Kanker Payudara: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya
Kanker payudara adalah salah satu penyakit ganas yang paling umum menyerang wanita.
Meski begitu, penyakit ini juga bisa menyerang pria, lho, Dads!
Kasus kanker payudara pada pria memang tidak sebanyak wanita. Namun, penyakit ini tetap tidak bisa disepelekan karena sangat mematikan.
Mengutip Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tingkat harapan hidup pasien kanker payudara telah meningkat dan jumlah kematian yang terkait dengan penyakit ini terus menurun.
Hal ini karena semakin banyak orang telah sadar akan gejala kanker payudara.
Lantas, bagaimana dengan Moms dan Dads? Apakah sudah tahu apa saja gejala dari penyakit mematikan ini?
Bagaimanapun juga, kanker payudara mesti dideteksi dan diobati sejak dini.
Dengan demikian, risiko komplikasi dapat diminimalkan sehingga penyakit bisa sembuh total.
Yuk, cari tahu selengkapnya tentang kanker payudara, mulai dari kemungkinan penyebab, gejala, hingga pengobatannya!
Baca Juga: Mengenal Fibroadenoma, Benjolan Payudara yang Tidak Nyeri
Apa Itu Kanker Payudara?
Dalam penelitian pada jurnal Clinical Breast Cancer, kanker payudara adalah kanker yang berkembang di area sel payudara.
Penyakit ini muncul karena adanya pertumbuhan sel-sel yang tidak normal dan tidak terkontrol (sel kanker) di dalam payudara.
Sel-sel kanker ini awalnya sama seperti sel normal.
Di payudara, sel-sel tersebut bisa berasal dari saluran susu (duktus), kelenjar susu (lobulus), atau jaringan ikat di dalamnya.
Namun, sel-sel tersebut memiliki perilaku yang berbeda.
Sel kanker dapat membelah dengan cepat, sehingga sulit dikontrol dan bisa menyebar ke jaringan sekitarnya.
Bahkan, sel kanker juga bisa berkembang sampai ke organ-organ tubuh lainnya.
Seseorang dapat dikatakan terkena kanker apabila terjadi perubahan atau mutasi pada gen yang mengatur pertumbuhan sel.
Hal ini membuat sel berkembang biak dan membelah diri secara tidak terkendali.
Sel kanker yang tidak terkontrol seringkali menyerang jaringan payudara sehat lainnya dan dapat berpindah ke kelenjar getah bening di bawah ketiak.
Padahal, kelenjar getah bening adalah jalur utama yang membantu sel kanker berpindah dari bagian tubuh lainnya.
Baca Juga: Tips Hamil 9 Bulan agar Sehat dan Lancar saat Persalinan
Gejala Kanker Payudara
Meskipun tak kasat mata, namun ada ciri-ciri kanker payudara yang harus dicermati.
Beberapa pasien kanker payudara tak menyadari dirinya sedang menderita kanker hingga akhirnya didiagnosa menderita kanker stadium akhir.
Hal ini bisa terjadi karena banyak orang mengabaikan ciri-ciri kanker payudara.
Nah, agar Moms lebih waspada, berikut ciri-cirinya kanker payudara menurut penelitian dalam jurnal Cancer Epidemiology.
- Retraksi, atau puting susu ke dalam
- Pembesaran satu payudara
- Lesung pipit pada permukaan payudara
- Benjolan semakin besar
- Tekstur "kulit jeruk" pada kulit
- Nyeri vagina
- Penurunan berat badan yang tidak disengaja
- Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak
- Vena terlihat di payudara
dr. Rachmawati, Sp.B.SubBOnk, Dokter Spesialis Bedah Subspesialis Bedah Onkologi, RS Pondok Indah – Pondok Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, mengatakan ada beberapa ciri khusus kanker payudara pada pria.
"Gejala kanker payudara pada laki-laki biasanya tidak nyeri, dirasakan benjolan padat di bawah puting dengan keterlibatan puting sekitar 40-50% kasus." jelas dr. Rachmawati.
Bisa terdapat perubahan pada kulit, puting tertarik ke dalam, ulkus, bisa juga terdapat perlengketan benjolan pada kulit atau jaringan di bawahnya.
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak didapatkan pada kasus yang lanjut.
