03 Oktober 2024

Erlamycetin, Obat untuk Atasi Masalah Mata dan Telinga

Pahami manfaat dan efek dari erlamycetin sebelum pakai

Moms, pernah dengar obat erlamycetin atau justru sudah menggunakannya?

Erlamycetin adalah salah satu obat antibiotik yang digunakan untuk mengatasi berbagai jenis infeksi bakteri.

Obat ini sering diresepkan oleh dokter untuk mengobati infeksi pada mata, telinga, dan bahkan kulit yang disebabkan oleh bakteri tertentu.

Namun, penggunaannya perlu diawasi dengan baik agar tidak terjadi resistensi bakteri terhadap antibiotik.

Baca Juga: Berbagai Jenis Antibiotik dan Fungsinya dalam Pengobatan

Apa Itu Erlamycetin?

Erlamycetin Plus
Foto: Erlamycetin Plus (Orami Photo Stock)

Erlamycetin adalah obat yang biasa kita temui untuk meredakan bahkan menyembuhkan sakit pada mata dan telinga.

Di Indonesia, erlamycetin lebih familiar digunakan untuk mengobati iritasi dan infeksi pada mata.

Pada dasarnya, erlamycetin memiliki kandungan chloramphenicol.

Studi Journal of Bacteriology menyebutkan, chloramphenicol merupakan antibiotik untuk menangani infeksi bakteri secara luas.

Hal ini diperkuat oleh temuan yang dirilis Journal National Library of Medicine.

Tercatat chloramphenicol berawal dari pengisolasian bakteri streptomyces venezuelae pada tahun 1948 dan merupakan antibiotik sintetis pertama yang diproduksi masal.

Namun, chloramphenicol adalah obat yang jarang digunakan di Amerika Serikat karena diketahui memiliki efek samping yang parah, seperti toksisitas sumsum tulang dan grey baby syndrom.

Maka dari itu, erlamycetin yang memiliki kandungan ini pun digolongkan sebagai obat keras.

Erlamycetin tidak bisa dikonsumsi sembarangan tanpa resep dokter, apalagi menentukan sendiri dosis yang tepat.

Baca Juga: Obat Mata Cendo Xitrol: Fungsi, Dosis, dan Efek Sampingnya

Fungsi Erlamycetin

Ilustrasi Sakit Mata (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Sakit Mata (Orami Photo Stock)

Seperti yang sudah disebutkan, fungsi erlamycetin adalah sebagai obat untuk mengatasi infeksi pada berbagai macam keadaan pada tubuh.

Obat ini merupakan obat keras yang masuk ke dalam kategori yang berbeda-beda tergantung bentuk dan peruntukannya.

Erlamycetin memiliki tiga bentuk yaitu tetes, krim, dan sirup.

Berikut adalah fungsi Erlamycetin sesuai dengan peruntukkannya.

Pertama ialah erlamycetin yang berbentuk salep mata.

Biasanya, salep mata ini digunakan bagi mata yang mengalami inflamasi, seperti mata bengkak dan mengalami infeksi virus.

Erlamycetin bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri yang menyebabkan infeksi pada mata.

Seperti iritis, konjungtivitis, keratitis, dakriosistitis, dan infeksi mata lain yang sensitif terhadap chloramphenicol.

Karena termasuk dalam obat keras, penggunaan erlamycetin harus sesuai dengan petunjuk dokter.

Apalagi untuk Moms yang hamil dan menyusui, konsultasikan dulu pada dokter Moms seberapa aman dan apa saja kemungkinan efek samping dari erlamycetin.

Baca Juga: 3 Jenis Salep Mata Berdasarkan Kegunaan dan Aturan Pakainya, Jangan Salah Pilih!

Erlamycetin juga tersedia untuk mengatasi masalah telinga dengan kandungan chloramphenicol 1%.

Meski demikian, pelabelan kategori obat keras pada erlamycetin tetap tidak berubah.

Pada jenis tetes telinga ini, fungsi dari erlamycetin adalah sebagai anti infeksi dan antiseptik.

Jika pada obat mata, erlamycetin bisa menghambat sintesis protein bakteri.

Pada telinga, erlamycetin jenis tetes ini bisa membunuh bakteri gram positif dan gram negatif yang aerob dan anaerob, kecuali pseudomonas aeruginosa.


3. Erlamycetin Suspensi

Ilustrasi Obat Sirup (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Obat Sirup (Orami Photo Stock)

Selain itu, ada erlamycetin suspensi.

Fungsi dari chloramphenicol dalam erlamycetin suspensi terbukti dapat mengobati berbagai penyakit, seperti:

  • Tifus
  • Paratifus
  • Infeksi Salmonella SP
  • Infeksi akibat H.influenzae
  • Iymphogranuloma psittacosis
  • Bakteri penyebab meningitis
  • Bakteri penyebab bakteremia
  • Dan infeksi lainnya

Baca Juga: Mengenal Otitis Media, Infeksi Telinga yang Perlu Diwaspadai

Dosis dan Aturan Pakai Erlamycetin

Dosis dan Aturan Pakai Erlamycetin (Orami Photo Stock)
Foto: Dosis dan Aturan Pakai Erlamycetin (Orami Photo Stock)

Dosis yang dianjurkan untuk erlamycetin bisa berbeda tergantung kondisi pasien, pastikan untuk menanyakannya kepada dokter terlebih dahulu.

Namun, secara umum, dosis dan aturan pakai erlamycetin bisa dilihat dari jenis yang digunakan.

