Biduran pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi
Biduran pada anak cukup sering terjadi.
Biduran, atau yang dalam istilah medis dikenal sebagai urtikaria, merupakan kondisi kulit yang ditandai dengan munculnya ruam kemerahan dan bentol-bentol yang terasa gatal.
Biduran dapat muncul secara tiba-tiba dan menyebar ke berbagai bagian tubuh.
Kondisi ini sering kali disebabkan oleh reaksi alergi terhadap makanan, obat-obatan, atau faktor lingkungan seperti suhu dingin atau panas.
Meskipun biduran umumnya tidak berbahaya dan dapat hilang dengan sendirinya, rasa gatal yang intens bisa membuat anak menjadi rewel dan tidak nyaman.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui gejala, penyebab dan cara mengatasi biduran agar anak bisa merasa lebih baik dengan cepat.
Baca Juga: 17 Rekomendasi Obat Biduran Alami dan Apotek, Kulit Bebas Gatal
Ciri-Ciri Biduran pada Anak
Seperti halnya pada orang dewasa, biduran pada anak-anak merupakan hal yang sangat umum terjadi.
Biduran pada anak ditandai dengan benjolan merah muda atau berupa bercak merah pada kulit yang sedikit menonjol.
Terkadang, biduran memiliki bagian tengah yang pucat dan rasanya cukup gatal.
Namun, juga bisa terasa terbakar atau menyengat.
Inilah yang harus Moms ketahui sebagai orang tua. Semua hal tentang gatal-gatal karena biduran pada anak-anak.
“Biduran pada anak-anak akan terlihat sama halnya seperti yang terjadi pada orang dewasa.
Anak-anak akan mengalami gatal-gatal karena biduran ini setidaknya sekali dalam hidup mereka,” kata Ashanti Woods, MD, dokter anak di Mercy Medical Center di Baltimore, mengutip Everyday Health.
Bercak merah muncul satu persatu di kulit, terhubung di satu area kulit atau berkelompok.
Melansir laman Kids Health, gatal dan bercak merah karena biduran bisa terjadi pada bagian tubuh manapun dan bisa berukuran kecil atau sebesar piring makan.
Bercak merah yang gatal ini dapat berpindah lokasi dalam hitungan jam.
Sekelompok benjolan merah mungkin ada di wajah anak-anak Moms, lalu pergi.
Nantinya, benjolan yang serupa mungkin akan muncul di lengan dengan jumlah yang lebih banyak.
Biduran biasa terjadi dan umumnya bersifat tidak berbahaya.
Namun, biduran pada anak terkadang bisa menjadi tanda reaksi alergi yang serius sehingga penting bagi Moms tetap memantau Si Kecil.
Baca Juga: 9 Penyakit Kulit pada Anak yang Umum Terjadi, Wajib Tahu!
Penyebab Biduran pada Anak
Penyebab biduran pada anak bisa bermacam-macam dan seringkali sulit untuk diidentifikasi secara pasti.
Namun, berikut adalah beberapa penyebab yang mungkin memicu munculnya biduran pada anak:
1. Reaksi Alergi
Anak-anak dapat terpapar alergen melalui berbagai cara, seperti makanan, debu, bulu hewan peliharaan, serbuk sari, atau bahan kimia dalam produk rumah tangga.
Ketika anak mengalami kontak dengan alergen yang menyebabkan alergi pada mereka, sistem kekebalan tubuh bereaksi dengan menghasilkan antibodi.
Antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh saat terpapar alergen ini akan mengikat ke sel-sel darah dan menyebabkan pelepasan histamin.
Histamin adalah zat kimia yang bertanggung jawab atas berbagai gejala alergi, termasuk biduran.
Histamin dapat menyebabkan pembuluh darah di kulit melebar, yang menghasilkan ruam dan benjolan merah yang khas dari biduran.