Payudara kiri lebih sering terkena dibandingkan payudara kanan dan kurang dari 1% pasien terkena kanker pada kedua payudara.
Baca Juga: Mengenal 14 Jenis Kacang-Kacangan, Makanan Sehat saat Hamil
Penyebab Kanker Payudara
Kanker adalah penyakit yang misterius. Bahkan, hingga kini, ilmuwan masih belum memahami secara pasti penyebab kanker payudara.
Sebab, setiap orang memiliki gejala dan kondisi yang berbeda-beda terkait penyakit mematikan tersebut.
Kendati demikian, ada beberapa faktor risiko yang diduga memengaruhi kemungkinan terkena kanker payudara.
Berikut penjelasannya:
1. Faktor Usia
Risiko terkena kanker jenis ini meningkat seiring bertambahnya usia.
Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita di atas usia 50 tahun yang telah mengalami menopause.
Sekitar 8 dari 10 kasus kanker payudara terjadi pada wanita di atas 50 tahun.
Oleh karena itu, jika Moms atau anggota keluarga lainnya berusia 50 tahun hingga 70 tahun diharapkan melakukan screening kanker payudara setiap 3 tahun sekali.
Hal ini bagian untuk menjaga diri dari bahaya kanker ini.
Selain itu, untuk mendapatkan penanganan yang lebih cepat dari dokter jika ternyata timbul gejala-gejala atau ciri-ciri kanker jenis ini dalam tubuh.
2. Faktor Keturunan
Jika Moms memiliki kerabat dekat yang pernah menderita kanker payudara atau kanker ovarium, maka ada kemungkinan Moms memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kanker jenis ini.
Namun, karena jenis kanker ini yang paling umum terjadi pada wanita, kemungkinan kanker terjadi pada lebih dari satu anggota keluarga secara kebetulan.
"Sekitar 15-20% laki-laki dengan kanker payudara memiliki riwayat keluarga dibandingkan 7% populasi umum pada laki-laki." ucap dr. Rachmawati.
Menurut penelitian dalam jurnal Annals of Oncology, sebagian besar kasus kanker ini tidak diturunkan dalam keluarga.
Tetapi gen yang dikenal sebagai BRCA1 dan BRCA2 dapat meningkatkan risiko Moms terkena kanker payudara dan ovarium.
Umumnya, gen ini diturunkan dari orang tua ke anaknya. Gen TP53 dan CHEK2, juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara.
Segeralah bertemu dan memeriksakan diri ke dokter apabila Moms memiliki riwayat kanker payudara atau ovarium di keluarga dan dikhawatirkan Moms juga mengalami hal serupa.
Biasanya, dokter akan meminta Moms untuk melakukan tes genetik yakni tes yang akan memberi tahu apakah Moms mewarisi salah satu gen risiko kanker tersebut.
Baca Juga: ASI Bertahan Berapa Jam Setelah Dipompa? Cari Tahu Yuk!
3. Pernah Mengidap Kanker Payudara Sebelumnya
Apabila sebelumnya pernah menderita kanker payudara atau perubahan sel kanker non-invasif dini di saluran payudara, maka Moms memiliki risiko lebih tinggi untuk menyebarkan sel-sel kanker tersebut.
Persebaran itu bisa di area yang sama pada saat Moms mengidap kanker atau di bagian payudara lainnya.
Meskipun jika Moms menemukan benjolan payudara jinak, bukan berarti itu adalah kanker namun benjolan tertentu tetap dapat meningkatkan risiko terkena kanker.
Beberapa perubahan jinak di jaringan payudara, seperti:
- Sel yang tumbuh tidak normal di saluran (hiperplasia duktal atipikal)
- Sel abnormal di dalam lobus payudara (karsinoma lobular in situ), dapat membuat kanker ini lebih mungkin terjadi.
4. Jaringan Payudara Padat
Payudara terdiri dari ribuan kelenjar kecil (lobulus) yang menghasilkan susu.
Jaringan kelenjar ini mengandung konsentrasi sel payudara yang lebih tinggi daripada jaringan payudara lainnya, sehingga lebih padat.
Wanita dengan jaringan payudara padat mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara karena ada lebih banyak sel yang bisa berubah menjadi kanker.