1. Erlamycetin Tetes Mata

Teteskan erlamycetin pada mata sebanyak 2 tetes, lakukan setiap dua jam sekali atau jika sudah membaik dosis bisa diturunkan hingga 3 kali per hari saja.

2. Erlamycetin Salep mata

Moms cukup oleskan erlamycetin salep pada mata secukupnya, lakukan 3 kali per hari.

Tidak ada takaran khusus, hanya saja disarankan agar tidak terlalu berlebihan.

3. Erlamycetin tetes telinga

Erlamycerin tetes telinga digunakan dengan cara meneteskan pada telinga sebanyak 2-3 tetes. Lakukan pengobatan ini sebanyak 3 kali per hari.

4. Erlamycetin suspensi

Sementara untuk erlamycetin jenis yang diminum ada kategori lagi Moms, yaitu:

  • Dewasa: 2-4 sendok takar, diberikan 3-4 kali per hari.
  • Anak-anak atau bayi usia di atas 2 minggu: 50 mg/kg berat badan, dibagi menjadi 3-4 kali per hari.
  • Bayi usia di bawah 2 minggu atau prematur: 25 mg/kg berat badan, dibagi menjadi 3-4 kali per hari.

Dosis di atas merupakan dosis yang sering diberikan. Dosis erlamycetin tersebut bisa saja berubah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.

Sekali lagi, dilarang mengganti dosis erlamycetin tanpa berkonsultasi dengan dokter sebelumnya ya, Moms.

Baca Juga: Ketahui Obat Lapraz: Fungsi, Dosis, dan Efek Samping

Interaksi Erlamycetin dengan Obat Lain

Salep Erlamycetin
Foto: Salep Erlamycetin (Orami Photo Stocks)

Chloramphenicol dalam erlamycetin dapat berinteraksi dengan berbagai obat lain, sehingga memicu efek tertentu.

Berikut beberapa potensi interaksi antar obat yang mungkin terjadi saat menggunakan erlamycetin bersamaan dengan obat lain:

  • Risiko kelainan darah meningkat jika dikombinasikan dengan obat yang menekan fungsi sumsum tulang, seperti antibiotik sulfonamida.
  • Penggunaan bersama antikoagulan seperti warfarin dapat meningkatkan risiko perdarahan.
  • Efektivitas Erlamycetin dapat menurun jika digunakan bersamaan dengan rifampicin.
  • Penurunan efektivitas zat besi dan vitamin B12 dalam pengobatan anemia bisa terjadi.
  • Risiko efek samping dari phenytoin atau tacrolimus meningkat.
  • Penggunaan Erlamycetin jangka panjang dapat menurunkan efektivitas pil KB yang mengandung estrogen.
  • Vaksin bakteri hidup, seperti vaksin tifoid, mungkin menjadi kurang efektif.

Untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan, disarankan berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan erlamycetin bersamaan dengan obat lain.

Efek Samping Erlamycetin

Ilustrasi Pusing (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Pusing (Orami Photo Stock)

Sebagai obat keras, erlamycetin bisa saja menimbulkan efek samping bagi yang mengosumsinya.

Maka dari itu peran dokter sangat penting dalam mengawasi pasien selama konsumsi obat ini berlangsung.

Beberapa efek samping yang bisa timbul akibat mengonsumsi erlamycetin antara lain:

  • Hipersensitivitas
  • Ruam
  • Urtikaria atau biduran
  • Mual dan muntah
  • Diare
  • Sakit kepala
  • Perdarahan saluran cerna
  • Optic neuritis
  • Gangguan penglihatan hingga kebutaan
  • Delirium
  • Depresi mental
  • Super infeksi

Efek samping yang paling serius dari chloramphenicol yang ada pada erlamycetin adalah anemia aplastik.

Kondisi ini membuat tubuh berhenti memproduksi sel darah baru.

Chloramphenicol juga menyebabkan tertekannya sumsum tulang belakang selama pemakaian.

Selain itu, kandungannya bisa menyebabkan leukemia (kanker darah atau kanker sumsum tulang) pada pemakaian jangka panjang.

Namun, jangan terlalu khawatir, karena kondisi ini jarang terjadi.

Baca Juga: 8 Penyebab Biduran Sering Muncul dan Cara Mengobatinya!

Peringatan Sebelum Pakai Erlamycetin

Ilustrasi Obat (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Obat (Orami Photo Stock)

Hal-hal yang harus diperhatikan pasien selama menggunakan Erlamycetin adalah sebagai berikut:

  • Hati-hati memberikan erlamycetin (chloramphenicol) kepada wanita hamil, pasien dengan fungsi ginjal yang buruk, neonatus, dan bayi prematur.
  • Tidak disarankan untuk ibu hamil sebab Erlamycetin terdeteksi ikut keluar bersama ASI.
  • Hindari penggunaan pada pasien yang hipersensitif terhadap kloramfenikol (chloramphenicol) dan derivatnya.
  • Tidak untuk orang yang mengalami porphyria (pembentukan hemoglobin yang terganggu secara genetic), profilaksis, atau pernah mengalami gangguan sumsum tulang atau diskrasia darah.
  • Pemakaian dengan jangka waktu lama perlu dilakukan pemeriksaan hematologi berkala.
  • Hati-hati terhadap kemungkinan super infeksi dengan jamur dan bakteri.

Itulah Moms, info seputar erlamycetin yang banyak kita temui bentuk dan kegunaannya. Jangan lupa konsultasikan pada dokter dulu sebelum menggunakannya, ya!

  • https://journals.asm.org/doi/epdf/10.1128/jb.83.3.609-615.1962
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555966/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.