Mengenal Neuritis, dari Penyebab Hingga Gejala yang Patut Diwaspadai
Neuritis adalah penyakit saraf yang dapat menyebabkan hilangnya refleks, nyeri di bagian tubuh tertentu, hingga mati rasa.
Mengutip dari Courtney Medical Group AZ, kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera, infeksi, atau penyakit autoimun.
Pada beberapa kasus, neuritis disertai penurunan kemampuan berkeringat dalam distribusi saraf atau saraf yang meradang.
Yuk, kenali berbagai gejala neuritis agar bisa dideteksi sejak dini, Moms!
Baca Juga: Mengenal Kanker Saraf Neuroblastoma pada Bayi, Apa Penyebabnya?
Penyebab Neuritis
Istilah neuritis terkadang digunakan secara bergantian dengan neuropati.
Akan tetapi, neuropati cenderung lebih menyakitkan.
Neuropati umumnya dikaitkan dengan kerusakan saraf, disfungsi, atau degenerasi, bukan hanya peradangan saraf saja.
Dalam beberapa kasus, neuritis dapat berkembang menjadi neuropati.
Berikut beberapa hal yang dapat menjadi penyebab neuritis, antara lain:
1. Autoimun
Pada jenis neuritis optik, biasanya disertai dengan penyakit autoimun seperti multiple sclerosis dan neuromyelitis optica.
Neuritis optik merupakan peradangan pada saraf optik yang membuat seseorang kehilangan penglihatan monokular.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan gangguan persepsi warna (diskromatopsia), lalu diikuti penglihatan kabur dan kehilangan ketajaman penglihatan.
Neuritis optik juga sering dikaitkan dengan nyeri periokular, fosfen, dan gangguan penglihatan lainnya.
Baca Juga: Kenali Penyakit Autoimun: Jenis, Penyebab, Serta Cara Mengatasinya
2. Infeksi
Neuritis juga dapat disebabkan oleh infeksi, baik infeksi aktif maupun proses autoimun setelah mengalami infeksi tersebut.
Beberapa bakteri yang sering menjadi penyebab neuritis adalah bakteri penyebab kusta, penyakit Lyme, dan difteri.
Sedangkan dari golongan virus, penyebabnya bisa karena infeksi Herpes Simplex Virus (HSV), virus varicella zoster, dan HIV.
3. Kekurangan Vitamin B
Jika tubuh kekurangan berbagai jenis vitamin B, tubuh akan lebih rentan terkena radang saraf.
Namun, setiap jenis defisiensi vitamin B bisa memberikan efek yang berbeda.
Misalnya, kekurangan vitamin B1 (thiamin) dapat menyebabkan beri-beri yang terkait dengan neuropati sensorik, lalu diikuti kelemahan otot.
Sementara defisiensi vitamin B3 (niasin) dapat menyebabkan pellagra yang muncul dengan berbagai neuropati perifer dan lesi kulit keratotik.
Adapun kekurangan vitamin B6 atau piridoksin, bisa menyebabkan kerusakan saraf perifer.
Jika mengalami defisiensi vitamin B12, seseorang dapat mengalami degenerasi gabungan subakut, yakni penyakit yang terkait dengan proses demielinasi sentral.
Baca Juga: 12 Sumber Vitamin B untuk Kebutuhan Nutrisi Tubuh
4. Konsumsi Nutrisi Berlebih
Jika kekurangan vitamin B bisa menjadi penyebab neuritis, kelebihan pun tidak baik, Moms.
Mengutip dari Everyday Health, terlalu banyak vitamin B6 dapat menjadi racun bagi saraf.
Banyak suplemen B6 yang mengandung 100 miligram atau lebih, padahal kebutuhan normalnya kurang dari 2 miligram sehari.
5. Paparan Racun
Seseorang juga bisa terkena neuritis jika terpapar racun dalam makanan.
Makanan yang biasa kita anggap sehat, seperti seafood, ternyata bisa menyebabkan neuropati.
Hal ini terkait dengan tingkat kadar merkuri yang ada di dalam seafood.
Bagi Moms yang sedang hamil atau menyusui, sebaiknya batasi konsumsi seafood.
Begitu pula pada anak-anak, disarankan untuk membatasi porsi makan seafood agar tak berlebihan.
Baca Juga: Beneuron, Suplemen Vitamin B Kompleks untuk Cegah Gangguan Saraf
Gejala Neuritis
Ada beberapa jenis radang saraf dan setiap jenisnya memiliki gejala yang berbeda.
Simak gejala neuritis pada masing-masing jenisnya berikut ini:
1. Neuritis Optik
Melansir Mayo Clinic, penyakit ini berhubungan dengan peradangan saraf optik.
Penyebab utamanya bisa karena infeksi flu, penyakit gigi, hingga radang amandel.
