Preeklamsia saat Hamil: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahannya
Menjaga tubuh tetap dalam kondisi sehat ketika hendak program hamil dan di masa kehamilan adalah hal penting. Tetapi, komplikasi kehamilan mungkin bisa terjadi. Salah satu komplikasinya adalah preeklamsia.
Mengutip Mayo Clinic, preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai oleh tekanan darah tinggi dan tanda-tanda kerusakan pada sistem organ lain, paling sering pada hati dan ginjal.
Preeklamsia ini biasanya dimulai setelah 20 minggu kehamilan, pada wanita dengan tekanan darah yang normal.
Walaupun tekanan darah tinggi selama kehamilan tidak selalu berarti preeklamsia, tetapi kondisi ini mungkin merupakan tanda masalah lain. Kondisi ini mempengaruhi setidaknya 5-8 persen dari kehamilan.
Cari tahu lebih lanjut tentang hal-hal mengenai preeklamsia berikut ini.
Baca Juga: 7 Manfaat Makan Cokelat saat Hamil, BIsa Kurang Risiko Preeklamsia
Penyebab Preeklamsia
Foto: Orami Photo Stock
Menurut Harvard Health, para ahli masih belum sepenuhnya yakin tentang apa yang menyebabkan preeklamsia.
Tetapi, hipotesis terbaik dari penelitian yang telah dilakukan adalah bahwa preeklamsia terjadi ketika plasenta tidak melekat sedalam yang diharapkan dalam dinding rahim selama trimester pertama.
Apa yang menyebabkan penahan yang abnormal ini juga tidak jelas, tetapi mungkin dipengaruhi oleh gen ibu atau ayah atau sistem kekebalan ibu, dan kondisi medis yang mungkin dimiliki ibu, seperti diabetes atau hipertensi.
Terlepas dari penyebabnya, kelainan awal dalam pembentukan plasenta menyebabkan perubahan yang kemudian memengaruhi pembuluh darah dan organ lainnya.
Baca Juga: Lakukan Saat Hamil, Ini 5 Kebiasaan yang Dapat Mencegah Preeklamsia
Gejala Preeklamsia
Foto: Orami Photo Stock
Melansir National Health Service (NHS), gejala atau tanda-tanda awal dari kondisi preeklamsia adalah memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi), dengan tekanan darah yang melebihi 140/90 mm Hg atau lebih.
Moms mungkin tidak akan melihat atau merasakan tanda-tanda ini, tetapi tanda-tanda ini bisa diketahui dalam kunungan rutin Moms ke dokter kandungan.
Beberapa gejala lain dari preeklamsia termasuk:
- Kelebihan protein dalam urin (proteinuria) atau tanda-tanda tambahan masalah ginjal
- Sakit kepala parah
- Perubahan penglihatan, termasuk kehilangan penglihatan sementara, penglihatan kabur atau sensitivitas cahaya
- Nyeri perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk di sisi kanan
- Mual atau muntah
- Penurunan output urin
- Penurunan kadar trombosit dalam darah (trombositopenia)
- Gangguan fungsi hati
- Sesak napas, disebabkan oleh cairan di paru-paru
Meskipun banyak kasus yang lebih ringan, jika tidak segera ditangani maka kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius bagi Moms dan Si Kecil bila tidak dipantau dan diobati.
Baca Juga: Cara Mencegah Preeklamsia Berulang pada Kehamilan Berikutnya
Pengobatan Preeklamsia
Foto: Orami Photo Stock
Perawatan ata pengobatan untuk kondisi preeklamsia kehamilan berfokus untuk menurunkan tekanan darah, serta mengelola gejala-gejala lain, dan terkadang bisa dengan obat-obatan.
Mengutip National Institute of Health, jika usia kehamilannya 37 minggu atau lebih, Moms biasanya direkomendasikan untuk melahirkan janin untuk mengatasi preeklamsia dan menghindari komplikasi lebih lanjut.
Namun, jika kehamilan kurang dari 37 minggu, pengobatan preeklamsia dapat mempertimbangkan pilihan perawatan yang memberi janin lebih banyak waktu untuk berkembang, tergantung pada seberapa parah kondisinya.
Berikut ini beberapa opsi pengobatannya:
- Jika preeklamsia ringan, untuk membantu mencegah komplikasi lanjutan, biasa Moms diminta beristirahat di tempat tidur sehingga tekanan darah turun dan meningkatkan aliran darah ke plasenta.
- Diperlukan pemantauan ketat terhadap ibu dan janin. Tes untuk ibu bisa termasuk tes darah dan urin. Tes untuk janin yaitu ultrasonografi, pemantauan detak jantung, penilaian pertumbuhan janin, dan penilaian cairan ketuban.
- Bisa menggunakan obat antikonvulsif, seperti magnesium sulfat, dapat digunakan untuk mencegah kejang.
- Dalam kasus preeklamsia berat, seorang ibu akan dirawat di rumah sakit sehingga dapat dipantau secara ketat. Perawatannya mungkin termasuk obat intravena untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah kejang atau komplikasi lain, serta suntikan steroid untuk membantu mempercepat perkembangan paru-paru janin.
Lalu, pada kasus seorang wanita dengan preeklamsia berat dan sedang hamil 34 minggu atau lebih, direkomendasikan melakukan persalinan sesegera mungkin secara medis.
Jika kehamilan kurang dari 34 minggu, penyedia layanan kesehatan mungkin akan meresepkan kortikosteroid untuk membantu mempercepat pematangan paru-paru janin sebelum mencoba melahirkan.
Persalinan prematur mungkin diperlukan, bahkan jika itu berarti kemungkinan akan terjadi komplikasi untuk bayi, karena risiko komplikasi ibu lebih parah. Gejala preeklamsia biasanya hilang dalam 6 minggu setelah melahirkan.