Selain biduran, reaksi alergi juga dapat menyebabkan gejala lain seperti gatal-gatal, hidung tersumbat, bersin-bersin, mata berair, dan batuk.
Bahkan sesak napas jika reaksi alergi yang terjadi lebih parah (anafilaksis).
2. Iritasi Kulit
Anak-anak sering terpapar oleh berbagai bahan kimia dalam produk sehari-hari.
Misalnya deterjen, sabun mandi, kosmetik, atau produk pembersih rumah tangga.
Bahan-bahan kimia ini bisa menyebabkan reaksi iritasi pada kulit anak, yang mungkin ditandai dengan biduran.
Apalagi jika mereka memiliki kulit yang sensitif, risiko terjadinya biduran mungkin akan semakin tinggi.
3. Infeksi
Infeksi, baik yang disebabkan oleh virus maupun bakteri, dapat memicu respons imun tubuh yang menghasilkan gejala biduran pada kulit Si Kecil.
Saat tubuh terinfeksi oleh bakteri atau virus, sistem kekebalan tubuh anak merespons dengan memproduksi berbagai jenis sel dan zat-zat kimia untuk melawan infeksi tersebut.
Ini termasuk pelepasan antibodi dan zat mediator inflamasi seperti histamin.
Pelebaran pembuluh darah dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah di kulit akibat pelepasan histamin bisa menyebabkan pembengkakan dan peradangan pada kulit.
Hal ini dapat menghasilkan ruam merah yang terasa gatal dan benjolan yang seringkali muncul secara tiba-tiba pada berbagai bagian tubuh.
Termasuk pada bagian dada, punggung, perut, atau wajah, yang merupakan ciri khas dari biduran.
Baca Juga: 8 Cara Menghilangkan Gatal pada Kulit yang Berkepanjangan
4. Gigitan atau Sengatan Serangga
Ketika serangga seperti nyamuk, lebah, atau semut menggigit atau menyengat kulit anak, mereka menyuntikkan racun atau bahan kimia tertentu ke dalam kulit.
Racun ini bertujuan untuk memperlumpuhkan mangsanya atau bertindak sebagai pertahanan diri bagi serangga tersebut.
Selain itu, racun atau bahan kimia yang disuntikkan oleh serangga ke dalam kulit anak dapat menyebabkan reaksi inflamasi pada area yang terkena.
Hal inilah yang memicu pelepasan histamin dan zat-zat kimia lainnya oleh sel-sel kulit dan sel-sel sistem kekebalan tubuh sehingga menghasilkan peradangan dan munculnya gejala biduran.
5. Faktor Lingkungan
Penyebab biduran pada anak lainnya yaitu karena faktor lingkungan.
Misalnya paparan suhu dingin atau panas yang ekstrem, dapat menjadi faktor lingkungan yang menyebabkan iritasi pada kulit anak dan munculnya biduran.
Hal ini karena suhu yang terlalu dingin atau panas dapat mengganggu keseimbangan kulit dan menyebabkan peradangan.
Polusi udara juga dapat mengandung berbagai zat-zat kimia atau partikel yang dapat menyebabkan iritasi atau alergi pada kulit anak.
Paparan terhadap polusi udara ini dapat merangsang sistem kekebalan tubuh anak dan menyebabkan reaksi inflamasi pada kulit.
7. Pengaruh Obat-obatan Tertentu
Beberapa obat memiliki efek samping yang meliputi reaksi kulit seperti ruam atau biduran.
Ini sering terjadi pada obat-obatan tertentu seperti antibiotik, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), obat penenang, atau obat antikonvulsan.
Efek samping ini dapat bervariasi dari ringan hingga parah, tergantung pada jenis obat dan respons tubuh anak terhadapnya.
Cara Mengatasi Biduran pada Anak
Lantas, bagaimana cara mengatasi biduran pada anak? beberapa tips berikut ini bisa Moms coba.
1. Menghindari Pemicu
Melansir laman Healthy Children, menghindari pemicu bisa jadi cara mengatasi biduran yang efektif.