Jaringan payudara yang padat juga dapat membuat pemindaian payudara (mammogram) sulit untuk dibaca, karena gumpalan atau area jaringan abnormal lebih sulit untuk dilihat.
Wanita berusia belasan hingga 30 tahunan cenderung memiliki payudara yang lebih padat.
Seiring bertambahnya usia, jumlah jaringan kelenjar di payudara berkurang dan digantikan oleh lemak, sehingga payudara menjadi tidak padat dan risiko terkena kanker payudara lebih rendah.
Baca Juga: Kanker Lidah, Ketahui Penyebab, serta Cara Mencegah dan Mengatasinya
5. Pil Kontrasepsi
Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengonsumsi pil kontrasepsi memiliki sedikit peningkatan risiko terkena kanker payudara.
Namun, risikonya mulai menurun setelah berhenti minum pil, dan risiko kanker jenis ini kembali normal.
6. Kelebihan Berat Badan atau Obesitas
Apabila Moms telah memasuki masa menopause dengan kondisi tubuh kelebihan berat badan atau obesitas maka risiko terkena kanker payudara lebih besar.
Melansir Current Oncology Reports, hal ini diduga terkait dengan jumlah estrogen dalam tubuh karena kelebihan berat badan atau obesitas setelah menopause menyebabkan lebih banyak estrogen diproduksi.
Baca Juga: 30+ Contoh Benda Padat yang Jarang Disadari, Catat Ya!
7. Alkohol
Minum alkohol meningkatkan risiko terkena kanker apapun, termasuk payudara.
Orang yang minum alkohol dalam jumlah kecil secara teratur memiliki risiko lebih besar terkena kanker payudara daripada orang yang tidak minum alkohol sama sekali.
Semakin banyak alkohol yang diminum semakin besar risiko terkena kanker jenis ini.
8. Radiasi
Prosedur medis tertentu yang menggunakan radiasi, seperti sinar-X dan CT scan, dapat sedikit meningkatkan risiko terkena kanker payudara.
Misalnya, ketika Moms menjalani radioterapi di area dada untuk limfoma Hodgkin, seharusnya sudah menerima surat dari pihak berwenang untuk melakukan konsultasi lebih dulu dengan spesialis untuk membahas peningkatan risiko terkena kanker.
Baca Juga: 6 Fakta Seputar Labia Minora dan Majora, Si Bibir Miss V
Lebih Bahaya Kanker Payudara pada Wanita atau Pria?
dr. Rachmawati menjelaskan, kanker payudara pada laki-laki sering ditemukan terlambat dibandingkan perempuan.
Hal ini karena kesadaran yang kurang pada laki-laki untuk memeriksakan payudaranya secara rutin, berbeda dengan perempuan yang dibiasakan melakukan pemeriksaan SADARI secara rutin.
Karena keterlambatan diagnosis, angka kesembuhan kanker payudara pada laki-laki sering lebih rendah dibandingkan perempuan.
Padahal jika ditemukan pada stadium dini, angka kesembuhannya tentu saja lebih tinggi.
Baca Juga: Pembiasan Cahaya: Pengertian, Sifat, Hukum, dan Contohnya
Cara Mengobati Kanker Payudara
Cara mengobati kanker tergantung pada diagnosa kanker dan stadiumnya.
Penderita kanker tahap awal biasanya harus menjalani pemeriksaan rutin, tapi apabila kanker tersebut telah memiliki gejala yang serius maka perawatan yang dibutuhkan pun berbeda.
Penting untuk mendiskusikan jenis pengobatan untuk kanker payudara dengan dokter maupun perawat ya, Moms.
Nah, berikut ini beberapa cara mengobati kanker jenis ini.
1. Operasi Konservasi Payudara
Operasi untuk melindungi payudara berkisar dari lumpektomi atau eksisi lokal yang luas, di mana tumor dan sedikit jaringan payudara di sekitarnya diangkat.
Hingga mastektomi parsial atau kuadrantektomi, yakni pengangkatan hingga seperempat payudara.
