Serba-serbi Vagina Berkeringat, Penyebab Hingga Pencegahan
Keringat adalah cara alami tubuh untuk membuat badan menjadi dingin. Terdapat beberapa area tubuh yang mungkin berkeringat, seperti vagina berkeringat.
Keringat terjadi di seluruh bagian di tubuh, tak terkecuali di tempat vital wanita, yakni Miss V atau vagina.
Hal yang membuat vagina berkeringat adalah setelah berolahraga, cuaca terlalu panas, salah memilih jenis pakaian dalam, hingga terlalu lama duduk di kursi sehingga menyebabkan keringat.
Selangkangan memiliki kemiripan dengan ketiak, karena memiliki kelenjar keringat.
Walaupun ini menjadi kondisi yang wajar, vagina berkeringat dan lembab dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan berpotensi menyebabkan infeksi jamur.
Lalu, bahayakah vagina berkeringat? Berikut ulasannya.
Baca Juga: Cari Tahu Kisaran Harga Vaksin HPV Berikut Ini, Moms!
Apakah Vagina Berkeringat Bahaya?
Vagina berkeringat adalah hal yang normal karena area tubuh ini juga memiliki kelenjar keringat.
Kelenjar apokrin atau kelenjar penghasil keringat, mengandung lemak yang bertanggung jawab atas produksi keringat di pangkal paha dan di bawah ketiak.
Seperti yang disebutkan oleh Adigun, MD, seorang ahli dermatologi bersertifikat yang berbasis di North Carolina dalam Womens Health Magz, menyebutkan bahwa kelenjar keringat di vagina berasal dari area eksternal di sekitar organ intim.
Area bagian vagina luar ini juga disebut labia majora atau bibir besar Miss B, mons pubis (punuk di atas vagina), dan pangkal paha atau selangkangan.
Meski menjadi hal yang wajar, vagina berkeringat tak boleh dibiarkan, ya Moms!
"Berkeringat vagina yang berlebihan bisa menjadi kondisi yang tidak nyaman," ujar Katherine Cornforth, M.D., seorang spesialis obstetri dan ginekologi (obgyn) di Amerika Serikat.
Bahkan, vagina berkeringat yang berlebihan bisa menyebabkan infeksi jamur di sekitar vagina karena bakteri berkembang cepat.
"Keringat di daerah intim biasanya tidak mendapatkan keleluasaan untuk 'bernapas', dan hal tersebut dapat menciptakan tempat berkembang biak bagi bakteri dan bau busuk," kata Dr. Katherine, sebagaimana dikutip dari bustle.com.
"Ketika (keringat di daerah alat vital) itu mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, kita harus mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya," tambah Dr. Katherine.
Baca Juga: 18 Penyebab Vagina Gatal dan Cara Mengatasinya
Penyebab Vagina Berkeringat
Vagina berkeringat hadir bukan tanpa sebab, lho.
Terdapat beberapa penyebab hadirnya vagina berkeringat, seperti:
1. Olahraga
Penyebab vagina berkeringat yang pertama adalah olahraga. Berkeringat biasanya merupakan tanda olahraga yang baik.
Ini karena ketika olahraga berat suhu internal tubuh meningkat dan mengaktifkan kelenjar keringat untuk mengeluarkan keringat.
Olahraga yang secara khusus berfokus pada kaki, seperti lari, dapat menyebabkan lebih banyak keringat di bagian bawah tubuh, termasuk vagina.
Guna menghindari hadirnya keringat berlebihan gunakan busana bahan katun atau bahan yang tidak ketat lainnya.
Moms juga dapat mencoba mengenakan pakaian dalam yang dirancang khusus oleh produsen untuk berolahraga.
Pakaian dalam atletik dipercaya dapat membantu menghilangkan kelembapan dan menjaga selangkangan tetap kering selama berolahraga.
Setelah berolahraga, jangan lupa untuk mandi sesegera mungkin dan kenakan pakaian bersih.
2. Rambut Kemaluan
Penyebab vagina berkeringat adalah karena adanya rambut kemaluan.