Karena biduran seringkali dipicu oleh berbagai faktor, termasuk alergen, iritan, atau kondisi lingkungan tertentu, mengidentifikasi dan menghindari pemicu tersebut dapat membantu mengurangi frekuensi dan keparahan biduran pada anak.
Dengan menghindari pemicu biduran, Moms bisa memberikan kesempatan bagi kulit anak untuk pulih dan menyembuhkan diri tanpa terganggu oleh iritasi atau alergen yang memicu biduran.
Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi risiko munculnya komplikasi.
2. Coba Kompres Dingin
Kompres dingin juga dapat membantu mengurangi peradangan pada kulit yang terkena biduran.
Dinginnya kompres akan menyempitkan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah ke area yang terkena, sehingga mengurangi pembengkakan dan peradangan.
Sensasi dingin dari kompres juga dapat memberikan efek mati rasa pada kulit dan mengurangi rasa gatal yang disebabkan oleh biduran.
Ini dapat membantu anak merasa lebih nyaman dan mengurangi keinginan untuk menggaruk area yang terkena.
3. Oleskan Krim atau Lotion Anti-gatal
Krim atau losion anti gatal mengandung bahan-bahan yang dapat membantu mengurangi sensasi gatal pada kulit anak.
Bahan-bahan ini dapat memberikan efek menenangkan dan meredakan rasa gatal yang disebabkan oleh biduran.
Selain itu, penggunaan krim atau losion anti gatal dapat membentuk lapisan pelindung pada kulit anak.
Jadi, bisa melindungi kulit dari iritasi tambahan dan membantu mempercepat proses penyembuhan.
4. Menggunakan Pakaian yang Longgar dan Lembut
Pakaian anak yang terlalu ketat dapat menekan kulit anak dan menyebabkan iritasi atau ruam.
Dengan menggunakan pakaian yang longgar, tekanan pada kulit akan berkurang, sehingga membantu mencegah timbulnya biduran atau mengurangi keparahan gejala.
Dalam hal ini, pilihlah pakaian yang terbuat dari bahan alami seperti katun, linen, atau bambu. Hindari pakaian dengan bahan sintetis, ya.
Periksa juga label dan tag pada pakaian untuk memastikan bahwa bahan dan pewarna yang digunakan aman untuk kulit anak yang sensitif.
Baca Juga: 8 Penyebab Anus Gatal pada Anak, Bukan Hanya Cacingan!
5. Mandi Air Hangat
Menjaga kebersihan adalah salah satu faktor penting dalam perawatan saat biduran pada anak.
Jadi, tetap mandikan anak selama mengalaminya.
Moms bisa memandikan Si Kecil menggunakan air hangat untuk mengurangi iritasi pada kulit dan tidak memperparah gejala biduran.
Gunakan sabun yang lembut dan bebas pewangi untuk mandi anak agar tidak memicu iritasi pada kulit sensitif anak yang mengalami biduran.
Saat mandi, gunakan gerakan lembut dan hindari menggosok area yang terkena biduran secara berlebihan.
Setelah mandi, keringkan kulit anak dengan lembut menggunakan handuk yang bersih dan lembut.
6. Hindari Menggaruk Kulit
Menggaruk kulit yang sudah teriritasi oleh biduran dapat menyebabkan kerusakan pada kulit, seperti lecet, luka, atau bahkan infeksi.
Kerusakan kulit ini dapat memperburuk gejala biduran dan memperlambat proses penyembuhan.
Oleh karenanya, pastikan memberitahu Si Kecil agar tidak menggaruk kulit yang biduran.
Beri tahu anak bahwa menggaruk hanya akan memberikan bantuan sementara, sedangkan menghindari menggaruk akan membantu mengatasi akar masalah dan mencegah gejala biduran kembali muncul.
