Mengenal Sindrom Patah Hati yang Bisa Sebabkan Kematian
Sindrom patah hati merupakan kondisi masalah jantung sementara yang seringkali disebabkan oleh situasi-situasi penuh tekanan, salah satunya seperti kematian orang yang dicintai atau kondisi yang stres.
Moms pasti pernah merasakan putus cinta. Ya, saat suatu hubungan berakhir, kita pastinya akan merasakan sakit. Bahkan, terkadang terasa nyeri di dada sebagai penggambaran dari putus cinta.
Di sini, sindrom patah hati atau Broken Heart Syndrome menyebabkan gangguan sementara pada fungsi pemompaan jantung normal.
Melansir Mayo Clinic, sindrom patah hati adalah kondisi jantung sementara yang sering kali disebabkan oleh situasi stres dan emosi yang ekstrem.
Kondisi tersebut juga dapat dipicu oleh penyakit fisik yang serius atau pembedahan. Ini juga bisa disebut stress cardiomyopathy, takotsubo cardiomyopathy atau sindrom balon apikal.
Lalu, apa yang menjadi penyebab dan bagaimana cara mengatasi dan bentuk pencegahannya? Cari tahu lebih lanjut lewat artikel berikut ini, Moms.
Baca Juga: Mengetahui 4 Langkah Pertolongan Pertama pada Penyakit Jantung
Sindrom Patah Hati, Banyak Menyerang Wanita
Foto: thehealthy.com
Orang dengan sindrom patah hati mungkin mengalami nyeri dada mendadak atau mengira mereka mengalami serangan jantung. Sindroma patah hati memengaruhi hanya sebagian jantung, yang untuk sementara mengganggu fungsi pemompaan normal jantung.
Bagian jantung lainnya terus berfungsi normal atau bahkan mungkin mengalami kontraksi yang lebih kuat. Penyakit jantung ini banyak menyerang wanita.
"Wanita cenderung memiliki penyakit jantung tanpa penyumbatan di arteri besar," kata Holly Andersen, MD, Direktur Pendidikan dan Penjangkauan di Ronald O. Perelman Heart Institute di New York-Presbyterian Hospital / Weill Cornell Medical Center.
Dikutip dari Heart.org, orang dengan sindrom patah hati akan mengalami nyeri dada yang tiba-tiba dan intens, serta sesak napas. Meskipun ini bisa terasa mirip dengan serangan jantung, sindrom ini tidak menyebabkan penyumbatan arteri.
Walaupun begitu, Holly Andersen mencatat bahwa 40 persen wanita tidak mengalami nyeri dada, tetapi mereka tahu ada sesuatu yang salah. Karena, kondisi ini juga bisa menimbulkan rasa sakit di rahang, lengan, atau kaki kita dan ini terjadi setiap kali (berulang).
Wanita juga mungkin merasa sesak di dada, sesak napas, mual, atau pusing. Kita juga merasakan jantung seperti terbakar atau gangguan pencernaan.
Baca Juga: Makanan yang Harus Dihindari Penderita Aritmia Jantung
Penyebab dan Gejala Sindrom Patah Hati
Foto: thehealthy.com
Mengutip Harvard Health, sayangnya hingga kini belum diketahui penyebab pastinya seseorang mengalami sindrom patah hati.
Tetapi, para ahli berpendapat bahwa lonjakan hormon stres (misalnya, adrenalin) pada dasarnya "mengejutkan" jantung, memicu perubahan pada sel otot jantung atau pembuluh darah koroner (atau keduanya) yang mencegah ventrikel kiri berkontraksi secara efektif.
Wanita lebih mungkin dibandingkan pria untuk mengalami nyeri dada yang tiba-tiba dan intens, karena reaksi terhadap lonjakan hormon stres, yang dapat disebabkan oleh peristiwa yang membuat stres secara emosional.
Bisa jadi disebabkan karena kematian orang yang dicintai atau bahkan perceraian, perpisahan, pengkhianatan atau penolakan romantis. Itu bahkan bisa terjadi setelah kejutan yang bagus (seperti memenangkan lotere).
Moms perlu mengetahui seperti apa tanda dan gejala sindrom patah hati. Gejala yang paling umum adalah angina (nyeri dada) dan sesak napas. Hal-hal ini dapat dialami meskipun Moms tidak memiliki riwayat penyakit jantung.
Aritmia (detak jantung tidak teratur) atau syok kardiogenik juga dapat terjadi dengan sindrom patah hati.
