Mengenal Obat Antipsikotik untuk Atasi Gejala Psikosis Seperti Delusi, Halusinasi, dan Kecemasan
Antipsikotik adalah salah satu jenis obat yang biasa diresepkan dokter untuk mengatasi psikosis.
Obat ini juga sering digunakan untuk meredakan gejala skizofrenia, gangguan skizoafektif, bipolar, depresi berat, dan gejala psikotik dari gangguan kepribadian.
Beberapa obat juga dilisensikan untuk mengobati masalah kesehatan lain.
Misalnya masalah fisik seperti cegukan terus-menerus, masalah keseimbangan, serta agitasi dan pengalaman psikotik dalam demensia.
Antipsikotik digunakan secara oral dan tersedia dalam dua bentuk, yaitu tablet dan cair.
Namun, pada beberapa kondisi juga bisa diberikan dalam bentuk suntikan. Ini adalah bentuk obat slow-release yang diberikan sebagai suntikan setiap beberapa minggu.
Baca juga: Mengenal Siklotimia, Gangguan Mental Mirip Bipolar dengan Gejala Lebih Ringan
Jika antipsikotik diberikan di rumah sakit, dokter mungkin menggunakan jenis yang dapat dihirup, yang disebut loxapine adusave.
Namun, pemberian obat jenis ini harus benar-benar dalam pengawasan dokter.
Fungsi Obat Antipsikotik
Foto: ilustrasi halusinasi (Orami Photo Stock)
Obat antipsikotik tidak bisa benar-benar menyembuhkan psikosis. Cara kerjanya adalah dengan cara mengurangi dan mengendalikan banyak gejala psikosis, seperti:
- Delusi dan halusinasi, seperti paranoia dan mendengar suara-suara aneh.
- Kecemasan dan agitasi serius, misalnya karena merasa terancam.
- Ucapan yang tidak jelas dan pemikiran yang kacau.
- Kebingungan.
- Perilaku kekerasan atau mengganggu.
Pada beberapa kondisi, antipsikotik mungkin tidak menghilangkan gejala tersebut sepenuhnya.
Obat ini mungkin hanya membuat penderita masalah kesehatan mental merasa lebih nyaman dan stabil, sehingga dapat menjalani hidup seperti yang diinginkan.
Mengonsumsinya juga dapat mengurangi risiko gejala kambuh lagi di masa depan.
Hal ini juga diungkapkan dalam studi pada 2018 di jurnal Therapeutic Advance in Psychopharmocology yang membahas kemanjuran antipsikotik dalam pengobatan skizofrenia.
Diketahui bahwa pengobatan dengan antipsikotik telah dimulai sejak 1950-an.
Melanjutkan pengobatan setelah pengobatan akut yang efektif secara signifikan mengurangi risiko kekambuhan di masa depan.
Beberapa jenis obat antipsikotik bisa jadi bekerja lebih baik daripada jenis yang lain. Bahkan, bisa jadi ada obat yang tidak terasa membantu meredakan gejala.
Hal ini karena reaksi tubuh setiap orang terhadap pengobatan bisa jadi berbeda-beda.
Cara Kerja Antipsikotik
Ada beberapa kemungkinan penjelasan mengapa obat antipsikotik dapat membantu mengurangi gejala psikosis, yaitu:
1. Memblokir Aksi Dopamin
Foto: ilustrasi otak (Orami Photo Stock)
Para ahli meyakini bahwa beberapa pengalaman psikotik disebabkan oleh otak yang memproduksi terlalu banyak zat kimia yang disebut dopamin.
Dopamin adalah neurotransmitter, yang fungsinya menyampaikan pesan di sekitar otak.
Sebagian besar obat antipsikotik diketahui dapat memblokir beberapa reseptor dopamin di otak.
Hal ini membuat aliran pesan-pesan tersebut berkurang, sehingga secara tidak langsung membantu mengurangi gejala psikosis.
Baca juga: Kenali Manfaat Terapi Kognitif untuk Mengatasi Berbagai Masalah Psikologis
2. Memengaruhi Bahan Kimia Otak Lainnya
Foto: ilustrasi pemeriksaan otak (Orami Photo Stock)
Selain dopamin, kebanyakan obat antipsikotik diketahui dapat memengaruhi bahan kimia otak lainnya.
Ini mungkin termasuk neurotransmitter serotonin, noradrenalin, dan glutamat.
