Tumor Testis, Penyakit yang Diderita Pesepakbola Sebastian Haller!
Striker baru Borussia Dortmund, Sebastien Haller baru-baru ini dikabarkan mengidap tumor testis. Kabar ini pertama kali diumumkan oleh Dortmund melalui situs resminya.
Sebastian Haller kemudian langsung dipulangkan oleh Dortmund, yang sedang menjalani tur pramusim di Swiss. Striker berusia 28 tahun itu hanya perlu menjalani pengobatan agar dirinya segera pulih.
"Penyerang Pantai Gading berusia 28 tahun itu mengeluh kurang enak badan setelah latihan Senin pagi," tulis Dortmund di situs resminya.
Setelah ia menjalani serangkaian pemeriksaan medis sepanjang hari secara menyeluruh, ternyata ditemukan adanya tumor testis.
"Pemeriksaan lebih lanjut akan dilakukan di fasilitas medis spesialis dalam beberapa hari mendatang," tulis Dortmund.
Lalu, apa sebenarnya tumor testis itu? Yuk, Moms simak selengkapnya di sini.
Baca Juga: Hari Kanker Sedunia 2022, Pentingnya Kemudahan Akses Pengobatan kanker untuk Pasien
Apa Itu Tumor Testis?
Foto ilustrasi testis (Sumber: Orami Photo Stock)
Melansir dari Mayo Clinic, tumor testis tentunya tumor yang ditemukan di testis yang bisa terletak di dalam skrotum, kantong kulit yang longgar di bawah penis.
Seperti yang diketahui, testis sendiri menghasilkan hormon seks laki-laki dan sperma untuk reproduksi. Jika dibandingkan dengan jenis kanker lainnya, kanker testis bisa terbilang cukup langka.
Namun kondisi ini umum ditemukan di Amerika dengan rentang usia 15 sampai 35 tahun. Jenis kanker ini bisa disembuhkan, bahkan jika kanker telah menyebar ke luar testis.
Sebagai tambahan informasi, testis disebut juga sebagai buah zakar yang berukuran sedikit lebih kecil dari bola golf untuk pria dewasa.
Testis sendiri memiliki 2 fungsi utama:
- Membuat hormon pria (androgen) seperti testosteron.
- Membuat sperma, yaitu sel pria yang dibutuhkan untuk membuahi sel telur wanita untuk memulai kehamilan.
Baca Juga: Dads, Ini Gejala dan Penyebab Terjadinya Nyeri Testis
Penyebab Tumor Testis
Sayangnya, penyebab tumor testis sendiri masih dipertanyakan dan tidak diketahui secara pasti. Tetapi, melansir dari National Health Service, ada sejumlah faktor yang meningkatkan risiko pria mengalami tumor ini.
1. Testis Tidak Turun
Foto ilustrasi testis (Sumber: Orami Photo Stock)
Testis yang tidak turun, secara medis dikenal cryptorchidism dan kondisi ini paling berisiko seseorang mengalami tumor testis.
Umumnya testis akan turun ke skrotum selama tahun pertama awal kehidupan saat bayi lahir, namun ada beberapa kondisi di mana bayi laki-laki memiliki testis yang tidak turun.
Dalam kebanyakan kasus, meskipun saat dilahirkan testis tidak turun, saat memasuki usia 1 tahun testis akan turun dengan sendiri.
Tapi jika testis tidak turun, maka operasi yang dikenal dengan orkidopeksi perlu dilakukan untuk memindahkan testis ke posisi yang benar, di dalam skrotum.
Baca Juga: Kenali Fungsi Testis pada Pria dan Tips Menjaga Kesehatannya
2. Riwayat Keluarga
Keluarga yang memiliki tumor testis atau jenis kanker lainnya bisa meningkatkan faktor risiko. Bisa dikatakan, keluarga yang mengalami kanker, memiliki 8 kali lebih mungkin mengalami kondisi yang sama.
Sebab, sejumlah gen dipercaya mungkin terlibat dalam kondisi kanker testis dalam keluarga.
3. Riwayat Tumor Testis Sebelumnya
Pria yang pernah mengalami kanker atau tumor testis sebelumnya lebih mungkin untuk mengalami kondisi yang sama.
Maka jika sebelumnya pernah mengalami kanker testis, penderitanya diharusnya untuk terus memantau kondisi testis untuk mencegah kanker yang kembali.
Biasanya tanda-tanda kekambuhan bisa terlihat antara 5 sampai 10 tahun kemudian. Hal ini tentunya membuat penderitanya harus terus melakukan pemeriksaan rutin.