Baca Juga: Penyebab Preeklamsia pada Kehamilan Kedua dan Penanganannya
Komplikasi Preeklamsia
Foto: Orami Photo Stock
National Health Service menyebutkan beberapa bentuk komplikasi dari preeklamsia yang memengaruhi ibu dan juga janin.
Komplikasi yang Pengaruhi Ibu
Berikut ini bentuk komplikasi dari preeklamsia yang dapat mmemengaruhi ibu:
1. Eklamsia
Eklamsia menggambarkan jenis kejang atau kontraksi otot yang tidak disengaja yang dapat dialami oleh wanita hamil, biasanya dari minggu ke 20 kehamilan atau segera setelah kelahiran.
Kejang ini terjadi di lengan, kaki, leher, atau rahang, bahkan mungkin bisa menyebabkan kehilangan kesadaran. Kondisi ini biasanya berlangsung kurang dari satu menit.
Perlu diingat, ada risiko kecil kecacatan permanen atau kerusakan otak jika kondisinya parah.
2. Sindrom HELLP
Komplikasi selanjutnya dari preeklamsia adalah sindrom HELLP, yang merupakan kelainan pembekuan hati dan darah yang langka yang dapat memengaruhi wanita hamil.
Kemungkinan besar terjadi segera setelah bayi dilahirkan, tetapi dapat muncul kapan saja setelah 20 minggu kehamilan, dan dalam kasus yang jarang terjadi sebelum 20 minggu.
Huruf dalam HELLP adalah singkatan dari setiap bagian dari kondisi:
- "H" adalah untuk hemolisis - sel-sel darah merah dalam darah terurai
- "EL" adalah untuk peningkatan enzim hati (protein) - sejumlah besar enzim dalam hati itu pertanda kerusakan hati
- "LP" adalah untuk jumlah trombosit yang rendah - trombosit adalah zat dalam darah yang membantu pembekuan
Sindrom HELLP berpotensi berbahaya seperti eklampsia, dan sedikit lebih umum.
3. Stroke
Suplai darah ke otak bisa terganggu akibat tekanan darah tinggi. Ini dikenal sebagai pendarahan otak, atau stroke. Jika otak tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi dari darah, sel-sel otak akan mulai mati, menyebabkan kerusakan otak dan kemungkinan kematian.
Stroke juga termasuk dalam risiko komplikasi dari preeklamsia.
4. Masalah Organ
- Edema paru. Tempat cairan menumpuk di dalam dan di sekitar paru-paru. Ini menghentikan paru-paru bekerja dengan mencegah organ ini menyerap oksigen.
- Gagal ginjal. Ketika ginjal tidak dapat menyaring produk limbah dari darah. Bisa menyebabkan racun dan cairan menumpuk di dalam tubuh.
- Gagal hati atau gangguan fungsi hati. Hati memiliki banyak fungsi, termasuk mencerna protein dan lemak, memproduksi empedu dan membuang racun. Kerusakan yang mengganggu fungsi-fungsi ini bisa berakibat fatal.
5. Gangguan Pembekuan Darah
Komplikasi dari preeklamsia bisa terjadi gangguan pembekuan darah, atau dikenal secara medis sebagai koagulasi intravaskular diseminata. Sistem pembekuan darah seorang ibu bisa rusak.
Dampaknya, bisa mengakibatkan terlalu banyak pendarahan karena tidak ada cukup protein dalam darah untuk menggumpalkan darahnya, atau gumpalan darah berkembang di seluruh tubuh karena protein untuk mengontrol pembekuan darah menjadi aktif secara tidak normal.
Gumpalan darah ini dapat mengurangi atau menghalangi aliran darah melalui pembuluh darah, dan mungkin merusak organ.
Komplikasi yang Pengaruhi Janin
Bayi yang dikandung oleh seorang wanita dengan preeklamsia dapat tumbuh lebih lambat di dalam rahim daripada biasanya. Hal ini karena kondisi preeklamsia mengurangi jumlah nutrisi dan oksigen yang diteruskan dari ibu ke bayinya.
Bayi-bayi ini seringkali lebih kecil dari biasanya, terutama jika preeklamsia terjadi sebelum 37 minggu. Pada preeklamsia yang parah, bayi mungkin harus dilahirkan sebelum berkembang sepenuhnya.
Dampaknya dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti kesulitan bernapas yang disebabkan oleh paru-paru yang belum berkembang sepenuhnya (sindrom kesulitan pernapasan neonatal).
Beberapa bayi perempuan dengan preeklamsia bahkan bisa mati di dalam rahim atau lahir mati.
Baca Juga: Butuh Perjuangan untuk Berdamai dengan Preeklampsia
Pencegahan Preeklamsia
Foto: Orami Photo Stock
Dalam jurnal American Health Association, preeklamsia adalah salah satu komplikasi kehamilan yang paling ditakuti. Preeklamsia dapat berkembang dengan cepat menjadi komplikasi serius, termasuk kematian ibu dan janin.
Sayangnya, hingga saat ini tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia. Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi dapat dikontrol dan ada yang tidak.
Moms bisa mengelola gaya hidup sehat untuk mencegah risiko tekanan darah tinggi selama kehamilan. Mengutip American Pregnancy Association, ini tipsnya:
- Gunakan sedikit atau tanpa garam dalam makanan.
- Minum 6-8 gelas air sehari.
- Jangan makan banyak makanan goreng dan junk food.
- Istirahat yang cukup.
- Berolahraga secara teratur.
- Tinggikan kaki beberapa kali di siang hari.
- Hindari minum alkohol.
- Hindari minuman yang mengandung kafein.
Dokter mungkin menyarankan Moms untuk minum obat yang diresepkan dan suplemen tambahan.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.