Tanda dan gejala neuritis optik meliputi:
- Rasa sakit ketika bola mata bergerak
- Kehilangan penglihatan pada satu mata, bisa membaik tetapi bisa juga permanen
- Kehilangan penglihatan samping
- Sulit membedakan warna
- Penglihatan terhadap lampu terasa berkedip
Baca Juga: 4 Cara Menurunkan Tekanan Bola Mata, Latihan Mata hingga Bedah
2. Neuritis Wajah
Pada neuritis wajah, saraf pada otot-otot wajah mengalami kelemahan dan penurunan gerakan.
Gejalanya ditandai dengan:
- Nyeri di belakang telinga
- Wajah tampak tidak simetris
- Sulit tersenyum
- Sulit menaikkan alis
- Kesulitan menutup kelopak mata
- Sulit menggerakkan bibir
3. Brachial Neuritis
Mengutip Hopkins Medicine, brachial neuritis adalah bentuk neuropati perifer yang memengaruhi dada, bahu, lengan, dan tangan.
Penyakit ini ditandai dengan nyeri atau hilangnya fungsi pada saraf yang membawa sinyal ke dan dari otak, serta sumsum tulang belakang ke bagian lain dari tubuh.
Gejalanya meliputi:
- Hilangnya sensasi di bahu dan lengan bawah
- Melemahnya otot bahu
- Kesulitan menekuk siku
- Gangguan keterampilan motorik halus
- Hilangnya kepekaan pada jari
Baca Juga: 5+ Cara Mengatasi Mata Buram karena HP, Cegah Mata Kering!
Pengobatan Neuritis
Untuk memastikan gejala neuritis, dokter biasanya akan melakukan diagnosis dengan sejumlah tes kesehatan, seperti:
- Tes darah (klinis dan biokimia)
- Analisis urine umum
- Radiografi
- MRI
- Electroneuromyography (ENMG)
- CT (Computed Tomography)
Agar bisa sembuh, pasien umumnya disarankan melakukan fisioterapi.
Prosedur yang dilakukan antara lain ultraphonophoresis, UHF, hingga elektroforesis menggunakan senyawa khusus.
Selain itu, pasien juga perlu menjalani rehabilitasi untuk membantu mengembalikan fungsi anggota tubuh.
Di samping terapi obat, pasien juga dapat menjalani terapi pijat dan olahraga.
Baca Juga: Radioterapi, Pengobatan Kanker Menggunakan Sinar Berenergi Tinggi
Apakah Neuritis Berbahaya?
Menurut Lone Star Neurology, neuritis akut biasanya dapat dihilangkan dalam waktu 10-15 hari jika pasien mengikuti petunjuk dokter dengan baik .
Prosedur tambahan seperti fisioterapi dan pijat direkomendasikan untuk memulihkan fungsi otot normal.
Jadi, radang saraf dapat disembuhkan jika langsung ditangani.
Misalnya untuk neuritis wajah, pengobatan harus dimulai sedini mungkin, terutama pada jam-jam pertama setelah timbulnya gejala.
Dengan begitu, keberhasilan pengobatan pada saraf wajah akan maksimal, dan pada 75-80% kasus dapat menghilangkan gejala penyakit hingga tuntas.
Baca Juga: Berbeda dengan Totok Wajah, Ini dia Beragam Manfaat dari Totok Aura
Apakah Neuritis Bisa Sembuh Sendiri?
Melansir Livestrong, sistem saraf perifer yang meradang memiliki kemampuan tinggi untuk sembuh.
Meski memang, hal ini akan memakan waktu berbulan-bulan hingga pemulihan benar-benar terjadi.
Namun, pada beberapa kasus, gejalanya tetap bertahan dan tidak bisa hilang sepenuhnya.
Contohnya pada neuropati yang disebabkan oleh kemoterapi, kasus ini termasuk sulit untuk disembuhkan.
Pemulihannya pun mungkin memakan waktu 18 bulan hingga 5 tahun atau lebih lama.
Selama pemulihan neuropati yang diinduksi platinum, pasien mungkin mengalami peningkatan gejala.
Jadi, jika mengalami gejala radang saraf seperti yang disebutkan di atas, sebaiknya langsung periksa ke dokter.
Jangan ditunda-tunda, karena gejalanya tidak akan sepenuhnya pulih.
Baca Juga: Akupresur, Teknik Pijat yang Bermanfaat Bagi Kesehatan Tubuh
Itu dia penjelasan mengenai neuritis yang membuat saraf meradang. Semoga informasinya membantu, ya Moms!
- https://en.wikipedia.org/wiki/Neuritis
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/optic-neuritis/symptoms-causes/syc-20354953
- https://lonestarneurology.net/neurological-disorders/what-is-neuritis/
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/brachial-neuritis
- https://courtneymedicalgroupaz.com/2018/07/13/neuropathy-and-neuritis/
- https://www.livestrong.org/we-can-help/finishing-treatment/neuropathy
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.