Kelenjar keringat apokrin di daerah selangkangan mengeluarkan cairan ke dalam folikel rambut.
Hal ini menyebabkan rambut kemaluan bisa menjebak bakteri dan kelembapan.
Selain itu, rambut kemaluan dapat memerangkap panas di kulit dan menyebabkan kelenjar apokrin mengeluarkan keringat berlebih.
Bahayanya, kondisi ini dapat menyebabkan bakteri menumpuk di rambut kemaluan dan infeksi jika tidak membersihkan area tersebut dengan benar.
Maka dari itu, untuk menghindari keringat berlebih di kemaluan, pertimbangkan untuk memangkas atau menghilangkan bulu kemaluan sepenuhnya.
3. Kelebihan Berat Badan
Penyebab vagina berkeringat adalah karena kelebihan berat badan. Ini disebabkan lemak menjadi isolator alami tubuh.
Wanita cenderung membawa sebagian besar lemak di sekitar perut, pinggul, dan paha mereka.
Kelebihan lemak di area ini dapat menyebabkan produksi keringat berlebih.
Orang yang membawa kelebihan berat badan di sekitar pinggul mereka mungkin lebih banyak berkeringat di daerah kemaluan mereka.
Baca Juga: Meningitis pada Anak: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan
Cara Mengatasi Vagina Berkeringat
Jika Moms mengalami vagian berkeringat, tak usah khawatir!
Sebab, kondisi ini bisa Moms atasi tanpa pengobatan medis.
Moms hanya perlu mengubah gaya hidup sehari-hari seperti mengganti bahan pakaian dalam.
Selain itu, terdapat berbagai cara mengatasi vagina berkeringat lainnya, di antaranya:
1. Gunakan Pakaian Dalam yang Menyerap Keringat
Cara mengatasi vagina berkeringat yang pertama adalah dengan mengganti pakaian dalam ke bahan yang menyerap keringat.
Kini, telah banyak pakaian dalam yang dilengkapi oleh teknologi penghilang kelembapan yang umumnya digunakan sebagai pakaian dalam pada atlet.
Pakaian dalam dengan teknologi ini bekerja dengan menarik kelembapan dari kulit dan menjaga agar tetap kering di bagian dalam.
Selain itu, pakaian dalam menyerap keringat juga mengandung molekul penyerap bau yang berasal dari vagina lembab.
2. Ganti ke Pakaian Dalam Katun
Mengganti pakaian dalam katun menjadi cara mengatasi vagina berkeringat yang bisa Moms lakukan.
Ini karena bahan sintetis, seperti poliester, tidak menyediakan ruang bernapas untuk area tertutup seperti halnya kain alami lainnya.
Bahayanya, ketika pakaian dalam tidak memiliki ruang bernapas bisa menahan keringat dan bisa menjebaknya di kulit.
Kain alami, seperti katun dan linen, memungkinkan keringat menguap.
Namun, kelemahan dari kain alami dapat mempertahankan kelembapan lebih lama dari kain sintetis yang menyerap keringat.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Obat Batuk Gatal Tenggorokan, Ampuh!
3. Ganti Pakaian Setelah Setiap Berkeringat
Mengatasi vagina berkeringat yang bisa Moms lakukan adalah dengan rutin mengganti pakaian dalam setelah setiap berkeringat.
Karena ketika keringat yang tertahan di area vagina dapat mengundang hadirnya sejenis jamur.
Menggunakan pakaian dalam yang basah memberi kesempatan jamur untuk tumbuh di luar kendali, yang menyebabkan:
- Gatal pada vagina
- Sensasi terbakar
- Tanda-tanda infeksi jamur lainnya
Moms dapat mengurangi risiko infeksi jamur dengan mengganti pakaian yang berkeringat sesegera mungkin.
Jika Moms rutin pergi ke gym, bawalah pakaian ganti setelah berolahraga.
4. Pertimbangkan Hair Removal
Cara mengatasi vagina berkeringat selanjutnya adalah dengan mempertimbangkan menghilangkan rambut atau bulu-bulu sekitar vagina.