Baca Juga: Seputar Torsio Testis, Kondisi Darurat yang Bisa Sebabkan Infertilitas
Tanda dan Gejala Tumor Testis
Foto ilustrasi testis (Sumber: Orami Photo Stock)
Tanda atau gejala tumor testis yang paling umum dijumpai adalah adanya benjolan dan pembesaran di satu testis. Namun tidak semua pembesaran testis merupakan tumor, ya Dads!
Berikut gejalanya:
- Benjolan atau pembesaran di salah satu testis
- Perasaan berat di skrotum
- Sakit di perut atau selangkangan
- Adanya kumpulan cairan tiba-tiba di skrotum
- Nyeri dan perasaan tidak nyaman pada testis atau skrotum
- Pembesaran atau sensasi lembut di payudara pria
- Sakit punggung
- Kanker biasanya hanya memengaruhi satu testis.
Melansir dari Urology Care Foundation, jika ditemukan adanya benjolan dan tekstur keras di testis, maka perlu segera periksakan diri ke dokter.
Sebab tidak semua penderita tumor testis akan merasakan sakit.
Baca Juga: Serba-serbi Varikokel (Varises pada Testis), Sudah Tahu Dads?
Cara Mengatasi Tumor Testis
Foto ilustrasi operasi (Sumber: Orami Photo Stock)
Ahli dokter spesialis urologi, onkologi, dan onkologi radiasi biasanya membantu pasien untuk mengatasi tumor testis yang tepat bagi pasien.
Sebab pengobatan tumor ini bisa berbeda setiap pasien tergantung dari tingkat keparahan, usia, hingga stadium dari kanker testis ini.
Biasanya pengobatan tumor testis bisa berupa, pengawasan rutin, operasi, terapi radiasi, hingga kemoterapi. Biasanya sebelum pengobatan dokter akan menanyakan tentang rencana memliki anak.
Sebab infertilitas mungkin akan berpengaruh bagi pria yang berencana memiliki anak namun sedang dalam tahap pengobatan kanker.
1. Pengawasan
Pengawasan ini biasanya dilakukan secara normal seperti check-up untuk kesehatan pada umumnya. Termasuk pemeriksaan fisik, tes penanda tumor, dan tes pencitraan.
Tes pencitraan atau USG skrotum yang dilakukan untuk penderita tumor testis. Rontgen dada atau CT scan juga umum dilakukan.
Tipe pengobatan ini direkomendasikan bagi penderita yang mengalami tumor testis stadium 0 dan 1.
Baca Juga: Prosedur Operasi Caesar, Ketahui Persiapan, Proses, Hingga Perawatan Setelah Operasi
2. Operasi
Pengobatan dengan operasi juga bisa menjadi cara mengatasi kanker testis. Prosedur operasi ini dilakukan dengan mengangkat seluruh testis.
Namun prosedur pengangkatan ini memang akan memengaruhi tingkat kesuburan. Operasi testis atau Orchiectomy dilakukan untuk mengobati kanker testis stadium awal dan stadium lanjut.
Kemudian 10 sampai 15 persen penderita kanker testis akan memiliki kadar testosteron rendah dan bisa mendapatkan pengobatan.
3. Radiasi
Pengobatan radiasi digunakan untuk membunuh sel kanker pada testis dan di sekitaranya. Pengobatan radiasi ini umumnya digunakan untuk kanker sel seminoma.
Terapi radiasi juga dilakukan jika tumor testis sudah menyebar ke organ lainnya seperti otak atau organ lainnya.
Baca Juga: 12 Efek Samping Kemoterapi dan Cara Mengatasinya
4. Kemoterapi
Kemoterapi tentunya bukan lagi pengobatan yang asing, ya Dads! Kemoterapi dilakukan jika kanker sudah menyebar di luar testis.
Kemoterapi merupakan prosedur dengan memberikan cairan obat-obatan yang dimasukkan melalui infus atau secara intravena atau dengan cara lainnya tergantung dari kondisi.
Namun obat-obatan kemoterapi memang dikenal memiliki efek samping yang cukup berat guna membunuh sel-sel kanker yang mungkin sedang dalam perjalanan menuju organ lainnya.
Nah itu dia Moms informasi seputar tumor testis yang dialami Sebastien Haller, semoga lekas sembuh, ya!
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/testicular-cancer-care/diagnosis-treatment/drc-20352991
- https://www.cancer.org/cancer/testicular-cancer/about/what-is-testicular-cancer.html
- https://www.nhs.uk/conditions/testicular-cancer/
- https://www.urologyhealth.org/urology-a-z/t/testicular-cancer
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.