01 Oktober 2024

Berapa Lama Bayi Bertahan Setelah Ketuban Pecah? Simak Moms!

Ketuban pecah dini berisiko picu infeksi pada janin dan ibu hamil

Sebagian ibu hamil mengalami ketuban pecah dini sebelum waktunya. Lantas, berapa lama bayi bertahan setelah ketuban pecah?

Ketuban yang pecah bisa saja terjadi sewaktu-waktu tanpa ada gejala sebelumnya.

Hal ini yang sering membuat banyak ibu hamil khawatir terhadap kondisi janin di dalam kandungan.

Nah, untuk menjawab keraguan ini, langsung tanyakan langsung pada ahlinya, yuk!

Adapun tema "Expert Room" kali ini tentang lama bayi bertahan saat ketubah pecah. Ini akan dijawab dan dijelaskan langsung oleh seorang dokter yang ahli di bidangnya.

Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi RSIA Bina Medika, dr. Rangga Mainanda, Sp.OG, akan menjelaskan terkait ketuban pecah dini dan kondisi bayi dalam kandungan.

Yuk, simak bersama berapa lama bayi bertahan setelah ketuban pecah, Moms!

Baca Juga: 4 Ciri-Ciri Sperma yang Baik dan Sehat, Pria Wajib Tahu!

Apa Itu Ketuban?

Air ketuban, juga dikenal sebagai cairan amnion, adalah cairan yang mengelilingi janin selama masa kehamilan.

Cairan ini terletak di dalam kantung ketuban, yang terbentuk sekitar 12 hari setelah pembuahan.

Pada awalnya, air ketuban diproduksi oleh tubuh ibu dan sebagian besar terdiri dari air.

Namun, setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, komposisi air ketuban didominasi oleh urine janin, yang dihasilkan ketika janin menelan dan mengeluarkan cairan tersebut

Gejala Ketuban Pecah Dini

Gejala Ketuban Pecah Dini
Foto: Gejala Ketuban Pecah Dini (Womenshealth.gov)

Sebelum mengetahui berapa lama bayi bertahan setelah ketuban pecah, ini juga perlu dikenali.

Mengutip Mayo Clinic, tanda-tanda ketuban pecah pada ibu hamil mungkin akan mengalami sensasi basah di vagina.

Ini karena adanya cairan encer yang terus-terusan keluar. Umumnya, cairan ketuban ini berwarna bening atau kuning pucat.

Tak hanya itu, ketahui juga gejala ketuban pecah yang bisa dialami wanita, ini berupa:

  • Ada sensasi letupan diikuti oleh semburan atau tetesan cairan
  • Celana dalam basah dalam keadaan tidak normal
  • Warna cairan kekuningan dan tidak berbau
  • Rasa nyeri atau tidak nyaman pada perut

Memang, tak mudah untuk mengenali ketuban yang pecah atau rembes.

Apabila Moms tak yakin, segera datangi fasilitas kesehatan terdekat untuk dokter lakukan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan cairan ketuban saat kehamilan ini akan dibantu oleh dokter dan juga perawat.

Jangan sampai terlambat ditangani karena bisa mengganggu kesehatan janin dalam kandungan, Moms.

Baca Juga: Makanan yang Membuat Jahitan Caesar Gatal, Ini Kata Dokter

Berapa Lama Bayi Bertahan Setelah Ketuban Pecah?

Berapa Lama Bayi Bertahan Setelah Ketuban Pecah?
Foto: Berapa Lama Bayi Bertahan Setelah Ketuban Pecah? (Parenting.com)

"Lama bayi bertahan setelah ketuban pecah akan tergantung pada usia kehamilan dan kondisi janin," jelas dr. Rangga Mainanda, Sp.OG, Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi RSIA Bina Medika.

Biasanya, setelah ketuban pecah saat bayi cukup bulan, ini boleh dilahirkan baik normal ataupun caesar.

Apabila tak ada tanda-tanda melahirkan, dokter mungkin akan merangsang kontraksi rahim.

Induksi persalinan ini bisa melalui obat pelunak rahim ataupun berbagai upaya lain yang lebih aman.

Menurut dokter Rangga, semakin lama waktu persalinan setelah ketuban pecah, akan lebih besar risikonya untuk bayi terkena infeksi.

Infeksi ini bisa merambat ke janin ataupun ibu hamil setelah ketuban yang pecah.

"Oleh karena itu, perlu pemantauan di klinik ataupun rumah sakit agar ibu hamil dan janin tetap terlindungi," terangnya.