7. Jaga Suhu Ruangan
Perubahan suhu yang ekstrem, baik terlalu panas maupun terlalu dingin, dapat memicu atau memperburuk gejala biduran.
Jadi, pastikan Moms menjaga suhu ruangan di rumah agar Si Kecil tetap merasa nyaman, ya.
Suhu ruangan yang stabil juga dapat membantu meredakan stres atau ketegangan yang mungkin saja memperburuk gejala biduran.
Dengan begitu, biduran bisa lekas membaik.
Baca Juga: 5 Penyebab Kulit Kepala Gatal dan Cara Mengatasinya
Makanan yang Harus Dikonsumsi dan Dihindari Saat Anak Biduran
Tingkat histamin yang tinggi mungkin memainkan peran penting ketika anak mengalami biduran yang dalam taraf akut atau parah.
Ini sebabnya, obat antihistamin selalu menjadi pilihan terbaik pengobatan biduran yang parah.
Namun, dikutip dari Healthline, mencoba menerapkan pola makan antihistamin mungkin merupakan langkah bermanfaat selanjutnya bagi 40% orang yang tidak merespons antihistamin.
Studi jurnal Annals of Dermatology, mencoba meneliti kaitan diet bebas dengan tingkat keparahan urtikaria kronis.
Partisipan sebanyak 22 orang dengan urtikaria atau biduran yang kronis membatasi makanan kaya histamin selama empat minggu.
Hasilnya, ada penurunan yang signifikan secara statistik pada skor keparahan biduran.
Sampel darah dari pasien dalam penelitian yang sama menunjukkan bahwa tingkat histamin dalam darah mereka juga menurun setelah empat minggu menjalani diet antihistamin.
Makanan rendah histamin bisa menjadi pilihan Moms untuk diolah dan menjadikannya makanan yang lezat, namun tetap tidak memperparah biduran anak Moms.
Pilihan makanan yang bisa dikonsumsi jika terjadi biduran pada anak antara lain seperti: sebagian besar sayuran berdaun hijau kecuali bayam, daging segar atau beku, ayam segar berkulit.
Si Kecil bisa juga mengonsumsi mie, roti, biskuit dan pasta dari gandum utuh, kuning telur matang, aneka sayuran segar kecuali tomat dan terong, aneka buah dan beri segar selain jeruk, stroberi dan ceri.
Selain itu, makanan yang bisa dikonsumsi pada kondisi biduran pada anak seperti kelapa dan santan, cream cheese, mentega, nasi, susu segar dan produk susu pasteurisasi (kecuali keju dan yoghurt).
Untuk variasi, Moms bisa memberikan aneka jus dan smoothie berbahan non-jeruk, aneka teh herbal (kecuali teh hitam, hijau), dan varietas ikan segar tertentu, termasuk salmon, cod, dan trout.
Baca Juga: 8 Penyebab Biduran Sering Muncul dan Cara Mengobatinya!
Kebalikannya, makanan dengan kandungan tinggi histamin adalah makanan yang harus dihindari oleh anak Moms agar tidak memperparah biduran pada anak di tubuhnya.
Mengutip Medical News Today, makanan tinggi histamin yang dimaksud antara lain kacang-kacangan (seperti buncis, kedelai, dan lentil), aneka makanan siap saji, yogurt, makanan ringan asin atau gurih.
Hindari juga konsumsi permen dengan pengawet, cokelat, aneka jeruk, beberapa sayur (seperti bayam, tomay, terong), beberapa buah (seperti pisang, ceri, stroberi).
Selain itu, bumbu masakan, seperti kayu manis dan cengkeh, putih telur, dan makanan yang mengandung zat aditif makanan juga perlu dihindari.
Waktu Tepat untuk Menghubungi Dokter
Ketika terjadi biduran pada anak Moms, sangat wajar jika merasa khawatir melihat mereka yang tidak nyaman dengan gejala gatal-gatal tersebut.