Apabila Moms menjalani operasi konservasi payudara, jumlah jaringan payudara yang diangkat akan bergantung pada:
- Jenis kanker yang diderita
- Ukuran tumor dan lokasi tumor di payudara
- Jumlah jaringan di sekitar tumor yang harus dibuang
- Ukuran payudara
Dokter akan mengangkat jaringan jaringan payudara yang sehat di sekitar tumor, untuk diuji coba apakah tumor tersebut menyebar hingga area lainnya.
Apabila hasilnya tidak ada kanker di jaringan yang sehat, maka kemungkinan untuk sembuh dari kanker semakin besar.
Namun, apabila jaringan kanker ditemukan pada jaringan yang sehat, maka perlu tindakan pembedahan lainnya.
Setelah menjalani operasi konservasi payudara, biasanya Moms akan ditawarkan radioterapi untuk menghancurkan sel kanker yang tersisa.
2. Mastektomi
Dalam penelitian berjudul Avicenna Journal of Medicine, mastektomi adalah pengangkatan semua jaringan payudara, termasuk puting.
Jika tidak ada tanda-tanda yang jelas bahwa kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, besar kemungkinan Moms akan menjalani mastektomi.
Itu adalah prosedur pengangkatan payudara bersama dengan biopsi kelenjar getah bening sentinel.
Namun, jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, maka memerlukan pengangkatan (pembersihan) kelenjar getah bening yang lebih ekstensif dari area di bawah lengan (ketiak).
3. Rekonstruksi
Setelah menjalani mastektomi, langkah berikutnya ialah melakukan rekonstruksi payudara.
Pengobatan ini adalah pembedahan untuk membuat bentuk payudara baru yang terlihat semirip mungkin dengan payudara asli.
Rekonstruksi dapat dilakukan bersamaan dengan mastektomi (rekonstruksi segera), atau dapat dilakukan kemudian (rekonstruksi tertunda).
Rekonstruksi ini dilakukan dengan cara memasukkan implan payudara atau dengan menggunakan jaringan dari bagian lain untuk membuat payudara baru.
Baca Juga: Bacaan dan Arti Doa untuk Mayat Laki-laki dan Perempuan
4. Radioterapi
Radioterapi menggunakan dosis radiasi terkontrol untuk membunuh sel kanker. Biasanya diberikan setelah operasi dan kemoterapi untuk membunuh sel kanker yang tersisa.
Apabila Moms membutuhkan radioterapi dalam perawatan sel kanker, biasanya dapat dilakukan setelah 1 bulan operasi atau kemoterapi.
Hal ini agar memberikan kesempatan pada tubuh untuk pulih sebelum melakukan perawatan berikutnya.
Radioterapi ini biasanya dilakukan sebanyak 3 sampai 5 hari seminggu, selama 3 sampai 5 minggu. Setiap sesi akan berlangsung beberapa menit.
5. Terapi Hormon
Beberapa kanker payudara tumbuh akibat rangsangan dari hormon estrogen atau progesteron, yang ditemukan secara alami di tubuh manusia. Ini dikenal sebagai kanker reseptor-positif hormon.
Terapi hormon menurunkan kadar hormon estrogen atau progesteron dalam tubuh atau menghentikannya.
Jenis terapi hormon yang dipilih akan bergantung pada stadium dan tingkat kanker, hormon mana yang sensitif terhadapnya, usia, menopause, dan jenis pengobatan lain yang dijalani.
Terapi hormon dapat digunakan sebagai satu-satunya pengobatan untuk kanker payudara jika kesehatan menghalangi untuk menjalani operasi, kemoterapi atau radioterapi.
6. Kemoterapi
Kemoterapi melibatkan penggunaan obat anti kanker (sitotoksik) untuk membunuh sel kanker.
Biasanya digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel kanker yang belum diangkat. Ini disebut kemoterapi adjuvan.
Dalam beberapa kasus, pasien penderita kanker payudara menjalani kemoterapi sebelum operasi untuk mengecilkan tumor besar. Ini disebut kemoterapi neo-adjuvan.
Kemoterapi biasanya diberikan sebagai pengobatan rawat jalan, yang berarti pasien tak perlu menginap di rumah sakit.
Obat-obatan selama kemoterapi diberikan melalui infus langsung ke pembuluh darah.
Meski begitu, kemoterapi memiliki beberapa efek samping seperti infeksi, kehilangan selera makan, kelelahan, rambut rontok, mulut sakit dan lainnya.
