Jangan Anggap Enteng, Pelan-pelan 8 Hal Ini Bisa Jadi Pemicu Kanker Payudara
Sebagai silent killer, kanker payudara menjadi penyebab utama kematian perempuan di dunia setelah kanker rahim. Timbulnya kanker ini terjadi karena sel-sel di jaringan payudara yang tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Sel-sel ini terus membelah dan berkumpul menjadi benjolan.
Namun, hingga saat ini belum ada yang mengetahui dengan pasti apa yang membuat sel-sel di tubuh berubah menjadi sel kanker. Dikutip dari Cancer.org, para ahli menduga bahwa sel kanker terbentuk karena beberapa faktor yang berkaitan dengan gaya hidup.
Baca Juga : 11 Mitos Seputar Kanker Payudara, Bagaimana Faktanya?
Dalam keseharian, terkadang kita juga sering dilanda stres dan tak semua orang bisa mengelolanya dengan baik. Akibatnya, stres juga berperan memicu kanker payudara lantaran ketika stres imunitas tubuh menurun dan rentan terkena penyakit.
Di sisi lain saat stres, tubuh perempuan akan memproduksi lebih banyak estrogen. Hormon estrogen sendiri memicu mutasi sel kanker, termasuk di area payudara. Itu sebabnya kita disarankan mampu menghindari stres dan menjalani hidup sehat secara konsisiten.
Namun, selain stres masih ada sejumlah faktor yang sebenarnya bisa memicu munculnya sel kanker payudara? Berikut daftarnya!
1. Alkohol
Mengonsumsi alkohol terbukti meningkatkan risiko kanker payudara.
Dibandingkan dengan orang yang tidak mengonsumsi alkohol, perempuan yang mengonsumsi alkohol 2-3 gelas kecil sehari bisa meningkatkan risiko kanker payudara hingga 20 persen.
Baca Juga : 4 Jenis Benjolan yang Ternyata Bukan Kanker Payudara
2. Obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas setelah menopause meningkatkan risiko kanker payudara.
Sebelum menopause, ovarium memproduksi banyak estrogen dan jaringan lemak memproduksi sedikit estrogen. Setelah menopause, ovarium berhenti memproduksi estrogen dan jaringan lemak memproduksi estrogen.
Semakin banyak jaringan lemak yang ada, semakin banyak estrogen yang diproduksi dan semakin besar juga risiko kanker.
Perempuan dengan berat badan berlebih juga punya kandungan insulin yang tinggi dalam darah. Kandungan insulin tinggi dalam darah juga berkaitan langsung dengan peningkatan risiko kanker, termasuk kanker payudara.
3. Tidak Melakukan Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang teratur terbukti menurunkan risiko kanker payudara, terutama untuk perempuan yang sudah masuk masa menopause.
The American Cancer Society menyarankan orang dewasa untuk berolahraga selama 150 menit untuk olahraga sedang dan 75 menit untuk olahraga berat setiap minggunya.
Baca Juga : Nyeri Payudara, Cari Tahu Penyebabnya!
4. Tidak Memiliki Keturunan
Wanita yang belum memiliki anak atau yang memiliki anak pertama setelah usia 30 tahun memiliki risiko kanker payudara sedikit lebih tinggi secara keseluruhan.
Sebaliknya, hamil lebih dari sekali yang berlangsung di usia muda diyakini mampu mengurangi risiko kanker payudara.
Namun, efek kehamilan berbeda pula untuk berbagai jenis kanker payudara. Sebab ada jenis kanker payudara tertentu yang dikenal sebagai triple-negatif dimana kehamilan justru semakin meningkatkan risiko penyakit mematikan ini.
5. Tidak Menyusui
Penelitian menunjukkan risiko kanker payudara bisa dihindari jika menyusui secara aktif hingga 2 tahun lamanya. Penjelasan ilmiahnya adalah menyusui mampu mengurangi siklus haid perempuan.
Sedangkan bagi ibu yang baru melahirkan disarankan untuk menyusui hingga 6 bulan pertama usia bayi. Sebab jika aktif menyusui maka hormone prolactin dalam tubuh mampu menekan produksi estrogen yang diproduksi berlebihan.
Untuk ibu yang mengalami kesulitan saat menyusui, disarankan jangan langsung berhenti menyusui. Jika ASI berkurang malah memicu timbulnya risiko kanker payudara. Cegah hal ini dengan lebih sering memompa ASI.
Baca Juga : 6 Artis yang Selamat dari Kanker Payudara
6. Menggunakan KB
Beberapa metode KB dikatakan mampu meningkatkan risiko kanker payudara. Seperti pil KB, suntik KB, dan IUD.
Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara penggunaan IUD yang mengeluarkan hormon dan risiko kanker payudara. Untuk itu, sebaiknya Moms mendiskusikan dengan baik mengenai risiko ini ketika ingin menggunakan KB hormonal.
7. Melakukan Terapi Hormon setelah Menopause
Terapi hormon dengan estrogen (sering dikombinasikan dengan progesteron) telah digunakan selama bertahun-tahun untuk membantu meringankan gejala menopause dan membantu mencegah osteoporosis (penipisan tulang).
Ada 2 jenis terapi hormon utama. Bagi perempuan yang masih memiliki rahim (rahim), dokter umumnya meresepkan estrogen dan progesteron (dikenal sebagai terapi hormon gabungan atau HT). Progesteron diperlukan karena estrogen saja dapat meningkatkan risiko kanker rahim.
Untuk wanita yang telah menjalani histerektomi (yang tidak lagi memiliki rahim), estrogen saja dapat digunakan. Ini dikenal sebagai terapi penggantian estrogen (ERT) atau hanya terapi estrogen (ET).
Baca Juga : 9 Faktor Risiko Kanker Payudara, Apakah Moms Memilikinya?
8. Melakukan Implan Payudara
Implan payudara silikon dapat menyebabkan jaringan parut terbentuk di payudara. Implan membuat jaringan payudara lebih sulit untuk dilihat pada mammogram standar, tetapi gambar x-ray tambahan yang disebut implan displacement dilihat dapat digunakan untuk memeriksa jaringan payudara lebih lengkap.
Beberapa jenis implan payudara dapat dikaitkan dengan jenis kanker langka yang disebut limfoma sel anaplastik besar (ALCL). Ini kadang-kadang disebut sebagai limfoma sel besar anaplastik terkait payudara (BIA-ALCL).
(AND)
Sumber: cancer.org
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.