Biduran bisa menjadi luka yang sangat besar, yang bisa membuat orang tua takut atau khawatir.
Bagaimana pun, gatal-gatal pada beberapa anak membutuhkan perawatan darurat.
Alergi makanan dapat memicu reaksi alergi parah yang disebut anafilaksis dan itu bisa mematikan.
Gejalanya berupa kesulitan bernapas, pusing dan pingsan, mual dan muntah, sakit perut, diare, detak jantung cepat, tenggorokan sesak dan suara serak.
Hati-hati juga terhadap kondisi yang disebut angioedema, di mana mata, bibir, tangan, kaki, dan alat kelamin bisa membengkak dan juga bisa menyebabkan masalah pernapasan.
Jika anak mengi atau kesulitan bernapas, maka itu pertanda Moms perlu segera mencari perawatan medis.
Woods menambahkan bahwa setelah anak tiba di rumah sakit, suntikan epinefrin biasanya diberikan oleh pediatrik spesialis alergi.
Jika biduran pada anak terus dialami Si Kecil, buatlah janji dengan dokter anak untuk mengetahui secara spesifik tentang apa yang terjadi terhadapnya.
Termasuk pengobatan apa yang telah Moms coba dan bagaimana cara kerjanya.
Hal ini akan terkait dengan apakah Moms bisa mengidentifikasi pemicu biduran dan seberapa sering anak Moms terkena biduran.
Semuanya bergantung pada informasi apa yang Moms berikan sebagai orang tua kepada dokter.
Dokter anak mungkin mengirim Moms ke ahli alergi untuk menguji alergi makanan yang mungkin terjadi.
Antihistamin mungkin akan tetap menjadi senjata utama dokter.
Namun, untuk kasus gatal-gatal yang lebih parah, dokter mungkin meresepkan steroid oral seperti prednison atau hanya mengobati penyakit yang mendasari.
"Biduran bisa menjadi kondisi yang mengkhawatirkan untuk dilihat pada anak Anda.
Namun, yakinlah kebanyakan biduran tidak berbahaya dan akan sembuh dengan sendirinya," kata Woods.
Baca Juga: 5 Masalah Kulit Anak Di Musim Kemarau Dan Pencegahannya
Cara Menghindari Biduran pada Anak
Biduran pada anak dapat dicegah sampai taraf tertentu, tetapi hanya jika Moms tahu apa yang memicunya.
Jika Moms dapat mengidentifikasi pemicu biduran tersebur, maka strategi pencegahan terbaik adalah menghindari pemicu tersebut.
Tidak yakin apa pemicunya? Selain tes alergi dari dokter, Moms bisa mencari tahu sendiri dengan menuliskan semua yang anak akukan.
Termasuk apa yang dia makan dan aktivitas apa yang dia ikuti selama 24 jam sebelumnya.
Begitu seterusnya jika biduran terjadi kembali. Ulangi prosesnya dan lihat apakah Moms menemukan kesamaan.
Setelah Moms mengidentifikasi pemicu, Moms sebaiknya melakukan tindakan pencegahan dengan menghindarinya.
Namun, dalam kasus di mana tidak ada pemicu atau pemicu belum teridentifikasi dokter.
Moms akan bekerja sama untuk menentukan cara mencegah biduran pada anak terus muncul.
Bagi sebagian orang, minum antihistamin atau obat lain secara teratur mungkin merupakan tindakan terbaik.
Namun, butuh saran dokter ketika biduran terjadi pada anak Moms, karena mereka tidak boleh sembarangan mengonsumsi obat.
- https://www.everydayhealth.com/hives/kids/
- https://kidshealth.org/en/kids/hives.html
- https://www.webmd.com/first-aid/hives-children
- https://www.healthline.com/health/ciu/foods-to-eat-and-avoid#foods-to-eat
- https://anndermatol.org/DOIx.php?id=10.5021/ad.2018.30.2.164
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/322543#diet
- https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/22454-hives-in-children
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.