Sebelum Minum Celestamine, Cari Tahu Kegunaan dan Efek Sampingnya
Jika mengalami alergi, celestamine bisa jadi obat ampuh untuk mengatasinya.
Walaupun pada sebagian kasus alergi ringan akan membaik dengan sendirinya.
Jika ingin cepat teratasi gejalanya, minum obat jadi salah satu pilihannya.
Ini juga menjadi langkah tepat jika gejala alergi yang dialami cukup mengganggu aktivitas harian.
Namun sebelum menggunakan obat ini, kenali lebih dalam kegunaan dan efek sampingya.
Tujuan agar pengobatan lebih efektif dan terhindar dari efek samping yang merugikan.
Yuk, simak ulasannya berikut ini!
Manfaat Celestamine
Foto: mims.com
Celestamine adalah obat yang digunakan untuk mengobati alergi pada saluran pernapasan, kulit, dan mata.
Alergi pada saluran pernapasan biasanya disebabkan oleh protein di udara yang terhirup dan memicu peradangan pada saluran napas.
Ini bisa terjadi karena reaksi alergen tertentu di udara atau pada zat iritan seperti asap di lingkungan.
Sementara itu, alergi kulit biasanya terjadi akibat paparan alergen ke kulit.
Jenis alergi kulit paling umum adalah urtikaria (biduran) dan dermatitis kontak.
Lain halnya dengan alergi pada mata, yang terjadi karena reaksi terhadap alergen yang masuk ke mata.
Kesemua kondisi ini bisa menyebabkan rasa gatal, pembengkakan pada kulit, sesak napas, dan mata merah.
Obat alergi ini per tabletnya atau 5 ml sediaan sirupnya mengandung betamethasone 0.25 mg dan dexchlorpheniramine maleate 2 mg.
Baca Juga: Ketahui Obat Meropenem: Fungsi, Dosis, dan Efek Sampingnya
Dosis dan Aturan Penggunaan Celestamine
Foto: Orami Photo Stock
Setiap orang dapat diresepkan obat yang berbeda-beda.
Ini bergantung dengan usia, jenis alergi, keparahan kondisi, dan kondisi kesehatan secara menyeluruh.
Namun biasanya dokter menggunakan aturan dosis berikut ini.
Obat Tablet
- Dewasa: 1-2 tablet diminum sebanyak 3-4 kali sehari. Maksimal dosis adalah 8 tablet dalam sehari.
Sirup
- Dewasa: 5-10 mL diminum sebanyak 3-4 kali sehari. Maksimal dosis adalah 40 ml dalam sehari.
- Anak usia 6-12 tahun: 2,5 mL diminum sebanyak 3 kali sehari. Maksimal dosisnya 20 mL per hari.
- Anak usia 2-6 tahun: 1,25-2,5 mL diminum sebanyak 3 kali sehari. Maksimal dosisnya adalah 15 mL per hari.
Baca juga: Diltiazem, Obat Resep untuk Bantu Atasi Hipertensi
Gunakan obat ini persis sama dengan arahan dokter atau sesuai dengan petunjuk pada label kemasan obat.
Hindari menambah atau mengurangi dosis yang telah ditetapkan.
Jangan pula berhenti menggunakan obat tanpa izin dokter.
Cobalah minum di waktu yang sama setiap harinya agar tidak melewatkan dosis.
Jika terlewat jangan pula menggandakan dosis di waktu minum obat selanjutnya.
Moms dan Dads bisa minum obat ini dengan atau tanpa makanan.
Bila yang diresepkan dokter adalah sediaan tablet, telan obat ini secara utuh dengan bantuan segelas air.
Jangan mengunyah, memotong, aau menghancurkan obat.
Sementara bila dokter merespkan sediaan sirup, gunakan sendok takar atau gelas ukur agar dosisnya tepat.
Baca juga: Amonium Klorida, Salah Satu Kandungan dalam Obat Batuk dak Pilek
Efek Samping Celestamine
Foto: Orami Photo Stock
Sama seperti obat lainnya, celestamine dapat menyebabkan efek samping.
Setiap orang dapat mengalami efek samping yang berbeda-beda.
Ini karena respons tubuh setiap orang terhadap kandungan obat juga berbeda-beda.
Berikut ini adalah berbagai efek samping yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi obat ini.
- Gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, dan mulas.
- Masalah pernapasan, seperti sesak napas.
- Pusing dan mengantuk.
Dalam jangka panjang, penggunaan obat bisa meningkatkan risiko masalah pada tulang dan kandung kemih.
Baca Juga: Nalgestan: Ketahui Dosis yang Tepat serta Efek Samping Obat Flu yang Satu Ini
Untuk menghindari efek samping ini, pasien perlu menggunakan obat sesuai dengan saran dokter.
Di samping itu, beri tahu dokter jika Moms atau Dads memiliki masalah kesehatan berikut ini.
- Penyakit jantung
- Nyeri dada
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Maag sering kambuh
- Masalah kandung kemih atau prostat
- Gangguan kelenjar tiroid (hipertiroidisme atau hipotiroidisme)
- Hamil dan sedang menyusui.
Foto: Orami Photo Stock
Beri tahu dokter mengenai obat-obatan yang saat itu sedang digunakan.
Pasalnya, menggunakan obat alergi ini bersamaan dengan obat tertentu bisa menimbulkan interaksi yang menimbulkan kondisi tertentu.
Atau juga meningkatkan risiko suatu penyakit dan mengurangi efektivitas obat.
Baca Juga: Amankah Obat Kandistatin untuk Bayi? Begini Anjurannya, Moms!
Jangan mengonsumsi obat ini bila sedang atau pernah mengonsumsi obat inhibitor monoamine oksidase (MAOIs) dalam 14 hari terakhir.
Contoh obat-obatannya adalah isocarboxazid, phenelzine, dan tranylcypromine.
Begitu juga dengan obat untuk mengobati gangguan kecemasan, serangan panik, atau obat insomnia.
Di antaranya seperti clonazepam, diazepam, alprazolam, dan zolpidem.
Termasuk juga dengan obat herbal, obat tradiosional Tiongkok, dan suplemen.
- https://www.mims.com/indonesia/drug/info/celestamine?type=brief&lang=id
- https://www.mims.com/indonesia/drug/info/betamethasone?mtype=generic
- https://www.mims.com/indonesia/drug/info/dexchlorpheniramine?mtype=generic
- https://www.fhi.no/en/mp/chronic-diseases/asthma-and-allergy/allergy/
- https://www.aafa.org/eye-allergy-conjunctivitis/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.