Syok kardiogenik adalah kondisi di mana jantung yang tiba-tiba melemah tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, dan dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
Lebih lanjut, Cleveland Clinic menyebutkan beberapa gejala dari kondisi sindrom patah hati. Gejala dapat muncul dalam beberapa menit atau tidak sampai beberapa jam setelah situasi stres, dan mirip dengan serangan jantung.
Perawatan darurat harus selalu dicari saat mengalami gejala ini, karena tidak ada cara untuk menentukan penyebabnya tanpa pengujian dan diagnosis yang tepat oleh dokter.
Gejalanya meliputi angina (nyeri dada yang tiba-tiba dan parah), sesak napas, aritmia (detak jantung tidak teratur), pingsan, tekanan darah rendah, gagal jantung.
Syok kardiogenik, atau ketidakmampuan jantung untuk memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh juga menjadi gejalanya.
Dampak hormon stres "melumpuhkan" sel-sel jantung, menyebabkannya tidak berfungsi. Efek ini biasanya hilang dalam beberapa hari atau paling banyak minggu , dan tidak ada kerusakan jantung yang bertahan lama.
Baca Juga: 11+ Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi, Yuk Pahami!
Faktor Risiko Sindrom Patah Hati
Foto: Orami Photo Stock
Dalam Journal of the American Academy of Physician Assistants, disebutkan bahwa sindrom patah hati, sindrom balon apikal terjadi ketika peristiwa emosional atau fisik yang membuat stres, menyebabkan ventrikel kiri jantung membesar, dan menyebabkan gagal jantung akut.
Ada sejumlah faktor risiko yang diketahui untuk sindrom patah hati, di antaranya:
- Jenis kelamin. Kondisi tersebut memengaruhi wanita jauh lebih sering daripada pria.
- Usia. Tampaknya sebagian besar orang yang memiliki kondisi ini berusia lebih dari 50 tahun.
- Sejarah kondisi neurologis. Orang yang memiliki gangguan neurologis, seperti cedera kepala atau gangguan kejang (epilepsi) memiliki risiko lebih besar mengalami kondisi ini.
- Gangguan kejiwaan sebelumnya atau saat ini. Jika kita memiliki kelainan, seperti kecemasan atau depresi, kita mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengalami kondisi ini.
Sindrom patah hati terkadang terjadi lagi, meski kebanyakan orang tidak akan mengalami kejadian kedua.
Banyak dokter merekomendasikan pengobatan jangka panjang dengan beta blocker atau obat serupa yang memblokir efek hormon stres yang berpotensi merusak jantung.
Mengenali dan mengelola stres dalam hidup juga dapat membantu mencegah sindrom patah hati, meski saat ini tidak ada bukti yang membuktikannya.
Baca Juga: Awas, Sesak Napas Saat Berbaring Bisa Jadi Pertanda Penyakit Jantung
Pengobatan Kondisi Sindrom Patah Hati
Foto: Orami Photo Stock
Tidak ada pengobatan standar untuk sindrom patah hati. Penanganannya tergantung pada tingkat keparahan gejala, dan apakah orang tersebut memiliki tekanan darah rendah atau bukti adanya cairan yang masuk ke paru-paru.
Dokter sering merekomendasikan obat gagal jantung standar seperti beta blocker, ACE inhibitor, dan diuretik (pil air). Dokter mungkin memberikan aspirin kepada pasien yang juga menderita aterosklerosis (penumpukan plak di dinding arteri).
Meskipun ada sedikit bukti tentang terapi jangka panjang, beta blocker (atau gabungan alpha dan beta blocker) dapat dilanjutkan tanpa batas waktu untuk membantu mencegah kekambuhan dengan mengurangi efek adrenalin dan hormon stres lainnya.
Penting juga untuk mengurangi stres fisik atau emosional yang mungkin berperan dalam memicu gangguan tersebut.
Sebagian besar kelainan pada fungsi sistolik dan pergerakan dinding ventrikel hilang dalam satu sampai empat minggu, dan kebanyakan pasien pulih sepenuhnya dalam dua bulan.
Kasus kematian jarang terjadi, tetapi gagal jantung terjadi pada sekitar 20% pasien. Komplikasi yang jarang dilaporkan termasuk aritmia (irama jantung abnormal), penyumbatan aliran darah dari ventrikel kiri, dan pecahnya dinding ventrikel.
Nah, itulah Moms, penjelasan tentang sindrom patah hati. Kalau Moms, merasa pernah mengalaminya, tidak?
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.