Baca Juga: Catat 17 Makanan Penyebab Kanker yang Harus Dibatasi
7. Atur Pola Makan
Diet mediterania dengan mengonsumsi kacang-kacangan, makanan tinggi protein, rendah lemak, bisa jadi salah satu opsi untuk memulai gaya hidup sehat Moms.
Selain itu, konsumsi buah-buahan, sayuran, dan kurangi makan makanan junk food merupakan langkah yang baik untuk mengatur pola makan.
8. Jaga Berat Badan Tetap Ideal
Salah satu faktor risiko kanker payudara adalah obesitas alias berat badan di atas normal.
Karenanya, ada baiknya untuk menjaga berat badan tetap ideal guna mengurangi risiko kanker atau memperburuk kondisi penyakit tersebut.
Moms bisa menjaga berat badan tetap ideal dengan cara rutin berolahraga, mengurangi jumlah asupan kalori, cukup tidur, dan mengonsumsi makanan sehat.
Cara Mencegah Risiko Terjadinya Kanker Payudara
Ada beberapa langkah yang dapat Moms ambil untuk membantu mencegah risiko terjadinya kanker payudara:
1. Pemeriksaan Rutin
Lakukan pemeriksaan payudara secara rutin.
Moms bisa mempelajari cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri (BSE) untuk mendeteksi perubahan yang tidak normal pada payudara.
Selain itu, jadwalkan pemeriksaan payudara secara teratur dengan dokter atau spesialis.
2. Skrining
Ikuti panduan skrining yang disarankan oleh dokter Moms. Ini termasuk mamogram rutin, terutama jika Moms berusia di atas 40 tahun atau memiliki faktor risiko tertentu.
3. Gaya Hidup Sehat
Pertahankan gaya hidup sehat dengan makan makanan bergizi, tingkatkan aktivitas fisik, dan hindari makan berlebihan.
Pola makan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan menjaga berat badan yang sehat dapat membantu mengurangi risiko kanker payudara.
4. Batas Konsumsi Alkohol
Jika Moms memutuskan untuk mengonsumsi alkohol, batasi asupan alkohol Moms.
Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Sebaiknya Moms membatasi konsumsi alkohol menjadi satu minuman per hari atau lebih baik lagi, hindari alkohol sama sekali.
5. Hindari Terapi Hormon Pasca Menopause
Diskusikan dengan dokter Moms tentang manfaat dan risiko terapi hormon pasca menopause.
Terapi hormon yang menggabungkan estrogen dan progesteron dapat meningkatkan risiko kanker payudara pada beberapa wanita.
Jika mungkin, hindari atau batasi penggunaan terapi hormon ini.
6. Pola Makan Sehat
Pilih pola makan yang sehat dengan fokus pada makanan berbasis tanaman, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan.
Minimalkan konsumsi daging merah dan makan makanan yang tinggi lemak jenuh.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet Mediterania dengan tambahan minyak zaitun extra virgin dan kacang-kacangan dapat membantu mengurangi risiko kanker payudara.
7. Hindari Paparan Radiasi
Hindari paparan radiasi berlebihan, terutama pada payudara. Jika Moms memerlukan terapi radiasi, bicarakan dengan dokter Moms tentang risiko dan manfaatnya.
Ingatlah bahwa tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker payudara sepenuhnya, tetapi dengan mengikuti langkah-langkah pencegahan ini, Moms dapat mengurangi risiko Moms.
Selalu berkonsultasi dengan dokter atau spesialis kesehatan Moms untuk saran yang lebih spesifik sesuai dengan situasi pribadi Moms.
Baca Juga: Batik Yogyakarta: Filosofi dan Aneka Motif Batik Terpopuler
Kanker payudara adalah penyakit yang bisa disembuhkan, khususnya apabila dideteksi dan diobati sejak dini.
Oleh karena itu, apabila Moms atau Dads merasakan gejala-gejala yang mungkin berkaitan dengan kanker payudara, jangan tunda untuk segera berobat ke dokter, ya!
- https://www.cdc.gov/cancer/breast/index.htm
- https://www.journals.elsevier.com/clinical-breast-cancer
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/breast-cancer/symptoms-causes/syc-20352470
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5482318/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4478970/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6437123/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6057165/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.