksi dan Lingkungan yang Tidak Sehat
Cara mencegah stunting juga dapat dilakukan dengan cara melindungi anak dari infeksi dan lingkungan yang tidak sehat.
Melindungi anak dari infeksi adalah dengan cara memberi mereka imunisasi sesuai jadwal.
Selain itu, jangan sampai anak terekspos dengan zat-zat berbahaya, terutama asap rokok, karena dapat memberikan dampak yang buruk untuk kesehatan.
Walaupun perokok tidak merokok di dekat anak, tetapi partikel rokok yang menempel di badan, rambut, mulut, baju, dinding, dan permukaan lainnya hingga 2 minggu, sehingga tetap dapat terhirup oleh anak.
Kondisi ini memberikan pengaruh negatif dan meningkatkan risiko gangguan kesehatan pada anak, terutama gangguan pernapasan seperti batuk, pilek, dan sesak napas.
Selain itu, lingkungan yang tidak bersih atau sanitasi yang buruk meningkatkan risiko anak terkena infeksi, seperti gangguan pencernaan.
Perlu diketahui bahwa infeksi yang berulang dapat meningkatkan risiko stunting pada anak.
3. Berikan Stimulasi Psikososial yang Positif bagi Anak
Cara mencegah stunting pada anak juga dapat dilakukan dengan memberikan stimulasi psikososial yang positif bagi anak.
Caranya mudah kok Moms, yaitu dengan tummy time, yang bertujuan untuk merangsang bayi belajar berguling dan tengkurap.
Sering mengajak anak bicara dan bercanda saat menyusui, memberikan makan, atau menidurkan bayi juga merangsang kemampuannya berbicara.
Hindari penggunaan gadget sebagai alat stimulasi bagi anak.
Bayi yang berusia di bawah 18 bulan tidak diperbolehkan menggunakan telepon genggam atau menonton televisi, kecuali video call.
Ketika anak berusia 18 bulan hingga 2 tahun dapat diperkenalkan dengan program belajar yang ada di telepon atau televisi tetapi harus didampingi orangtua dan tidak lebih dari 1 jam sehari.
Saat anak berusia 2–5 tahun, Moms bisa memberi waktu untuk bermain gadget tapi hanya 1 jam sehari, serta didampingi orangtua.
Karena dasarnya, ketika anak hanya menonton sendiri tanpa pengajaran orang lain secara langsung, maka sebenarnya anak tidak mempelajari apa-apa.
4. Menjadi Orang Tua yang Aware terhadap Stunting
Saat ini, Moms sudah dapat mendapatkan informasi dengan mudah melaui ponsel pintar.
Manfaatkan hal tersebut untuk belajar tentang parenting, termasuk risiko stunting pada anak.
Pemerintah dan komunitas masyarakat sering kali membagikan informasi mengenai langkah yang tepat dalam memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga terhindar dari stunting.
Selain mendapatkan informasi melalui ponsel, Moms juga bisa mengikuti kelas-kelas online maupun offline yang mengajarkan Moms agar lebih aware terhadap stunting agar Moms dapat melakukan beragam cara mencegah stunting yang tepat.
5. Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Secara Rutin
Pemeriksaan kesehatan secara rutin memungkinkan orang tua dan tenaga medis untuk memantau perkembangan fisik anak, termasuk pertumbuhan tinggi badan dan berat badan.
Dengan melakukan pengukuran secara berkala, dokter dapat mengidentifikasi apakah anak tumbuh dengan baik sesuai dengan standar pertumbuhan yang diharapkan.
Jika terdapat tanda-tanda keterlambatan pertumbuhan, intervensi dapat dilakukan lebih awal.
Pemeriksaan kesehatan yang teratur juga berfungsi untuk mendeteksi dini masalah kesehatan yang mungkin memengaruhi pertumbuhan anak.
Masalah seperti infeksi, gangguan pencernaan, atau kondisi medis lainnya yang dapat menghambat penyerapan nutrisi akan lebih mudah teridentifikasi melalui pemeriksaan.
Dengan penanganan yang tepat dan segera, risiko stunting dapat diminimalisir.
Pemeriksaan kesehatan tidak hanya bermanfaat untuk anak, tetapi juga memberikan kesempatan bagi orang tua untuk lebih memahami dan mendukung perkembangan anak mereka.
Baca Juga: Ini Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk Menurut Dokter Anak
Jadi, Moms tak perlu khawatir lagi dengan stunting, risikonya dapat berkurang dengan melakukan hal-hal di atas, ya!
Semoga semua anak kita terbebas dari stunting dan tetap sehat.
- https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20221025/2341387/kejar-stunting-turun-hingga-14-kemenkes-sasar-perbaikan-gizi-pada-remaja-putri/
- https://promkes.kemkes.go.id/?p=8486
- https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1529/faktor-faktor-penyebab-kejadian-stunting-pada-balita
- https://www.netmeds.com/health-library/post/stunted-growth-causes-symptoms-and-prevention
- https://www.who.int/news/item/19-11-2015-stunting-in-a-nutshell
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5084763/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.