Serba Serbi Gigi Gingsul, Sebaiknya Dicabut atau Dirawat?
Gigi gingsul, atau dalam bahasa inggris dikenal dengan malocclusion of teeth, adalah keadaan di mana gigi seseorang tidak rata dan tumbuh di atas gigi lainnya.
Moms dan Dads pasti pernah melihat ada orang dengan gigi yang tidak rata dan tumbuh di atas gigi yang lainnya.
Dalam kata lain, gingsul adalah gigi yang menumpuk di atas gigi lainnya.
Medlineplus menjelaskan, gigi gingsul atau oklusi mengacu pada kesejajaran gigi dan cara gigi atas dan bawah saling menempel (menggigit).
Gigi atas seharusnya sedikit menutupi gigi bawah. Hal tersebut karena gigi atas mencegah menggigit pipi dan bibir, dan gigi bawah melindungi lidah.
Kasus gigi gingsul ini biasanya turun-temurun secara genetik.
Gigi gingsul mungkin disebabkan oleh perbedaan antara ukuran rahang atas dan bawah atau antara ukuran rahang dan gigi. Gigi gingsul menyebabkan gigi berdesakan atau pola gigitan yang tidak normal.
Merujuk pada Dental Research Journal, gigi gingsul adalah salah satu masalah gigi yang paling umum, dengan prevalensi (seringnya sebuah gangguan kesehatan ditemukan) yang tinggi berkisar antara 20% sampai dengan 100% yang dilaporkan oleh beberapa penelitian yang berbeda.
Baca Juga: Masih Alami Sakit Padahal Gigi Sudah Dicabut? Jangan-Jangan Anda Alami Kondisi Ini
Penyebab Gigi Gingsul
Bentuk rahang atau cacat lahir, seperti bibir sumbing, juga bisa menjadi penyebab gigi gingsul. Beberapa penyebab gigi gingsul lainnya, antara lain:
1. Kebiasaan Masa Kecil
Salah satu kebiasaan masa kecil yang dapat menyebabkan gigi gingsul adalah mengisap jari.
Aktivitas mengisap jempol dan jari dapat mengubah perkembangan dento-skeletal (tulang yang berhubungan dengan rahang dan gigi).
Kondisi ini dapat menyebabkan gigi gingsul jika terus-menerus dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
Si Kecil dengan kebiasaan ini sering menunjukkan bekas gigitan di jari tangan atau ibu jari.
Mengisap jempol akan menggeser lidah ke posisi bawah. Perubahan keseimbangan antara dorongan lidah keluar pada langit-langit dan aktivitas otot pipi ke dalam dapat memengaruhi lengkung atas.
Kondisi ini membuat tonjolan gigi seri atas dan premaksilla, sehingga akhirnya dapat mengakibatkan terbentuknya gigi gingsul.
2. Mendorong Lidah
Ini adalah suatu kondisi saat menelan di mana lidah bersentuhan dengan gigi anterior geraham.
Korelasi antara kebiasaan ini dan gigi gingsul mungkin bersifat timbal balik, yang berarti bahwa kebiasaan mendorong lidah dapat menyebabkan gigi gingsul dan gigi gingsul dapat berkontribusi pada pembentukan kebiasaan tersebut.
Jika dibiarkan, dorongan lidah dapat memperburuk derajat gigi gingsul.
3. Bernapas Melalui Mulut
Kebiasaan bernapas melalui mulut umumnya terjadi sebagai dampak penyumbatan saluran napas hidung yang disebabkan oleh berbagai penyakit atau kondisi.
Perubahan pola napas hidung ke mulut memengaruhi posisi lidah dan rahang bawah, serta menyebabkan gangguan pada keseimbangan otot mulut dan perioral.
Abnormalitas anatomi dapat muncul pada mereka yang bernapas melalui mulut (misalnya, gigi gingsul, open bite, rotasi mandibula, peningkatan tinggi wajah bagian bawah anterior, rahang atas yang sempit, dan langit-langit yang lebih dalam.
4. Kebiasaan Mengunyah Satu Sisi
Kebiasaan mengunyah secara terus-menerus di satu sisi karena berbagai alasan, misalnya rasa sakit, karies gigi, atau ketidaknyamanan dalam mengunyah juga dapat menyebabkan gigi gingsul.
Buccal crossbite juga merupakan salah satu alasan dari kebiasaan ini sekaligus memperburuk susunan gigi.
Baca Juga: Anak Sering Bernapas Lewat Mulut? Begini Dampaknya Pada Kesehatan Gigi dan Mulut
Gejala Gigi Gingsul
Susunan gigi yang tidak rata dapat dikenali dari beberapa gejala atau tanda.
Beberapa tanda dan gejala yang perlu dikenali dari gigi gingsul, misalnya:
- Gigi yang terlihat tidak sejajar
- Perubahan penampilan wajah
- Sering menggigit pipi atau lidah bagian dalam
- Ketidaknyamanan saat mengunyah atau menggigit
- Perubahan bicara dan artikulasi yang terdengar cadel
- Bernapas melalui mulut, bukan melalui hidung
Baca Juga: Yuk Kenali 3 Tahapan Tumbuh Kembang Gigi Anak!
Tingkat Keparahan Gigi Gingsul
Gigi gingsul biasanya didiagnosa melalui pemeriksaan gigi rutin.