Bahan kimia tersebut diyakini terlibat dalam mengatur suasana hati seseorang.
Baca Juga: Kenali Penyebab Mood Swing dan Cara Mengatasinya
3. Menyebabkan Parkinsonisme
Foto: tangan (Orami Photo Stock)
Antipsikotik tertentu bekerja dengan cara menyebabkan Parkinsonisme, yang merupakan gangguan gerakan.
Ini berarti bahwa obat ini dapat menyebabkan beberapa gejala fisik Parkinsonisme sebagai efek samping.
Namun, juga dapat menyebabkan gejala psikologis Parkinsonisme. Misalnya, tidak merasakan emosi dan kehilangan minat dalam aktivitas.
Efek ini lebih umum terjadi pada obat antipsikotik generasi pertama, atau antipsikotik tipikal.
Jadi, antipsikotik dapat membantu meredakan gejala psikotik dengan menyebabkan perubahan pada bahan kimia di otak.
Namun, perlu diketahui bahwa penyebab psikosis bisa sangat kompleks, dan mungkin dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan lingkungan juga.
Inilah sebabnya, dokter atau psikiater biasanya tidak mengandalkan obat saja.
Mereka juga akan merekomendasikan terapi wicara dan pilihan lainnya sebagai pengobatan untuk psikosis.
Terapi wicara bisa membantu mengidentifikasi penyebab psikosis, sedangkan obat antipsikotik cenderung membantu mengatasi gejalanya saja.
Baca Juga: Merasa Hancur Berkepanjangan? Berikut Ini 6 Cara Mengatasi Depresi Tanpa Obat
Jenis-Jenis Obat Antipsikotik
Foto: obat-obatan (Orami Photo Stock)
Obat antipsikotik terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
- Antipsikotik generasi pertama, atau disebut juga antipsikotik tipikal.
- Antipsikotik generasi kedua, atau disebut juga antipsikotik atipikal.
Kedua jenis obat tersebut berpotensi bekerja untuk orang yang berbeda.
Efek samping yang ditimbulkan juga bisa berbeda.
Studi pada 2018 di jurnal World Psychiatry mengungkapkan bahwa efek samping obat antipsikotik berkisar dari ringan seperti mulut kering, hingga yang sangat tidak menyenangkan dan parah.
Misalnya sembelit, akatisia, disfungsi seksual, penambahan berat badan, tardive dyskinesia, hingga miokarditis dan agranulositosis.
Antipsikotik generasi pertama terbagi menjadi berbagai kelompok kimia.
Semua kelompok memiliki cara kerja yang sangat mirip dan dapat menyebabkan efek samping yang juga sangat mirip.
Termasuk efek samping neuromuskular yang parah. Namun, tidak semua jenis antipsikotik generasi pertama sama.
Misalnya, beberapa jenisnya dapat menyebabkan gangguan gerakan yang lebih parah daripada yang lain, atau lebih cenderung menyebabkan kantuk.
Sementara itu, antipsikotik generasi kedua umumnya menyebabkan efek samping neuromuskular yang lebih ringan daripada antipsikotik generasi pertama.
Efek samping terkait seksual juga bisa terjadi.
Baca juga: Mengenal Fungsi dari Hipotalamus, Pusat Kontrol Tubuh di Otak
Namun, antipsikotik generasi kedua lebih mungkin menyebabkan efek samping metabolik yang serius.
Ini mungkin termasuk penambahan berat badan yang cepat dan perubahan kadar gula darah.
Meski begitu, efek samping yang mungkin dialami dari obat-obatan di kedua kelompok akan bervariasi.
Hal ini tergantung pada dosis dan bagaimana tubuh menanggapi obat yang diresepkan.
Itulah pembahasan mengenai obat antipsikotik yang bisa mengatasi gejala psikosis dan masalah kesehatan mental lainnya.
Dapat diketahui bahwa obat ini hanya bermanfaat untuk meredakan gejala, dan diperlukan terapi atau pengobatan lainnya sebagai penunjang.
Karena dapat menyebabkan efek samping serius, penggunaan obat ini harus dalam pengawasan dokter atau psikiater.
Pastikan untuk mengonsumsinya sesuai dosis dan aturan yang ditentukan.
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6180374/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6127750/
- https://www.mind.org.uk/information-support/drugs-and-treatments/antipsychotics/about-antipsychotics/
- https://www.rethink.org/advice-and-information/living-with-mental-illness/medications/antipsychotics/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.