Baca Juga: 15+ Jus untuk Ibu Hamil yang Baik untuk Ibu dan Janin di Setiap Trimester Kehamilan

Bahaya Ketuban Pecah Dini

Bahaya Ketuban Pecah Dini
Foto: Bahaya Ketuban Pecah Dini (Babyabout.net)

Lama bayi bertahan setelah ketuban pecah memang bisa bervariasi.

Journal of Perinatal Medicine menjelaskan bahwa apabila kehamilan berusia 37 minggu, bayi bisa bertahan sekitar 48 jam setelah ketuban pecah.

Terkadang untuk beberapa kasus, bayi bertahan setelah ketuban pecah pun bisa lebih lama.

Ini terutama untuk kondisi ibu hamil dan janin yang stabil dan dikatakan sehat oleh dokter.

Terlepas itu, ada beberapa risiko dan dampak yang bisa dialami ibu hamil setelah ketuban pecah. Risiko-risiko tersebut meliputi:

1. Oksigen Bayi Menipis

Fungi cairan ketuban tak hanya sebagai pelindung bayi dari gesekan, namun juga sumber udara.

Dalam kandungan, bayi menerima oksigen dari sejumlah cairan ketuban.

Bayi bertahan terlalu lama setelah ketuban pecah dapat berisiko kurangnya kadar oksigen dalam perut.

Hal ini dapat mempengaruhi pernapasan bayi dan juga ibu hamil itu sendiri.

2. Tali Pusar Tertimpa

USG Ibu Hamil (Orami Photo Stocks)
Foto: USG Ibu Hamil (Orami Photo Stocks)

"Air ketuban yang berisiko habis, akan menyebabkan tali pusar dalam perut tertimpa tubuh bayi sendiri," jelas dr. Rangga.

Tali pusar pada bayi berguna untuk menghantarkan oksigen serta makanan.

Apabila cairan ketuban habis, ini akan mengubah posisi tali pusar dan menimpa bayi.

Dengan demikian, tinggi risikonya untuk bayi mengalami gangguan dalam kandungan.

Baca Juga: Posisi Bayi 7 Bulan dalam Kandungan, Moms Wajib Tahu!

3. Pertumbuhan Bayi Terhambat

Lama bayi bertahan setelah ketuban pecah memang tak bisa diprediksi.

Apalagi jika ketuban rembes terjadi tanpa disadari oleh ibu hamil.

"Jika bayi terlalu lama tanpa cairan ketuban, sangat berisiko pertumbuhannya akan terhambat," tambah dr. Rangga.

Ini terutama tangan dan kakinya yang tidak dapat tumbuh dengan sempurna.

4. Infeksi dan Komplikasi

Sakit Perut pada Ibu Hamil (Orami Photo Stocks)
Foto: Sakit Perut pada Ibu Hamil (Orami Photo Stocks)

Menurut penjelasan dokter Rangga, infeksi adalah dampak lain dari ketuban pecah pada ibu hamil.

Infeksi bakteri ini bisa naik ke saluran vagina dan mencapai rahim.

Artinya, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bayi lahir, akan semakin besar kemungkinan alami infeksi.

Kemungkinan tanda-tanda infeksi meliputi:

  • Demam
  • Detak jantung cepat pada bayi atau ibu hamil
  • Keringat berlebihan
  • Nyeri di sekitar rahim
  • Rasa sakit yang konstan
  • Keputihan berbau busuk

Infeksi yang parah bisa memicu komplikasi atau bahkan kematian janin.

5. Operasi Caesar

Tindakan persalinan tergantung dari kondisi ibu hamil dan janin.

Bayi yang bertahan setelah ketuban pecah, biasanya akan 'dipancing' untuk kontraksi.

Jika tak ada infeksi atau air ketuban masih tersisa, persalinan normal masih dapat dilakukan.

Ini pun dibantu dengan metode induksi yang aman dengan kondisi kehamilan.

"Sebaliknya, jika tak memungkinkan, operasi caesar menjadi pilihan terbaik," tambah dr. Rangga.

Baca Juga: Cara Mengurangi Mata Minus dan Prosedur Operasinya

Nah itu dia Moms, penjelasan mengenai lama bayi bertahan setelah ketuban pecah dan risiko yang perlu diwaspadai.

Jika Moms memiliki pertanyaan lain, dapat langsung dikonsultasikan dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi, ya!

  • https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/labor-and-delivery/in-depth/water-breaking/art-20044142
  • https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/jpm-2013-0017/html

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.