Meski memiliki manfaat yang baik, melakukan hair removal dapat mengurangi gesekan pakaian ketat dan berfungsi untuk menghilangkan keringat dari kulit.
Selain itu, bakteri juga dapat menempel pada rambut kemaluan, lho Moms.
Lalu, ketika bakteri bercampur dengan keringat dan minyak di rambut kemaluan, itu bisa menghasilkan bau.
Jika Moms banyak berkeringat di area vagina, Moms dapat mencoba melakukan trim atau wax pada bagian rambut kemaluan.
5. Hindari Penggunaan Panty Liner
Cara mengatasi vagina berkeringat selanjutnya adalah dengan menghindari penggunaan panty liner.
Jika Moms tidak memiliki pakaian ganti, panty liner dan pembalut dapat memberikan solusi cepat untuk pakaian dalam yang basah.
Namun, faktanya menggunakan panty liner terlalu sering dapat membuat Moms lebih banyak berkeringat.
Sebagian besar panty liner membuat area vagina tidak dapat bernapas dan memerangkap panas di area selangkangan.
Sebagai gantinya, coba menggunakan yang tidak diberi wewangian dan menggantinya setiap beberapa jam untuk mengurangi keringat dan bau.
Lalu, pilih panty liner dengan bahan 100% katun untuk membantu memanfaatkan sifat anti lembab dari kapas.
Baca Juga: 14+ Cara Menghilangkan Bau Vagina, Mudah dan Ampuh!
Ciri-ciri Vagina Berkeringat Berlebih
Keringat pada vagina yang berlebihan dapat menyebabkan infeksi jamur atau bakteri.
Dikutip dari Medical News Today, seseorang harus mengunjungi dokter jika mengalami gejala-gejala berikut:
- Gatal-gatal pada vagina atau vulva yang berlangsung selama beberapa hari.
- Keputihan yang tebal, yang bisa menjadi tanda infeksi ragi.
- Keputihan yang berbau busuk, yang menunjukkan terdapatnya bakteri vaginosis.
- Ada sensasi rasa terbakar di vagina.
- Buang air kecil menjadi lebih sering dan menyakitkan.
- Rasa sakit saat berhubungan intim.
Ketika vagina memiliki kondisi keringat berlebihan Moms perlu waspada, ini karena bisa menjadi tanda masalah kesehatan serius, hiperhidrosis.
Jika masalah kesehatan hiperhidrosis dibiarkan tanpa pengobatan ini dapat menyebabkan masalah kulit, kutil, serta infeksi jamur dan bakteri.
Baca Juga: 7 Keadaan Vagina saat Hamil yang Tidak Terduga
Cara Mencegah Vagina Berkeringat
Vagina berkeringat adalah hal yang normal terjadi.
Walaupun begitu, Moms juga bisa mencoba pencegahan ini agar keringat tidak semakin memburuk.
Berikut ini beberapa cara pencegahan vagina berkeringat yang bisa Moms lakukan:
- Pastikan vagina dan vulva kering dan bersih setelah buang air.
- Gunakan tisu atau lap bersih untuk mengeringkan vagina.
- Keringkan vagina dari depan ke belakang dan bukan sebaliknya agar tak ada bakteri yang tertinggal.
- Hindari penggunaan pantyliners.
- Pilih pakaian dalam jenis cotton. Bahan lain seperti poliester dapat membuat Miss V tak "bernapas" dan ini akan menahan keringat yang seharusnya keluar.
- Ganti pakaian setiap kita selesai melakukan aktivitas yang memicu keringat. Ragi adalah jenis jamur oportunistik yang tumbuh subur di lingkungan yang hangat dan lembap.
- Hindari pakaian ketat dan beri vulva ruang untuk bernapas.
Baca Juga: 11+ Manfaat Bunga Telang, Bisa Lancarkan Menstruasi!
Nah, itulah beberapa informasi mengenai vagina berkeringat yang bisa Moms ketahui.
Semoga membantu, ya Moms!
- https://lovewellness.com/blogs/love-wellness/yes-your-vagina-sweats
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/323719#pads-and-panty-liners
- https://www.healthline.com/health/womens-health/sweaty-vagina#remove-hair
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.