Ketika pemeriksaan atau perawatan gigi rutin, dokter gigi akan memeriksa gigi dan mungkin melakukan rontgen gigi untuk menentukan apakah gigi sejajar dengan benar.
Jika hasil pemeriksaan mengindikasikan adanya gigi gingsul, dokter gigi kemudian mengklasifikasikan kelas atau jenis gigi gingsul yang diderita berdasarkan tipe dan keparahannya.
Dikutip dari jurnal EC Dental Sciences, gigi gingsul dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:
Kelas 1
Gigi gingsul kelas 1 didiagnosis ketika terjadi tumpang tindih antara gigi geraham atas dengan gigi geraham bawah dalam posisi yang baik, tetapi gigi yang lain berdesakan atau berjarak terlalu jauh.
Pada tingkat ini, ketidaksejajaran gigi tidak parah. Gigi gingsul kelas 1 adalah klasifikasi gigi gingsul yang paling umum.
Kelas 2
Gigi gingsul kelas 2 didiagnosis jika mengalami overbite yang parah. Pada tingkatan ini, gigi atas dan rahang secara signifikan tumpang tindih dengan gigi bawah dan rahang.
Jika gigi gingsul kelas 2 terjadi saat memiliki rahang bawah yang lebih kecil dari biasanya, hal tersebut lebih dikenal sebagai retrognathism (atau retrognathia).
Kelas 3
Gigi gingsul kelas 3 didiagnosis jika mengalami gangguan gigitan parah. Pada tingkat ini, gigi bawah tumpang tindih dengan gigi atas.
Walau termasuk kasus yang jarang terjadi, kondisi ini perlu diwaspadai sedini mungkin karena perawatannya lebih rumit dan biasanya membutuhkan operasi untuk perbaikan yang optimal.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh tulang rahang bawah yang besar dan dikenal sebagai prognatisme, artinya rahang bawah terlihat menonjol ke depan.
Namun, opsi perawatan tanpa pembedahan juga masih memungkinkan, tergantung pada kondisi masing-masing pasien.
Baca Juga: 3 Dampak Gigi Bungsu Tidak Dicabut, Jangan Dianggap Sepele
Kapan Gigi Gingsul Harus Dicabut?
Gigi gingsul yang tidak parah dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan lainnya tidak perlu dilakukan terapi atau dicabut.
Namun, gigi gingsul harus dicabut dalam beberapa kondisi yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan gigi dan mulut lainnya.
Pada kasus gigi gingsul anak-anak, pencabutan gigi mungkin akan dilakukan apabila gigi susunya belum tanggal, namun gigi permanennya mulai tumbuh.
Untuk membuat ruang tumbuh, gigi susunya akan dicabut.
Umumnya dokter gigi akan mempertimbangkan pencabutan gigi setelah Si Kecil mencapai umur 8 tahun, sebab setelah itu ruangan di rahang anak tidak bertambah lagi.
Jika dibiarkan, gigi permanen yang tumbuh akan menumpuk dan tidak rata.
Bergantung pada jenisnya, dokter gigi mungkin merekomendasikan berbagai perawatan, misalnya:
- Pemasangan kawat gigi untuk memperbaiki posisi gigi.
- Peralatan atau penahan gigi untuk memperbaiki kembali posisi gigi.
- Pencabutan untuk memperbaiki kepadatan gigi.
- Membentuk kembali, mengikat, atau menutup gigi.
- Operasi untuk membentuk kembali atau memperpendek rahang.
Perawatan untuk kondisi tersebut juga dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Komplikasi yang dapat dirasakan, antara lain:
- Kerusakan gigi
- Rasa sakit atau ketidaknyamanan yang dirasakan selama mengunyah atau makan
- Iritasi pada mulut karena penggunaan peralatan terapi, seperti kawat gigi
- Kesulitan mengunyah atau berbicara selama pengobatan
Baca Juga: Ketahui Penyebab dan Cara Mencegah Kerusakan Gigi Susu Anak
Mencegah Gigi Gingsul
Mencegah gigi gingsul bisa menjadi hal yang sulit, karena dalam kebanyakan kasus, kondisi ini sebagian besar bersifat keturunan atau genetik.
Namun, pertumbuhan rahang dan gigi juga bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Dalam jurnal International Journal of Oral Sciences merekomendasikan orang tua perlu membatasi penggunaan dot dan botol susu pada anak untuk membantu mengurangi perubahan pada perkembangan rahang.
Si Kecil juga perlu didorong untuk berhenti mengisap jempol mereka sedini mungkin.
Deteksi dini dapat membantu mengurangi lamanya dan tingkat keparahan posisi gigi yang tidak rata. Yuk, ajak Si Kecil rajin merawat gigi!
- https://www.ecronicon.com/ecde/pdf/ECDE-18-01109.pdf
- https://www.healthline.com/health/malocclusion-of-teeth#diagnosis
- https://doi.org/10.1038/s41368-018-0012-3
- https://doi.org/10.4103/1735-3327.192269
- https://www.uofmhealth.org/health-library/tn1000
- https://www.uofmhealth.org/health-library/tn2534
- https://www.oralhealthgroup.com/features/non-surgical-compensation-of-skeletal-class-iii-malocclusions/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.